Pak Rudy adalah seorang agen perusahaan asuransi tempat dimana keluarga kami menjadi kliennya. Ia baru tiga kali datang ke rumahku untuk keperluan menagih premi asuransi. Biasanya yang menagih premi asuransi adalah Bu Sri dan 2 bulan yang lalu beliau memperkenalkan pak Rudy sebagai penggantinya. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 30 tahunan, tinggi badan sekitar 170 cm an dan memiliki tubuh yang atletis. Sebelum bekerja sebagai agen asuransi, pak Rudy adalah seorang pemain Bola Volley yang handal di daerahnya. Tak heran kalau bentuk tubuhnya masih terlihat atletis dan bisa membuat wanita kesepian seperti aku mabuk kepayang.
Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian, setelah suamiku berangkat ke kantor dan 2 anakku pergi ke sekolah. Untuk mengisi kegiatan harian, biasanya antara jam 9 – 10 pagi aku melakukan fitness di rumah. Aku biasanya memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaos putih tipis tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk. Apalagi aku tidak memakai BH (Bra kesukaanku merk Felina atau Wacoal), juga sebuah celana pendek ketat merk 'Wacoal' yang berbahan tipis dan mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Rudy yang datang, pasti dia mau menagih premi asuransi karena ini memang sudah waktunya kami membayar.
Kubukakan pagar dan kupersilakan dia masuk. "Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya" senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
"Kok sepi sekali ya Bu, pada kemana yang lain?"
"Biasalah pak Rudy, kalau jam segini memang sepi di rumah ini, ya anak-anak
“Ohh………?!” Pak Rudy tersenyum manis sambil matanya sekilas menatap ke arah gunung kembarku dengan 2 buah putting yang tersembul dibalik kaos putih tipis yang basah oleh keringat. Saat itu aku memang tidak memakai BH, sehingga putting buah dadaku terlihat jelas. Aku jadi risih juga dan buru-buru aku bilang
“Sebentar ya Pak, saya ambil uangnya dulu” untuk mengalihkan perhatian.
“Silahkan bu….” Jawab pak Rudy dengan tetap memberikan senyum manisnya dan tatapan matanya yang agak nakal saat itu.
Setelah ku ambil uang di kamar dan balik ke dapur untuk membuatkan minuman, sesaat imajinasi nakal mulai merambah pikiranku. Apalagi tadi malam hasrat untuk melakukan hubungan badan dengan suamiku tidak tercapai akibat kelelahan setelah sehari penuh bekerja di kantor. Dan kejadian seperti ini sudah berjalan lama, menahan hasrat birahi kewanitaan yang menggebu-gebu dan siap meledak setiap saat. Aku menggigit bibir bawahku menahan hasrat birahiku yang tiba-tiba muncul bak gunung berapi yang siap meledak memuntahkan magma panas yang membara.
"Mari diminum air-nya Pak!", tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. Suasana mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu dan itu mulai menggoda nafsu birahiku Dia menanyaiku sekitar masalah anak-ana, seperti sekolah, hoby, keluarga, dan kegiatan ku dan suami selama ini, tapi mata nakalnya terus memandang ke arah buah dada dan dua putting yang kian mengeras dan menggoda (sengaja kereman-remas buah dada dan putingku agar tambah membesar dan mengeras saat menyiapkan minuman di dapur).
"Bu Dewi lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan dan kaosnya basah kuyup gitu” Tanya pak Rudy sambil matanya menatap wajahku dengan lembut.
"Iya nih Pak, biasa
“Cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?" godaku sambil mengurut-ngurut paha mulusku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kaosku, juga kulihat penisnya mengencang dibalik celananya yang membuatku tidak sabar ingin rasanya mengenggam benda itu
"Mari Bu, kesinikan kakinya biar saya pijat" Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
"Pijatan saya enak ya Bu?" tanyanya.
"Iya Rudy, terus dong.. enak nih.. emmhh!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Rudy, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
"Enngghh.. Rudd...!" desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian paling sensitive dari tubuh indahku. Saat-saat seperti yang paling kunantikan selama ini.
Tubuhku makin menggelinjang-gelinjang sehingga nafsu Rudy pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku ditariknya secara perlahan sambil matanya menatap mataku untuk meminta ijin dan aku kedipkan 2 mataku dengan senyum lembut tanda kepasrahan (Emh…ini yang aku harapkan, ucapku dalam hati). Dengan perlahan pula, ditariknya celana dalamku (CD kesukaanku merk Hanky Panky).
"Aaww.. Rudy kamu nakal ihh....!" aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.
Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut tipis itu (baru 1 bulan yang lalu kucukur rambut di kemaluanku) tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek kini siap dijelajahinya.
Bersambung..... besok!.
0 komentar:
Post a Comment