tag:blogger.com,1999:blog-91938731431802799082024-03-14T00:33:07.757-07:00Situs Cerita Dewasa IndonesiaSitus Cerita Dewasa sebuah situs untuk 17 Tahun ke atas, pengalaman pertama bermain cinta dgn pasangan selingkuh, pacar, teman kencan dan tante girang atau gigoloUnknownnoreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-44524073593552959442012-10-10T08:12:00.000-07:002012-10-10T08:25:27.519-07:00Gairah Virni<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/_U9YkBeY8YVc/TSaW8VUwJgI/AAAAAAAABCU/tI4A3oWR4S0/s1600/srilekha_hot_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" id="il_fi" src="http://3.bp.blogspot.com/_U9YkBeY8YVc/TSaW8VUwJgI/AAAAAAAABCU/tI4A3oWR4S0/s200/srilekha_hot_2.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="140" /></a><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari itu langit sudah menguning saat aku dan Virni tiba di rumahnya seusai
main tenis bersama. Berhubung jalan ke rumahku masih macet karena jam bubar,
maka Virni mengajakku untuk singgah di rumahnya dulu daripada terjebak macet.
Di pekarangan rumah Virni yang cukup luas itu nampak beberapa kuli bangunan
sedang sibuk bekerja, kata Virni disana akan dibangun kolam ikan lengkap dengan
paviliunnya. Perhatian mereka tersita sejenak oleh dua gadis yang baru turun
dari mobil, yang terbalut pakaian tenis dan memperlihatkan sepasang paha mereka
yang mulus dan ramping. <span lang="SV">Virni dengan
ramah melemparkan senyum pada mereka, aku juga nyengir membalas tatapan nakal
mereka. Mama Virni mempersilakanku masuk dan menyuguhi kue-kue kecil plus
minumannya. Aku langsung menghempaskan pantatku ke sofa dan menyandarkan
raketku di sampingnya, minuman yang disuguhkan pun langsung kusambar karena
letih dan haus.</span></span></span></div>
<!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
</style>
<![endif]-->
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Setengah jam pertama kami lewati
dengan ngerumpi tentang masalah kuliah, cowok, dan seks sambil menikmati snack
dan menonton TV. Lalu Mama Virni keluar dari kamarnya dengan dandanan rapi
menandakan dia akan keluar rumah.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Vir, Mama titip bayarannya tukang-tukang itu ke kamu ya, Mama sekarang mau ke
arisan,” katanya seraya menyerahkan amplop pada Virni.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Yah Mama jangan lama-lama, ntar kalau Citra pulang, Virni sendirian dong, kan
takut,” ujarnya dengan manja (waktu itu papanya sedang di luar kota, adik
laki-lakinya, Viry sudah 2 tahun kuliah di US dan pembantunya, Mbok Par masih
mudik).</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Akhirnya kami ditinggal berdua di rumah Virni yang besar itu. Aku sih
sebenarnya sudah mau pulang dan mandi sehabis bermain tenis, tapi Virni masih
menahanku untuk menemaninya. Sebagai sobat dekat terpaksa deh aku menurutinya,
lagian aku kan tidak bawa mobil. Di halaman depan tampak para tukang itu sudah
beres-beres, ada pula yang sudah membersihkan badan di kamar mandi belakang.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Melihat mereka sudah
bersih-bersih, akupun jadi kepingin menyegarkan badanku yang sudah tidak nyaman
ini. Akupun mengajak Virni mandi bareng, tapi dia menyuruhku mandi saja duluan
di kamar mandi di kamarnya, nanti dia akan menyusul sesudah para tukang selesai
dan membayar uang titipan Mamanya pada mereka, sekalian menghabiskan rokoknya
yang tinggal setengah. Akupun meninggalkannya dia yang sedang menonton TV di
ruang tengah menuju ke kamarnya. Di kamar mandi aku langsung menanggalkan
pakaianku lalu kuputar kran shower yang langsung mengucurkan airnya mengguyur
tubuh bugilku. Air hangat </span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">memberiku kesegaran kembali setelah seharian
berkeringat karena olahraga, rasa nyaman itu kuekspresikan dengan bersenandung
kecil sambil menggosokkan sabun ke sekujur tubuhku. 15 menit kemudian aku sudah
selesai mandi, kukeringkan tubuhku lalu kulilitkan handuk di tubuhku. Aku sudah
beres, tapi anehnya Virni kok belum muncul juga, bahkan pintu kamarpun tidak
terdengar dibuka, padahal dia bilang sebentar saja.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Aku ingin meminjam bajunya,
karena bajuku sudah kotor dan bau keringat, maka aku harus bilang dulu padanya.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Vir..Vir, sudah belum, saya mau pinjam baju kamu nih!!,” teriakku dari kamar.<br />
Tidak terdengar jawaban dari seruanku itu, ada apa ya pikirku, apakah dia
sedang di luar meninjau para tukang jadi suaraku tidak terdengar? Waktu aku
lagi bingung sendirian begitu terdengarlah pintu diketuk.<br />
“Nah, ini dia baru datang,” kataku dalam hati.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Akupun menuju ke pintu dan membukanya sambil berkata<br />
“Huuh.. lama banget sih Vir, lagian ngapain pake ngetok..!!,” rasa kaget
memotong kata-kataku begitu melihat beberapa orang pria sudah berdiri diambang
pintu. Dua diantaranya langsung menangkap lenganku dan yang sebelah kanan
membekap mulutku dengan tangannya yang besar.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Belum hilang rasa kagetku mereka
dengan sigap menyeretku kembali ke dalam kamar. Aku mulai dapat mengenali
wajah-wajah mereka, ternyata mereka adalah para kuli bangunan di bawah tadi,
semuanya ada 4 orang.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Apa-apaan ini, lepasin saya.. tolong..!!,” teriakku dengan meronta-ronta.<br />
Tapi salah seorang dari mereka yang lengannya bertato dengan tenangnya berkata,
“Teriak aja sepuasnya neng, di rumah ini sudah nggak bakal ada yang denger
kok.”</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Mendengar itu dalam pikiranku langsung terbesit ‘Virni’, ya mana dia,
jangan-jangan terjadi hal yang tidak diinginkan padanya sehingga aku pun makin
meronta dan menjerit memanggil namanya. Tak lama kemudian masuklah Virni,
tangannya memegang sebuah handycam Sony model terbaru. Sejenak aku merasa lega
karena dia baik-baik saja, tapi perasaanku lalu menjadi aneh melihat Virni
menyeringai seram.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">“Vir.. apa-apaan nih, mau ngapain
sih kamu?,” tanyaku padanya.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Tanpa mempedulikan pertanyaanku, dia berkata pada para kuli bangunan itu,<br />
“Nah, bapak-bapak kenalin ini temen saya Citra namanya, dia seneng banget
dientot, apalagi kalau dikeroyok, jadi silakan dinikmati tanpa malu-malu,
gratis kok!,”</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Dia juga memperkenalkan para kuli itu padaku satu-persatu. Yang lengannya
bertato adalah mandornya bernama Imron, usianya sekitar 40-an, dia dipanggil
bos oleh teman-temannya. Di sebelah kiriku yang berambut gondrong sebahu dan
kurus tinggi bernama Kirno, usianya sekitar 30-an. Yang berbadan paling besar
diantara mereka sedang memegangi lengan kananku bernama Tarman, sebaya dengan
Imron, sedangkan yang paling muda kira-kira 25-an bernama Dodo, wajahnya paling
jelek diantara mereka dengan bibir agak monyong dan mata besar. Keempatnya
berbicara dengan logat daerah Madura.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">“Gila kamu Vir.. lepasin saya ah,
edan ini sih!,” aku berontak tapi dalam hatiku aku justru ingin melanjutkan
kegilaan ini.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Tenang Ci, ini baru namanya surprise, sekali-kali coba produk kampung dong,”
katanya menirukan ucapanku waktu mengerjainya di vila dulu. Habis berkata
bibirnya dengan cepat memagut bibirku, kami berciuman beberapa detik sebelum
dia menarik lepas mulutnya yang bersamaan dengan menghentakkan handuk yang
melilit tubuhku. Mereka bersorak kegirangan melihat tubuh telanjangku, mereka
sudah tidak sabar lagi untuk menikmatiku</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Wah.. nih tetek montok banget, bikin gemes aja!,” seru si Tarman sambil
meremas payudara kananku.<br />
“Ini jembut nggak pernah dicukur yah lebat banget!,” timpal si Kirno yang mengelusi
kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat itu, dengan terus mengelus Kirno lalu
merundukkan kepalanya untuk melumat payudaraku yang kiri. Sementara di
belakangku, si Dodo berjongkok dan asyik menciumi pantatku yang sekal,
tangannya yang tadinya cuma merabai paha mulus dan bongkahan pantatku mulai
menyusup ke belahan pantatku dan mencucuk-cucukkan jarinya di sana.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Di hadapanku Pak Imron melepaskan
pakaiannya, kulihat tubuhnya cukup berisi tapi perutnya agak berlemak, penisnya
sudah mengacung tegak karena nafsunya. Dia meraba-raba kemaluanku, si Kirno
yang sebelumnya menguasai daerah itu bersikap mengalah, dia melepaskan
tangannya dari sana agar mandornya itu lebih leluasa. Wajahnya mendekati
wajahku, dia menghirup bau harum dari tubuhku.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Hhmmhh.. si non ini sudah wangi, cantik lagi!,” pujinya sambil membelai
wajahku.<br />
“Iya bos, emang di sini juga wangi loh!,” timpal si Dodo di tengah aktivitasnya
menciumi daerah pantatku.<br />
Diperlakukan seperti itu bulu kudukku merinding, sentuhan-sentuhan nakal pada
bagian-bagian terlarangku membuatku serasa hilang kendali. Gerak tubuhku
seolah-olah mau berontak namun walau dilepas sekalipun saya tidak akan berusaha
melarikan diri karena tanggung sudah terangsang berat. Merasa sudah
menaklukkanku, kedua kuli di samping melonggarkan pegangannya pada lenganku.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Adegan panas ini terus direkam Virni
dengan handycamnya sambil menyoraki kami.<br />
“Aahh.. jangan.. Vir, jangan disyuting.. ngghh.. matiin handy.. hhmmhh..!!,”
kata-kataku terpotong oleh Pak Imron yang melumat bibirku dengan bernafsu. Aku
yang sudah horny membalas ciumannya dengan penuh gairah.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Acchh.. ahhkk.. cckk” bunyi mulut dan lidah kami beradu. Aku makin menggeliat
kegelian ketika si Kirno menaikkan lenganku dan menciumi ketiakku yang tak
berbulu.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Ayo Ci, gaya kamu ok banget, pasti lebih heboh dari bokepnya Itenas nih,” Virni
menyemangati sambil mencari sudut-sudut pengambilan gambar yang bagus. Dia
fokuskan kameranya ketika aku sedang diciumi Pak Imron, saat bersilat lidah
hingga liur kami menetes-netes. Badanku bergetar sepeti kesetrum dan tanpa
sadar kubuka kedua pahaku lebih lebar sehingga membuka lahan lebih luas bagi
lidah Dodo bermain main di lubang anusku, juga jari-jari yang mengocok-ngocok
vaginaku, aku tidak dapat melihat jelas lagi jari-jari siapa yang mengelus
ataupun keluar-masuk di sana saking hanyutnya dalam birahi.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Mereka menggiring dan
mendudukkanku di tepi ranjang. Kirno dan Tarman mulai melepas pakaian mereka,
sedangkan Dodo entah sejak kapan dia melepaskan pakaiannya, karena begitu
kulihat dia sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kini mereka berempat yang sudah
bugil berdiri mengerubungiku dengan keempat senjatanya ditodongkan di depan
wajahku. Aku sempat terperangah melihat penis mereka yang sudah mengeras itu,
semuanya hitam dan besar, rata-rata berukuran 17-20cm.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Ayo non, tinggal pilih mau yang mana duluan,” kata Pak Imron.<br />
Aku meraih penis Pak Tarman yang paling panjang, kubelai dan kujilati sekujur
permukaannya termasuk pelirnya, kemudian kumasukkan ke mulut dan kuemut-emut.<br />
“Heh, jangan cuma si Tarman aja dong non, saya kan juga mau nih,” tegur si
Kirno seraya menarik tanganku dan menempelkannya pada penisnya .<br />
“Iya nih, saya juga,” sambung si Dodo menarik tanganku yang lain.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">“Mmhh.. eenngg..!,” gumamku saat
menyepong Pak Tarman sambil kedua tanganku menggenggam dan mengocok penis Dodo
dan Kirno. Sambil menikmati penis-penis itu, mendadak kurasakan kakiku
direnggangkan dan ada sesuatu di bawah sana. Oh, ternyata Pak Imron berjongkok
di hadapan selangakanku. Tangannya membelai paha mulusku dan berhenti di
vaginaku dimana dia membuka bibirnya lalu mendekatkan wajahnya kesana. Kurasakan
lidahnya mulai menyentuh dinding vaginaku dan menari-nari disana. Sungguh luar
biasa kenikmatan itu, aku pun semakin liar, aku membuka pahaku lebih lebar agar
Pak Imron lebih leluasa menikmati vaginaku. Hal itu juga berpengaruh pada
kocokan dan kulumanku yang makin intens terhadap ketiga pria yang sedang
kulayani penisnya. Mereka mengerang-ngerang merasakan nikmatnya pelayanan
mulutku secara bergantian. Saking sibuknya aku sampai tidak tahu lagi
tangan-tangan siapa saja yang tak henti-hentinya menggerayangi payudaraku.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Setelah cukup dengan pemanasan,
mereka membaringkan tubuhku di tengah ranjang. Pak Imron langsung mengambil
posisi diantara kedua pahaku siap untuk memasukkan penisnya kepadaku, tanpa
ba-bi-bu lagi dia mulai menancapkan miliknya padaku. Ukurannya sih tidak
sebesar milik Pak Tarman, tapi diameternya cukup lebar sesuai bentuk tubuhnya
sehingga vaginaku terkuak lebar-lebar dan agak perih. Virni mendekatkan kameranya
pada daerah itu saat proses penetrasi yang membuatku merintih-rintih. Pak Imron
mulai menghentak-hentakkan pinggulnya, mulanya pelan tapi semakin lama
goyangannya semakin kencang membuat tubuhku tersentak-sentak. Teman-temannya
juga tidak tinggal diam, mereka menjilati, mengulum, dan menggerayangi sekujur
tubuhku. Si Dodo sedang asyik menjilat dan mengeyot payudaraku, terkadang dia
juga menggigit putingku. Pak Tarman menggelikitik telingaku dengan lidahnya
sambil tangannya meremasi payudaraku yang satunya. Sementara tangan kananku
sedang mengocok penis si Kirno. Pokoknya bener-bener rame rasanya deh, ya geli,
ya nikmat, ya perih, semua bercampur jadi satu.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Aku mengerang-ngerang sambil
mengomeli Virni yang terus merekamku<br />
“Awww.. awas kamu Vir ntar.. saya.. aahh.. liat aja.. oohh.. ntar!,”<br />
“Yaah, kamu masa kalah sama Indah Ci, dia aja sudah ada bokepnya, sekarang saya
juga mo bikin yang kamu nih,” ujarnya dengan santai “Hmm.. judulnya apa yah,
Citra cewek A*****, wah pasti seru deh!”</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
Kini sampailah aku pada saat yang menentukan, tubuhku mengejang hebat sampai
menekuk ke atas disusul dengan mengucurnya cairan cintaku seperti pipis. Si
Kirno juga jadi ikut mengerang karena genggamanku pada penisnya jadi mengencang
dan kocokanku makin bersemangat. Pak Imron sendiri belum memperlihatkan
tanda-tanda akan klimaks, kini dia malah membalikkan tubuhku dalam posisi dogy
tanpa melepas penisnya. Dia melanjutkan genjotannya dari belakang.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Waktu aku masih lemas dan
kepalaku tertunduk, tiba-tiba si Dodo menarik rambutku dan penisnya sudah
mengacung di depan wajahku. Akupun melakukan apa yang harus kulakukan, benda
itu kumasukkan dalam mulutku. Kumulai dengan mengitari kepalanya yang seperti
jamur itu dengan lidahku, serta menyapukan ujung lidahku di lubang kencingnya,
selanjutnya kumasukkan benda itu lebih dalam lagi ke mulut dan kukulum dengan
nikmatnya. Tentu saja hal ini membuat si Dodo blingsatan keenakan, penisnya
ditekan makin dalam sampai menyentuh kerongkonganku, bukan cuma itu dia juga
memaju-mundurkan penisnya sehingga aku agak kelabakan. Setiap kali Pak Imron
menghujamkan penisnya penis Dodo semakin masuk ke mulutku sampai wajahku
terbenam di selangkangannya, begitupun sebaliknya ketika Dodo menyentakkan
penisnya di mulutku, penis Pak Imron semakin melesak ke dalamku. Pak Tarman
yang menunggu giliran berlutut di sampingku sambil meremas payudaraku yang
menggantung. Pak Imron mendekati puncak, dia mencengkam pinggulku erat-erat
sambil melenguh nikmat, genjotannya semakin cepat sampai akhirnya menyemburkan
cairan putih pekat di rahimku.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sesudah Pak Imron mencabut penisnya, si Dodo mengambil alih posisinya. Namun
sebelum sempat memulai, si Kirno menyela:</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Kamu dari bawah aja Do, masak dari tadi aku ngerasain tangannya aja sih, aku
pengen ininya nih!,” katanya sambil mencucukkan jarinya ke anusku sehingga aku
menjerit kecil.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Merekapun sepakat, akhirnya aku menaiki penis si Dodo yang berbaring telentang,
benda itu masuk dengan lancarnya karena vaginaku sudah licin oleh cairan
kewanitaanku ditambah lagi mani Pak Imron yang banyak itu. <span lang="SV">Kemudian dari belakang Kirno mendorong punggungku
ke depan sehingga pinggulku terangkat. Aku merintih-rintih ketika penisnya
melakukan penetrasi pada anusku.</span></span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="SV"><br />
“Uuhh.. waduhh.. sempit banget nih lubang!,” desahnya menikmati sempitnya
anusku.<br />
Kedua penis ini mulai berpacu keluar-masuk vagina dan anusku seperti mesin. Dodo
yang berada dibawah menciumi leher depanku dan meninggalkan bekas merah.</span></span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">“Ooohh.. aahh.. eenngghh,” suara
lirih keluar dari mulutku setiap kali kedua penis itu menekan kedua liang
senggamaku dengan kuat.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;">Disebelahku kulihat Virni sudah
mulai dikerjai Pak Imron dan Tarman yang sudah tidak sabar karena penisnya
belum kebagian jatah lubang dari tadi. Virni terus mensyutingku walaupun
tangan-tangan jahil itu terus menggerayanginya, sesekali dia mendesah. Tangan
Pak Tarman menyusup lewat bawah rok tenisnya dan kaos putihnya sudah disingkap
oleh Pak Imron. Dengan cekatan, Pak Imron membuka kait BH-nya menyebabkan BH
yang melingkar di dadanya itu jatuh, dan terlihatlah buah dada Virni yang
montok dengan puting kemerahan yang mencuat. Pak Tarman langsung melumat yang
sebelah kiri sambil tangannya menggosok-gosok kemaluannya dari luar, yang
sebelah kiri diremas Pak Imron sambil menciumi lehernya. Ikat rambut Virni
ditariknya hingga rambut indahnya tergerai sampai punggung.</span></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-size: small;"><br />
“Aaahh.. jangan sekarang Pak.. sshh,” desah Virni dengan suara bergetar.</span></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-30265680244998156312011-06-30T10:55:00.001-07:002011-06-30T10:55:39.322-07:00Fantasy di Akhir Pekan - 2Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.<br /><br />Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.<br /><br />Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.<br /><br />"Tadi benar-benar indah" katanya.<br />"Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV."<br /><br />*****<br /><br />Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.<br /><br />Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?<br /><br />Saat aku pulang kerja di hari Jum'at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.<br /><br />Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.<br /><br />Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.<br /><br />"Hey! Dimana kalian?" teriakku, "Saatnya makan!"<br />"Ya!" kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.<br />"Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?" tanyaku jengkel.<br />"Ada!" kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.<br /><br />Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.<br /><br />"Apa yang kalian lakukan?"<br />"Sedang menunggu Papa." Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.<br />"Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah."<br />"Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!" tangkisku.<br />"Tidak, aku tak akan melakukannya!" kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.<br />"Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?"<br /><br />Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.<br /><br />"Bisa apa aku menolak mereka?" pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.<br /><br />Kurasakan puting Eva membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Eva memandangku..<br /><br />"Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva harap penis Papalah yang kedua." aku membungkuk dan mencium Eva, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.<br /><br />Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.<br /><br />"Kita dapat melanjutkannya nanti." kataku padanya.<br /><br />Kudorong Eva ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.<br /><br />Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.<br /><br />Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Eva sangat panas, basah dan rapat!<br /><br />Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.<br /><br />"Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja." kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.<br />"Aargh! Gila! Sakit, Pa!" katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.<br />"Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang." dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.<br />"Gimana? Udah baikan?" tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.<br />"Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan."<br /><br />Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.<br /><br />Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.<br /><br />"Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!"<br />"Papa juga sayang!" Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.<br /><br />Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.<br /><br />"Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan." aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.<br />"Aku dengar itu!" kata isteriku.<br />"Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!"<br /><br />Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar 'kesenanganku' baru saja akan dimulai.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-83465622238621792532011-06-30T10:51:00.000-07:002011-06-30T10:53:11.093-07:00Fantasy di Akhir Pekan<h3 class="post-title"> Fantasy di Akhir Pekan </h3> Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang 'hal dan orang lain'. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.<br /><br />Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.<br /><br />Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.<br /><br />Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.<br /><br />Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.<br /><br />Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.<br /><br />Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!<br /><br />Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.<br /><br />*****<br /><br />Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.<br /><br />Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.<br /><br />Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..<br /><br />Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.<br /><br />Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..<br /><br />"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.<br />"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya."<br />"Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?" tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.<br /><br />Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..<br /><br />"Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa." Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.<br />"Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!"<br /><br />Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.<br /><br />Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..<br /><br />"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.<br /><br />Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.<br /><br />Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya. <br /><br />Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.<br /><br />"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.<br />"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."<br /><br />*****<br /><br />Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..<br /><br />"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?"<br /><br />Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.<br /><br />"Ups, terlambat!" kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.<br /><br />Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.<br /><br />"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang."<br /><br />Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.<br /><br />Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.<br /><br />"Kamu menyukainya sayang?" tanyanya.<br /><br />Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..<br /><br />"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu." katanya.<br /><br />Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.<br /><br />"Siapa suruh mengalihkan senjatamu?" tanyanya.<br />"Kembalikan ke tempat semula!"<br /><br />Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.<br /><br />Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya. Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.<br /><br />Bagian 2.....Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-80576244755536917772008-10-20T07:55:00.000-07:002011-06-19T12:46:32.533-07:00RINI KEPONAKAN PEMBANTUKU<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);font-size:130%;" ><span class="postlink" style="font-family:arial;">RINI KEPONAKAN PEMBANTUKU YANG NAKAL</span></span><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:130%;" > </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);font-size:130%;" ><span class="postlink" style="font-family:arial;"><br />(Bagian 1)<br /><br /></span></span></div><br /><span style="font-size:100%;"><span class="postlink" style="font-family:arial;">Kisah ini kembali terulang ketika keluarga gw membutuhkan seorang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">menerima tawaran Dian ini. Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kami ini.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mengijinkan keponakannya untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">dalam keluarga ini.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">perhatian gw kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya hitam, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">gendut, trus jorok. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Pikir gw dalam hati.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Rini, hampir setiap malam kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Maka pelan pelan gw ke kamar belakang yang memang di sediakan keluarga </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">untuk kamar tidur pembantu.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">Pelan pelan namun pasti gw buka </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak Dian gak pernah kunci pintu </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Dian tidur dengan kaki </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan. Bagaimanapun juga </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">setiap gw liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">montok mengiurkan kejantanan gw.<br /><br />Perlahan lahan gw usap permukaan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw sisipin jari tengah gw </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan hingga terkadang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Dian dari tidurnya yang lelap.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">“mmmm....sssshh.....oooohh, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Donn... kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Dian sama gw setelah sadar bahwa </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi mbak Dian gak mau kalah, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling suka. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Dengan sigap </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;"><br /><br />Dijilat </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan memanjakan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu oleh </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir gw dengan gemasnya </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Dian pun gak </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak Dian </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">“Mbak....uuuh, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak.” Guyam gw yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">Semakin ganas </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kont*l gw terasa ingin keluar.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">“Mbak... Donny mau keluar nih...” </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sambil gw tahan kont*l gw didalam mulutnya, akhirnya gw muncratin semua </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sperma didalam mulut mungil mbak Dian yang berbibir tipis itu.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">“Croot... </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">croot... Ohhh... nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mem*k mbak Dian.<br /><br />Namun kali ini mbak Dian tanpa ada penolakan, menerima </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">muncratan sperma gw didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">meleleh dari lubang kencing gw. Tak tersisa setetespun sperma yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">menempel di batang kont*l gw. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">padang gurun sahara, mbak Dian menyapu seluruh batang kont*l gw yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing gw.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;">Lalu </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">rasakan.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">“Donn... mem*k mbak blom dapet jatah... mbak masih pengen </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">itu menyanggah di dalam mem*k mbak....” pinta mbak Dian sambil memelas. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Mengharapkan agar gw mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">rasakan sebelumnya.</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;"><br /><br />“Tenang aja mbak... mbak pasti dapat kenikmatan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">perkasa ini bangun kembali. Oke.”</span> <span class="postlink" style="font-family:arial;"><br /><br />Tanpa kembali menjawab </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">perintah gw. Dengan cekatan layaknya budak seks. Mbak Dian menambil </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">posisi kepalanya tepat di atas kont*l gw, kembali mbak Dian menghisap </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">hisap. Berharap keperkasaan gw bangun kembali. Segala upaya ia lakukan, </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang kont*l gw </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">itu dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.<br /><br /></span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Memang gw akuin </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kemahiran pembantu gw yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kont*l gw didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan gw </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Lalu gw </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">juga gak mau lama lama seperti ini. Gw juga mau merasakan kembali </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kont*l gw ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok gemuk itu. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Mengaduk ngaduk isi mem*knya. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Gw memberi aba aba untuk memulai ke </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">tahap yang mbak Dian paling suka. Dengan posisi women on top, mbak Dian </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mengenggam batang kont*l gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">setadi sudah basah. kont*l gw di gesek gesek terlebih dahulu di bibir </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">permukaan mem*knya.<br /><br />Menyentuh, mengesek dan membelah bibir mem*knya </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">yang mengemaskan. Perlahan kont*l gw menerobos bibir mem*knya yang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">montok itu. Perlahan lahan kont*l gw seluruhnya terbenam didalam liang </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak dian membuat gw nikmat banget. </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">Semakin lama semakin membara pinggul yang dihiasi bongkahan pantat </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">semok itu bergoyang mempermainkan kont*l gw yang terbenam didalam </span><span class="postlink" style="font-family:arial;">mem*knya.......</span></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-69322234836958391052008-07-30T11:30:00.000-07:002008-08-05T10:54:34.583-07:00Masturbasi Pertamaku<div style="text-align: center;"><a href="http://hematbbm.net76.net/"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size:180%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Vita : Masturbasi Pertamaku</span></span></span></a></div><div class="entry"><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://hematbbm.net76.net/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 98px; height: 142px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SJC0vjJDUmI/AAAAAAAACIQ/BUYWep1oIss/s320/JULIAPEREZ.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228877896357204578" border="0" /></a><span style="font-size:100%;">Nama asli saya bukan Vita, tetapi karena Arthur sudah memakai nick name itu untuk saya, ya saya tetap pakai nama Vita saja. Tinggi saya 168 cm, putih, rambut sebahu, dan sejak SMP orang-orang bilang saya mirip sekali dengan peragawati Donna Harun. Awalnya saya bangga dibilang begitu karena mirip peragawati tetapi lama kelamaan saya menjadi segan.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Pernah bulan lalu, mungkin karena saking miripnya dengan si Donna, seorang wartawan Infotainment melihat saya sedang Jalan-jalan di Plaza Senayan dan ia langsung menghampiri saya dan menanyakan sesuatu tentang fashion. Saya awalnya terheran-heran tetapi langsung saya bilang, “Salah orang, Mas!” hehehe..</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">*****</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya suka sekali masturbasi. Sejak SMP gairah seks saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam gejolak seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama. Pertama kali masturbasi terjadi ketika saya sudah lulus SMP. Waktu itu saya dan teman-teman (laki dan perempuan) sedang nongkrong di rumah teman setelah seharian mengurus STTB.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Si Harry datang dan membawa sebuah kaset video porno dan langsung menyetel film itu di rumah temanku. Kami semua langsung menonton. Saya sendiri baru pertama kali menonton film porno dan ada perasaan jijik dan bergairah. Setelah selesai menonton film, kami pun pulang ke rumah. Karena saya membawa mobil sendiri, saya mengantar Harry dan 3 orang teman ke halte bis terdekat.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Setiba di rumah, saya memarkir mobil di garasi lalu sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju pada kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian belakang. Rupanya kaset itu terjatuh dari tas Harry. Segera saya masukkan video itu ke tas saya lalu saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam 21:30, kedua orang tuaku sudah tidur.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya bergegas mandi lalu mengganti baju. Setelah itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu di kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan video player sendiri. Dengan penuh minat, saya perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih santai melihatnya dibandingkan tadi sore karena malu apabila terlihat terlalu serius.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan di tempat tidur dalam keadaan telanjang. Si wanita memainkan jarinya di selangkangan dan payudaranya sambil mendesah dengan penuh nikmat. Saya menjadi penasaran untuk mencoba. Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan kenikmatan. Kemudian saya perhatikan si wanita itu membuka bibir vaginanya. Saya lalu mencoba membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu tangan kiriku mulai mengusap vaginaku. Sontak tubuhku langsung seperti disetrum.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus, putar dan pilin. Oh nikmatnya! Nafas saya mulai mendesah-desah kenikmatan seperti si wanita itu. Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku dan tidur telanjang bulat di tempat tidur. Kembali tangan kananku memainkan klitoris sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang saat itu berukuran 34A. Rasanya seperti mengawang di surga. Nikmatnya tiada tara.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris, semakin cepat hingga akhirnya tubuhku seperti kembali disengat listrik. Tubuhku mengejang. Ada rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan. Vagina dan selangkanganku basah dengan cairan. Saya merasakan si wanita di film itu juga merasakan hal yang sama dengan saya. Si wanita itu menjilat jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya. Saya mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin. Setelah masturbasi pertama itu, saya tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 3 pagi, saya terbangun dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan saya kembali bermasturbasi.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Semenjak itu, saya senang sekali bermasturbasi hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah diceritakan dalam “Arthur: Vita & Seks Pertama”. Umumnya saya masturbasi hanya dengan tangan. Saya mencoba memakai ketimun tetapi kurang bisa saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Pada waktu saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada sebuah long weekend karena ada hari libur nasional yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya meminta saya untuk menemani mereka ke Singapore untuk check up. Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di hotel Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Orang tua saya perlu melakukan beberapa tes kesehatan yang bisa memakan waktu beberapa jam.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Daripada bosan menunggu di rumah sakit, saya minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan nanti janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard Road, saya keluar masuk toko-toko hingga saya menjumpai sebuah toko kecil yang menjual peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama kali melihat toko itu dan dengan terheran-heran saya masuk ke dalam.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Berbagai macam kondom dijual dan dipajang di rak-rak. Buku-buku seputar seks bahkan dildo juga dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet yang dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya bermacam-macam. Ada dildo yang dibuat mirip sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada juga dildo yang dibuat bercabang sehingga si wanita bisa memasukkannya ke dalam vagina dan anusnya secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat membeli dildo yang bercabang tetapi saya urungkan niat itu dan saya pilih dildo yang mirip penis asli.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.mobil-irit.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SJiEUfO9VZI/AAAAAAAACIg/BCRUPsolrRk/s320/test_mpgcaps.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5231076454707320210" border="0" /></a></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah saya ada seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan rambut cepak. Ia berkata kepadaku..</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">“Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa lecet” seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Sambil tersenyum malu, saya menghampiri rak botol jel pelumas dan mengambil satu.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">“Kamu orang Indonesia ya?” kata pria itu dalam bahasa inggris.<br />“Iya, kok tau?” saya membalas dengan bahasa inggris.<br />“Banyak orang Indonesia disini, saya bisa membedakannya. Nama saya Richard Chen”<br />“Saya Vita”</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu saya kemudian membayar dildo dan botol jel. Selesai membayar, Richard memberikan kartu namanya padaku dan berkata.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">“Kalau anda perlu bantuan dalam memakai barang itu, saya bersedia membantu”<br />“Nanti saya pikirkan” kata saya sambil menerima kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel Mandarin. Setiba di kamar (saya tidur di kamar sendiri), saya langsung membuka bungkusan dildo dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh bajuku dan telanjang bulat di tempat tidur membaca petunjuk pemakaian yang tertera di kotak dildo. Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu. Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya cukup besar sekitar 30 cm, diameter 4cm dan berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah ini muat dalam vagina saya? Mari kita coba!</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya merebahkan diri di tempat tidur lalu membuka lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di seluruh dildo kemudian saya mulai masukkan dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok diujung vagina. Setelah itu saya mulai tarik lagi keluar.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya menikmati setiap senti dari dildo yang masuk dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali saya masukkan dan kali ini lebih cepat. Akhirnya vagina saya sudah terbiasa dengan dildo itu sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat. Nafas saya memburu dengan cepat. Keringat saya mengucur disekujur tubuhku. Payudara kuremas-remas sembari mengocok dildo di vagina.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Ada sekitar lima menit saya memainkan dildo itu dalam vaginaku hingga saya orgasme pertama. Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi menungging dan memasukkan dildo dari arah belakang. Saya melihat bayangan tubuhku di cermin yang digantung di atas meja. Saya merasa seksi sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah terpejam menikmati dildo yang dimasukkan ke vaginaku dari arah belakang.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu rasanya bisa saya tekan dengan kuat dengan otot selangkanganku. Payudaraku yang bergelantungan tampak bergoyang-goyang mengikuti irama gerakanku. Beberapa menit kemudian, kembali saya orgasme. Saya langsung roboh ke kasur. Tubuhku basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi sedikit sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak sementara dildo itu masih di dalam vaginaku.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya lalu mendapat ide baru. Saya mengeluarkan dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi itu mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa kayu yang tegak lurus dan ada jarak dari antara satu kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo itu di antara kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka dildo itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama sekali. Dildo itu mengacung membelakangi kursi. Saya lalu menggeser kursi itu ke arah meja rias. Lalu saya menungging bertopang pada meja rias sedangkan vagina kuarahkan pada dildo.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Saya melihat posisiku yang cukup lucu karena saya berada dalam posisi doggy style dan dildo itu ditopang dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali saya perlahan memaju mundurkan pantatku. Dildo bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh tempat tidur. Saya mulai mempercepat irama gerakanku. Gairah seksku seperti tiada hentinya bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa memahami keinginan seksku yang tinggi.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke dalam vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut menerima sensasi seks yang diterima dari dildo itu. Nafasku tersengal-sengal. Rambutku berantakan dan keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya meremas kedua belah payudaraku dengan gemas sembari terus memacu vaginaku dalam dildo itu. Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut, saya orgasme kurang lebih 6 kali.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p face="arial" style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya melepaskan dildo itu dari vaginaku dan mencopotnya dari sandaran kursi. Saya membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur lalu tertidur selama 1 jam. Begitu terbangun, saya langsung buru-buru membereskan kamarku dan membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo itu sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos beserta botol jel pelumas supaya tidak ketahuan ibuku.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Saya melihat kartu nama si Richard di tasku. Sempat terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa tahu bisa diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu karena beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula saat ini saya sedang senang bermain-main dengan dildo baruku.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p face="arial" style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;">Hingga sekarang, saya sudah memiliki tiga buah dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya beli di Singapore, kemudian dildo yang model bercabang dan ketiga dildo yang bisa bergetar sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu saya beli di Amerika. Tamat</span></p><p style="text-align: center;font-family:arial;"><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.hematbbm.net76.net/"><img style="width: 454px; height: 81px;" src="http://hematbbm.net76.net/images/FFI.gif" border="0" /></a><br /></span></p> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-27135700760953121772008-07-02T11:47:00.000-07:002008-07-02T12:09:37.342-07:00Bercinta dgn Guruku<div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-family: verdana;font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;" class="postbody">Bercinta Dengan Guru Tata Negara</span></span><br /></div><div style="text-align: justify;font-family:georgia;"><span class="postbody"><br /></span><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://kacamataterapi.site88.net/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 110px; height: 130px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SGvROyl63PI/AAAAAAAACIA/WonNdxG5atU/s200/6190han1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5218494645268045042" border="0" /></a><span class="postbody">Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari </span><span class="postbody">keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari </span><span class="postbody">tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang </span><span class="postbody">paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. </span><span class="postbody">Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan </span><span class="postbody">boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada </span><span class="postbody">anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan </span><span class="postbody">belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.</span><br /></div><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Saking kerasnya didikan orang tua kami, mereka menyekolahkan semua anaknya </span><span class="postbody">di sekolah favorit termasuk aku dan tidak mengijinkan anak-anaknya untuk </span><span class="postbody">pacaran sebelum lulus SMA dan waktu itu aku terpaksa menurut walaupun </span><span class="postbody">dalam hati kecilku aku berontak karena di sekolah banyak sekali cowok </span><span class="postbody">keren yang cukup menarik perhatianku dan cukup banyak pula cowok yang </span><span class="postbody">mendekatiku lantaran wajahku yang lumayan. Namun semuanya terpaksa aku </span><span class="postbody">tolak dan hasratkupun aku pendam dalam-dalam demi menyenangkan kedua orang </span><span class="postbody">tuaku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><span class="postbody">Terus terang saat aku sendiri aku sering membayangkan bisa merasakan </span><span class="postbody">nikmatnya berciuman dan juga ingin merasakan ada tangan yang membelai </span><span class="postbody">rambutku, menjilati sekujur tubuhku (seperti yang aku lihat di blue film </span><span class="postbody">ketika aku SMP), juga ingin merasakan ada penis ukuran besar memasuki </span><span class="postbody">vaginaku, sehingga akupun sering bermasturbasi di kamarku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Suatu hari di sekolah (entah kapan persisnya), saat di kelasku ada </span><span class="postbody">pelajaran Tata Negara yang menurutku cukup membosankan, namun aku suka </span><span class="postbody">pelajaran itu karena Bapak Gunawan yang mengajar kunilai cukup simpatik </span><span class="postbody">dan tampan walaupun usianya pantas menjadi bapakku. Beliau usianya </span><span class="postbody">mendekati 45 tahun, selalu bercukur, agak gemuk dan aku suka memperhatikan </span><span class="postbody">rambut di dadanya yang agak tersembul saat dia mengajar. Saat itu aku </span><span class="postbody">memperhatikan penampilannya agak lain dari biasanya, beliau saat itu </span><span class="postbody">mengenakan pakaian batik berwarna biru gelap dipadu dengan celana panjang </span><span class="postbody">berwarna agak hitam. Aku sangat terpesona sehingga aku membayangkan dapat </span><span class="postbody">bercinta dengannya, dan tak kusadari vaginaku telah basah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Vina!", tegurnya melihatku tidak konsentrasi.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eh.. i.. iya Pak", sahutku sekenanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tolong perhatikan", timpalnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Baik Pak" jawabku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Sialan makiku dalam hati apes banget aku apalagi ditambah dengan ledakan </span><span class="postbody">tawa seisi kelas yang membuatku sangat kesal. Akhirnya kuikuti terus </span><span class="postbody">pelajaran dengan hati tidak menentu.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Seusai sekolah, aku langsung berlari menuju mobilku yang kubawa sendiri </span><span class="postbody">dan kuparkir dekat halaman sekolah, aku berniat langsung pulang </span><span class="postbody">mengerjakan PR-ku yang seabreg. Namun sesuatu menghambat niatku saat aku </span><span class="postbody">melihat Bpk. Gunawan sedang menunggu kendaraan umum di dekat sekolah, </span><span class="postbody">langsung kuhampiri dia dan kubuka kaca jendela mobilku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Pak!", tegurku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eh, Vina", sahutnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Pulang ke arah mana, Pak?", tanyaku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Kebayoran Baru", jawabnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Wah, searah dong", timpalku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ikut sekalian Pak", kataku sambil membuka pintu mobil dari dalam.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Enggak merepotkan?", tanyanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tidak apa-apa", jawabku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Baiklah", jawabnya seraya naik ke mobilku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Sepanjang perjalanan kami banyak berbicara tentang banyak hal, dan </span><span class="postbody">ternyata beliau cukup menyenangkan, ternyata beliau memperhatikanku cukup </span><span class="postbody">lama ini kuperhatikan lewat ekor mataku sesekali, dan tiba-tiba dia </span><span class="postbody">menyentuh tanganku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Maaf", katanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tidak apa-apa kok Pak", sahutku, aku senang juga dalam hati.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Lalu secara tidak sengaja kulirik dia dan astaga!, ternyata celana bagian </span><span class="postbody">depannya ada tonjolan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ketika sampai di rumahnya, dia menawarkan masuk dan langsung kusetujui. </span><span class="postbody">Rumahnya cukup sederhana namun rapi, sesudah aku masuk beliau bercerita </span><span class="postbody">tentang dirinya lebih banyak bahwa dia sampai saat ini masih belum </span><span class="postbody">menikah, mendengar ceritanya aku semakin simpatik dan semakin membayangkan </span><span class="postbody">bisa bercinta dengannya. Akhirnya kami saling berpandangan tanpa berkata </span><span class="postbody">apapun, dan tangan beliau secara spontan membelai rambutku, lalu perlahan </span><span class="postbody">dia menciumku, "Oooh nikmat rasanya", dan segera kubalas ciumannya dengan </span><span class="postbody">hangat. Ternyata beliau bisa membaca situasi dan langsung tangannya </span><span class="postbody">menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Selang beberapa lama, dia menuntunku masuk kamarnya dan aku menurut saja, </span><span class="postbody">ketika kami masuk ke kamar dia langsung mengunci pintunya dan memulai </span><span class="postbody">kembali aksinya, dengan napasnya yang memburu dia menciumiku dan tentu </span><span class="postbody">saja kubalas kembali dengan tak kalah memburunya. Perlahan-lahan dia </span><span class="postbody">melepaskan baju seragam sekolahku, dan rokku. Praktis kini hanya behaku </span><span class="postbody">dan celana dalamku yang tinggal.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Kamu cantik sekali, Vin", katanya<br /><br />aku hanya tersenyum mendengarnya </span><span class="postbody">karena aku ingin dia berbuat lebih dari itu, dan diapun ternyata </span><span class="postbody">memahaminya, dengan cepat dia melucuti beha dan celana dalamku sehingga </span><span class="postbody">aku telanjang bulat di depannya. Lalu gantian dia yang melepaskan seluruh </span><span class="postbody">bajunya. Saat semua bajunya terlepas, aku agak sedikit memekik melihat </span><span class="postbody">penisnya yang telah tegang dan besarnya sekitar 24 cm dengan diameter </span><span class="postbody">kira-kira 4 cm, namun aku juga kagum melihatnya. Tanpa basa-basi dia </span><span class="postbody">langsung menidurkanku di tempat tidur dan membuka kakiku lebar-lebar </span><span class="postbody">sehingga kewanitaanku dapat terlihat jelas olehnya, kemudian dengan tidak </span><span class="postbody">membuang waktu lagi dia mulai membenamkan kepalanya disana dan mulai </span><span class="postbody">mempermainkan lidahnya sehingga aku menjerit-jerit kecil menahan </span><span class="postbody">kenikmatan.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://kacamataterapi.site88.net/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 176px; height: 207px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SGvRcwfBS6I/AAAAAAAACII/pV7e7Cs40ZI/s320/7894han.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5218494885220404130" border="0" /></a><span class="postbody">"Ehm.. ahh.. ahh..",<br />hanya itu yang bisa kuucapkan, sampai </span><span class="postbody">beberapa waktu lamanya aku merasakan puncak kenikmatan dan menjerit-jerit, </span><br /><span class="postbody"> "Oh.. ahh.. aaah.. Pak.. ohh.. nikmat.. ooooh.."<br /><br />Dan spontan aku menjambak </span><span class="postbody">rambutnya tanpa mempedulikan lagi status antara kami.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Lalu dia bangkit dan secara cepat penisnya sudah ada di depan mukaku, aku </span><span class="postbody">paham maksudnya langsung kujilati penisnya perlahan-lahan kumainkan dengan </span><span class="postbody">lidahku dan aku dapat mendengar rintihannya menahan nikmat. Lalu </span><span class="postbody">kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, sudah kuduga aku tak dapat melahap </span><span class="postbody">seluruhnya, hanya setengahnya yang masuk ke mulutku. Kulakukan gerakan </span><span class="postbody">maju mundur dengan kepalaku membuatnya semakin merintih kenikmatan. Harus </span><span class="postbody">kuakui aku juga menikmati permainan ini apalagi saat kurasakan penisnya </span><span class="postbody">berdenyut dalam mulutku, rasanya tak ingin kuakhiri permainan ini.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tiba-tiba dia menarikku ke atas dan langsung dia menidurkanku kembali, </span><span class="postbody">kakiku kembali dibuka lebar-lebar dan dia mempermaikan klitku dengan </span><span class="postbody">penisnya yang membuatku semakin tak karuan sehingga tak berapa lama aku </span><span class="postbody">kembali mencapai puncak kenikmatan dan cairan kewanitaanku membasahi </span><span class="postbody">penisnya. Lalu tiba-tiba dengan satu gerakan cepat dia memasukkan penisnya </span><span class="postbody">ke dalam vaginaku, aku langsung menjerit karena vaginaku masih sempit dan </span><span class="postbody">aku masih perawan, sehingga kurasakan agak sedikit perih. Namun rupanya </span><span class="postbody">beliau telah tahu keadaanku sehingga dia diam sebentar agar aku dapat </span><span class="postbody">menguasai diri.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><span class="postbody">Setelah aku dapat menguasai diri beliau langsung menggerakkan pinggulnya </span><span class="postbody">perlahan-lahan dan makin lama makin cepat sehingga tubuhku </span><span class="postbody">terguncang-guncang. Setelah kira-kira 2 jam kami berpacu dalam birahi, aku </span><span class="postbody">merasakan orgasme kurang lebih sebanyak 5 kali sampai terakhir kurasakan </span><span class="postbody">beliau ingin mencapai puncak dia mengejang dan menjerit tertahan lalu </span><span class="postbody">kurasakan cairan hangat menyemprot dinding vaginaku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Setelah semuanya selesai, aku pun berpamitan dengannya dan berjanji untuk </span><span class="postbody">melakukannya kembali malam minggu nanti.<br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Bersambung .................</span><br /></span></div><span class="postbody"><br /></span><span class="postbody"></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-24110237573483528432008-05-12T10:35:00.000-07:002008-06-06T09:05:15.773-07:00Istri Majikan 2<div style="text-align: center;"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">Istri Majikanku yang..........</span></span></a><br /></div><br /><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 95px; height: 139px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SCnUYlCxkEI/AAAAAAAAAd8/ajF-0gvNnJk/s200/13.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199920763501645890" border="0" /></a><span class="postbody">Sebagai laki-laki normal yang hanya pernah mendengar dalam </span><span class="postbody">cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan menyia-nyiakan kesempatan ini. </span><span class="postbody">Kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini adalah perintah majikan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua tanganku di </span><span class="postbody">atas bukit kembar itu. Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan kuelus-elus </span><span class="postbody">saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk memegang dan </span><span class="postbody">menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda </span><span class="postbody">kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga </span><span class="postbody">menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak </span><span class="postbody">teratur.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Desiran mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di </span><span class="postbody">depanku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Auhh...terus Nis, nikmat sayang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tekan...ayo...teruuuss...aakhh... isap </span><span class="postbody">Nis...jilat donk.." itulah erangan ibu majikanku sambil meraih kepalaku dan</span><span class="postbody">membawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu </span><span class="postbody">besar itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku tentu saja tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan </span><span class="postbody">menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat </span><span class="postbody">putingnya,mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya </span><span class="postbody">dengan kedua tanganku. Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi </span><span class="postbody">yang jelas ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan </span><span class="postbody">mengangkat </span><span class="postbody">kepala, tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai </span><span class="postbody">benangpun di badannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ayo Nis, kamu tentu tau apa yang harus kamu perbuat setelah aku </span><span class="postbody"><span style="font-weight: bold;">bugil</span> begini. Yah khan?"pintanya sambil meraih kedua tanganku dan </span><span class="postbody">membawanya ke selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. </span><span class="postbody">Aku mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir </span><span class="postbody">lubang kemaluannya yang sedikit mulai basah itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Aku rasanya tak ingin memindahkan mulutku dari bukit kenyalnya </span><span class="postbody">itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke selangkangannya di mana </span><span class="postbody">tanganku bermain-main itu, maka aku dengan senang hati menurutinya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Cium donk. Jilat sayang. Kamu ngga jijik khan?" tanyanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ngga bu'" jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa </span><span class="postbody">sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku </span><span class="postbody">pernah </span><span class="postbody">dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat </span><span class="postbody">kesukaannya menjilat dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun </span><span class="postbody">ingin mencobanya.<br /><br />Ternyata benar, kemaluan wanita itu harum dan semakin </span><span class="postbody">lama semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada </span><span class="postbody">wanita lain atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan </span><span class="postbody">menyemprot farfum pada vaginanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat </span><span class="postbody">goyangannya, bahkan nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar </span><span class="postbody">hantu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kali ini aku berinisiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu </span><span class="postbody">menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak </span><span class="postbody">kecoklatan yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan </span><span class="postbody">mungil sekali. Aku coba memasukkan lidahku lebih dalam dan </span><span class="postbody">menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah.<br /><br /></span><span class="postbody"> Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat dan gerakannya semakin </span><span class="postbody">cepat. Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak nafsuku. Ingin rasanya </span><span class="postbody">aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke lubangnya yang sejak </span><span class="postbody">tadi basah pula.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga aku terpaksa menahan sampai ada </span><span class="postbody">sinyal dari dia.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Berhenti sebentar Nis, akan kutunjukkan sesuatu" perintahnya </span><span class="postbody">sambil mendorong kepalaku, lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya </span><span class="postbody">sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia </span><span class="postbody">segera membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari </span><span class="postbody">tubuhku. Ibu majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati </span><span class="postbody">seluruh </span><span class="postbody">tubuhku yang telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku </span><span class="postbody">sampi ke pusarku, ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi </span><span class="postbody">sehingga membuatku merasa geli dan semakin terangsang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Nis, aku sekalian buka semuanya yach....." pintanya sambil </span><span class="postbody">melepaskan sarung dan celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan </span><span class="postbody">mebiarkannya menjamah seluruh tubuhku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku melupakan </span><span class="postbody">segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku maupun </span><span class="postbody">status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah bagaimana </span><span class="postbody">menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang kemaluannya </span><span class="postbody">dengan tongkatku yang sangat tegang itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Bagaimana Nis....? enak yach?" tanyanya ketika ia berhenti sejenak </span><span class="postbody">menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu </span><span class="postbody">mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan </span><span class="postbody">menggelomoh penisku dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aduhhh...akhhh...uuuhhhh...." suara itulah yang mampu kukeluarkan dari </span><span class="postbody">mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Ayo Nis....cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak mampu </span><span class="postbody">menahan nafsuku lagi sayang,," pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke </span><span class="postbody">kasur dan tidur terlentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk </span><span class="postbody">memudahkan penisku masuk ke kemaluannya.<br /><br />Aku tak berpikir apa- apa lagi </span><span class="postbody">dan tak mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, </span><span class="postbody">lalu secara perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya </span><span class="postbody">yang menganga lagi basah kuyup itu.<br /><br />Senti demi senti tanpa sedikitpun </span><span class="postbody">kesulitan, penisku menyerobot masuk hingga amblas seluruhnya ke </span><span class="postbody">lubang kenikmatan ibu majikanku itu. Mula-mula aku gocok, tarik dan </span><span class="postbody">dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin lama semakin kupercepat </span><span class="postbody">gerakannya,sehingga menimbulkan suara aneh seiring dengan gerakan pinggul </span><span class="postbody">kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama.</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.kacamataplus.site88.net/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SDWoh-zDBpI/AAAAAAAAAeM/ZiWmxiDagjw/s320/DSC_0339.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5203250246242731666" border="0" /></a><span class="postbody">"Plag..pliggg....ploggg,,,decak...decikkk..dec ukkk k" Bunyi itulah </span><span class="postbody">yang terdengar dari peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu </span><span class="postbody">majikanku yang diiringi dengan nafas kami yang terputus-putus, tidak </span><span class="postbody">teratur dan seolah saling kejar di keheningan malam itu.<br /><br />Aku yakin tak </span><span class="postbody">seorangpun mendengarnya karena semua orang di rumah itu pada tidur </span><span class="postbody">nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit berjauhan dengan kamar </span><span class="postbody">lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00-12.00 malam.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Bu...bu.....aku ma..mau..kkk" belum aku selesai berbisik di telinganya, ibu </span><span class="postbody">majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata:</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang" katanya sambil memutar tubuhku </span><span class="postbody">sehingga aku terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau merubah posisi </span><span class="postbody">dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke </span><span class="postbody">lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan </span><span class="postbody">pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai </span><span class="postbody">gerakan kami malam itu "decik...decakkk..decukkk".</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Setelah beberapa menit kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti </span><span class="postbody">orang yang naik kuda, ia nampaknya kecapean sehingga seluruh </span><span class="postbody">badannya menindih badanku dengan menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku kembali merasakan desakan cairan hangat dari batang kemaluanku seolah </span><span class="postbody">mau keluar.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku merangkul punggung ibu majikanku dengan erat sekali.<br /><br /></span><span class="postbody">"Akk..aakuuu tak mampu menahan lagi bu'. Aku keluarkan saja bu...</span><span class="postbody">yah" Pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan </span><span class="postbody">tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan </span><span class="postbody">badannya di sampingku sambil terlentang, lalu meraih kemaluanku dan </span><span class="postbody">menggocoknya dengan keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan </span><span class="postbody">hangat yang sejak tadi mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan </span><span class="postbody">payudara ibu majikanku. Iapun seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya </span><span class="postbody">terdengar panjang sekali dan ia seolah sangat lega.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan </span><span class="postbody">terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman </span><span class="postbody">dalam masalah sex.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah tau </span><span class="postbody">dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa </span><span class="postbody">maksudnya, tapi kelihatannya ia cukup menikmati.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Nis,, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin kamu </span><span class="postbody">belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?" katanya </span><span class="postbody">seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi </span><span class="postbody">tidur terlentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan </span><span class="postbody">mengisap-isap bibirku, lalu berkata:<br /><br />"Terima kasih yah Nis atas bantuanmu </span><span class="postbody">mau memijit tubuhku. Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi </span><span class="postbody">tugasmu hanya menyenangkan aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau </span><span class="postbody">khan?" katanya berbisik.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Yah,,bu'. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu atas </span><span class="postbody">budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga bu'" jawabku penuh </span><span class="postbody">bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku </span><span class="postbody">malu mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar kota, </span><span class="postbody">aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya </span><span class="postbody">berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, </span><span class="postbody">kami seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku </span><span class="postbody">sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku </span><span class="postbody">rajin dan patuh terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku </span><span class="postbody">diperlakukan layaknya anak atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku </span><span class="postbody">dibiayai </span><span class="postbody">dalam mengikuti pendidikan pada salah satu perguruan tinggi swasta di </span><span class="postbody">kota Makassar, bahkan aku diberikan sebuah kendaraan roda dua untuk </span><span class="postbody">urusan sehari-hariku.<br /><br />Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu </span><span class="postbody">pada semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah </span><span class="postbody">akibat kemalasanku belajar dan masuk kuliah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Karena aku sangat malu dan berat pada majikan laki-lakiku atas </span><span class="postbody">segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini, terpaksa aku </span><span class="postbody">meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota Bone </span><span class="postbody">untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang </span><span class="postbody">ada di kotaku tersebut. Untung aku punya sedekit tabungan, karena selama </span><span class="postbody">kurang lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung </span><span class="postbody">setiap diberikan uang oleh majikanku.<br /><br />Selama 4 tahun mengikuti kuliah di </span><span class="postbody">kotaku ini,akhirnya aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan </span><span class="postbody">kerajinanku belajar.<br /><br /><br />Tags:<br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >Cewek Indonesia, celebrities, sexy bikini, Cewek bokep, free foto, photo artis indonesia, foto bugil, jessica alba, paris hilton</span></span><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-61887523965066383142008-05-12T10:03:00.000-07:002008-05-12T10:31:51.499-07:00Istri Majikan<div style="text-align: center;"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-family:verdana;font-size:180%;"><span style="font-weight: bold;">Istri Majikanku yang ..........</span></span></a><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://duitonline.site88.net/index.php"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 146px; height: 166px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SCh-FlCxkCI/AAAAAAAAAds/EFBYez6AO3M/s200/03.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199544404107431970" border="0" /></a><span class="postbody"> Ceritanya, hanya persoalan sepele yaitu orang tuaku menghendaki </span><span class="postbody">agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku tetap </span><span class="postbody">ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar. </span><span class="postbody">Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga </span><span class="postbody">sebesar Rp.10.000,- buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. </span><span class="postbody">Karena aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa </span><span class="postbody">bermalam di terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan </span><span class="postbody">kerja secepatnya. Kerja apa saja asal halal.<br /><br /></span><span class="postbody">Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl. SA.Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba mewah itu. Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laki-laki setengah baya mempersilahkanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian seorang gadis entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali saya makan di kampungku.<br /><br /> Setelah kami duduk kurang lebih 2 menit di ruang tamu, tiba-tiba:<br />"Iyana eddi muaseng elo makkulliah na de' gaga ongkosona?(Ini orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang sehari-hari kugunakan di kampungku.<br /><br /> "Iye' puang. Iyana eddi utihirakki (Yah betul. Inilah orangnya yang saya antar)" jawab si sopir yang mengantarku itu. Selama di rumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini, sebaiknya kugunakan bahasa Indonesia saja tanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa Indonesia dan Bugis.<br /><br /> "Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu temanmu itu belum makan malam" katanya pada si sopir itu sambil mempersilahkan kami masuk ke ruang dapur.<br /><br /> "Ayo Nis, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi" ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.<br /><br /> "Yah..terima kasih pa'. Rasanya aku masih kenyang" kataku pura-pura kenyang meskipun sebenarnya aku sangat lapar karena belum makan malam.<br /><br /> "Ayolah...masuklah...jangan malu-malu. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini.<br /><br /> Biar sedikit saja di makan" kata sopir bersama dengan si pemilik rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari makanan.<br /><br /> Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri kanan dalam ruanga itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu. Seorang di antaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedang yang satunya lagi sedang berbaring di atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran. Bila ditaksir usianya antara 30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia masih gadis.<br /><br /> Selama kami menyantap makanan di atas meja itu, kami tidak pernah bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita setenga baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu pandangan, wanita itu melempar senyum manis. Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu. Kalau bukan karena si sopir itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat lemparan senyum si wanita setengah baya itu.<br /><br /></span><span class="postbody">Setelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di ruang tamu,laki-laki berperawakan besar tadi kembali duduk di depanku dan berkata "Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?" tanyalaki-laki itu<br /><br /> "Dari Bone pa'. Orang tuaku tinggal di kampung" jawabku.<br /><br /> "Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?" tanyanya lagi serius.<br /><br /> "Di kampung jauh dari kota pa'" jawabku lagi.<br /><br /> "Saya sudah dengar permasalahanmu dari sopir ini. Kalau kamu mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti"<br /><br /> "Terima kasih banyak pa' atas budi baik bapak. Aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan bapak" kataku dengan penuh kesopanan.<br /><br /> "Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai. Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai" lanjutnya terus terang.<br /><br /> "Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar ini" kataku.<br /><br /> Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si Sopir temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang. Aku mengerti dan laki-laki tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku dan kepala rumah tangga dalam keluarga itu, mengizinkan si sopir adi pulang ke terminal. Sebelum majikanku itu berangkat untuk mengurus usahanya pada esok harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang kemarin kulihat baca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu, termasuk sopirnya. Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku sehari-hari di rumah itu. Aku diminta menjaga rumah dan membantu istri keduanya ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya.<br /><br /> Aku senang sekali mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi membantu istrinya yang kuyakini cukup ramah dan bijaksana. Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga atau pembantu umum di rumah itu.<br /><br /> Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada keanehan hingga hari kedua belas. Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari. Aku yakin kalau pergaulanku dengan istri keduanya itu bisa tambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira mendengarnya.<br /><br /> Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir pribadinya sekitar pukul 9.00 pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapu tempat tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang, sementara anak gadis satu-satunya itu sedang ke sekolah.<br /><br /> "Nis, bisa ngga kamu membantu aku seperti suamiku membantuku setiap malam?" tanya istri keduanya itu ketika aku sedang membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaannya itu.<br /><br /> Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengan jelas.<br /><br /> "Membantu bagaimana yang ibu maksud?" tanyaku penuh ketakutan.<br /><br /> "Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit" katanya sambil sedikit senyum.<br /><br /> "Kalau soal pijit memijit, kurasa sangat mudah bu'. Aku bisa, tapi..tapiii aaapa bapak tidak marah nanti kalai ia tahu bu?" tanyaku terbata-bata kalau-kalau ia hanya memancingku.<br /><br /> "Ngga bakal marah kok. Kan kamu sudah jadi kepercayaannya. Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang" katanya lagi.<br /><br /></span><span class="postbody">Setelah kusetujui permintaannya, ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang tamu, sedang aku ke halan depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku. Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang makan, sedang ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV di kamarnya masing-masing. Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur.<br /><br /> Sedangkan anak gadis majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka lebar. Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu tidak menjelaskan jam berapa dan di mana. Di ruang makan, atau ruang tamu ata di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.<br /><br /> Setelah terdengar pintu kamar anak gadis majikanku itu tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdengar pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tiba-tiba ibu majikanku<br />itu duduk tidak jauh di sampingku sambil nonton TV bersamaku.<br /><br /> "Nis,, sudah lupa yach permintaanku tadi pagi?" tanyanya setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.<br /><br /> "Ti..tiiidak bu'. Mmmaaaaf bu', aku hampir lupa" jawabku ketakutan.<br /><br /> "Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. Khan sudah larut malam"ajaknya<br /><br /> "Ta..tapi di mana bu'?" tanyaku singkat.<br /><br /> "Tentu di kamarku donk. Tidak mungkin di sini atau di kamarmu" jawabnya<br /><br /> Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang mencurigai aku. Tapi karena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang di rumah itu pada tidur, maka apapun resikonya aku harus jalankan. Ibu majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia menuju kamar tidurnya, sementara aku ikut di belakangnya dengan pelan dan hati-hati pula. Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya dengan rapat. Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa memakai baju, melainkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.<br /><br /> "Ayo Nis, silahkan dipijit kepala dan leherku bagian belakang lalu punggungku" pintanya seolah tak sabar menunggu lagi. Aku segera duduk di pinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati menyentuh kepalanya bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya.<br /><br /> Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit pijitanku, ibu majikanku itu tiba-tiba bersuara dengan nada sedikit agak tinggi:<br /><br /> "Wah..kenapa tidak pakai minyak gosok Nis. Ambil di kolom rosban?"<br /><br /> "Yah..yah..maaf bu'. Aku tidak melihatnya tadi" kataku dengan suara agak tinggi pula.<br /><br /> "Jangan terlalu besar suaranya Nis, nanti kedengaran orang" kata ibu.<br /><br /> Setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu berbisik "Punggungku juga Nis, biar aku bisa tidur nyenyak". Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja, aku sudah cukup terangsang dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggugnya yang setengah telanjang itu. Tapi karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakan.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://duitonline.site88.net/index.php"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SCh-lVCxkDI/AAAAAAAAAd0/6VyqDw9mgk8/s320/04.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199544949568278578" border="0" /></a><span class="postbody">Ketika aku menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya,terasa hangat sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku di bawah ketiaknya dan di pinggir BH warna abu-abu yang dikenakannya. Kedua tanganku semakin lengket dan lambat gerakannya ketika ujung jariku sedikit menyelusup di balik pengikat BH dan<br />pinggir atas celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak sejenak ketika konsentrasiku mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.<br /><br /> "Nis, kenapa diam. Ada apa, sehingga kamu tidak menggerakkan tanganmu itu?" tanyanya sambil bergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku sempat melihat sebahagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.<br /><br /> "Ti..tidak apa-apa bu'. Hanya takut?" jawabku dengan nafas terputus.<br /><br /> "Takut sama siapa?. Khan tidak ada orang lain di sini, capek yaah?"<br /><br /> Setelah berkata begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga ia terlentang di depanku. Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata:<br /><br /> "Tidak keberatan khan jika kamu juga mengurut perutku, biar tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nis..." katanya sambil meraih kedua tanganku dan meletakkannya di atas pusarnya.<br /><br />Jantungku terasa hampir copot ketika ibu majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas, bahkan aku sedikit malu menatapnya, tapi:<br /><br /> "Jangan takut dan malu Nis. Ini adalah rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya" katanya ketika aku mulai agak menghindar.<br /><br /> "Bbba..bagaimana ini bu'. Kek..kenapa bisa bbbbegggini?" tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur.<br /><br />>> Bersamsbung.........<br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-42534288055470308802008-04-29T08:34:00.000-07:002008-05-12T09:54:52.980-07:00Bercinta dgn Mama Kawanku 2<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 126px; height: 148px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SBdCSIA_EzI/AAAAAAAAAdU/Lw7D-99aHN0/s200/32A.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5194693574351852338" border="0" /></a><span class="postbody">"Kamu tenang aja deh... pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe </span><span class="postbody">nanti sore jam 5 kita aman deh… jadi datang nggak..?" tanya Tante Nita.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tentu saja saya menjawab, "Jadi dong Tante.. bentar lagi saya kesana </span><span class="postbody">Tante, Tante tunggu yah..!"</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin </span><span class="postbody">menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti </span><span class="postbody">baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari </span><span class="postbody">rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. </span><span class="postbody">Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum </span><span class="postbody">perkotaan) saja.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena </span><span class="postbody">lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan </span><span class="postbody">perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab, "Iya, </span><span class="postbody">bentar..." lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. </span><span class="postbody">Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya </span><span class="postbody">yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin </span><span class="postbody">Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap </span><span class="postbody">tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. </span><span class="postbody">Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, </span><span class="postbody">segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera </span><span class="postbody">membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, "Jangan di sini dong sayang..!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Dimana Tante..?" tanya saya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Di kamar Tante aja..." kata Tante Nita.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, "Jadi, tunggu </span><span class="postbody">apa lagi Tante..?"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata </span><span class="postbody">saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan menggairahkan. Dengan tidak </span><span class="postbody">membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya dibalas Tante </span><span class="postbody">Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk </span><span class="postbody">meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan </span><span class="postbody">terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan </span><span class="postbody">naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di </span><span class="postbody">atas tubuh saya. Saya segera membuka baju Tante Nita sehingga tampaklah </span><span class="postbody">buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita </span><span class="postbody">menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan </span><span class="postbody">sangat jelas.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, </span><span class="postbody">maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Aduh enak sekali, ahhh... uh... sttt..." desahnya yang menandakan Tante </span><span class="postbody">Nita sudah terangsang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana </span><span class="postbody">saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling </span><span class="postbody">ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya </span><span class="postbody">segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah </span><span class="postbody">pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih </span><span class="postbody">terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung </span><span class="postbody">melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang </span><span class="postbody">terawat dengan rapi. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama </span><span class="postbody">kali saya lihat dulu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun </span><span class="postbody">segera mengerang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Aduh, nikmat sekali... sungguh... geli tapi... ahhh... uhhh... terus </span><span class="postbody">Endy..."</span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px;" src="http://galleries.penthouse.com/galleries/pv459-2/L/06.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://duitonline.site88.net/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 345px; height: 230px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SCh1a1CxkBI/AAAAAAAAAdk/X6MxDt5l_T4/s320/07.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199534873575002130" border="0" /></a><span class="postbody">Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante </span><span class="postbody">Nita pun menjerit, "Aduh saya sampai Ndyyy... segera keluar... ahhh..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat </span><span class="postbody">cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, "Endy... biarkan Tante Nita </span><span class="postbody">istirahat yah..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Saya segera menjawab, "Iya Tante..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas </span><span class="postbody">CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. </span><span class="postbody">Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di </span><span class="postbody">dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi </span><span class="postbody">yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati </span><span class="postbody">kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya </span><span class="postbody">dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak </span><span class="postbody">tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan </span><span class="postbody">membalikkannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">"Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yah </span><span class="postbody">Tante..?" tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tante Nita menjawab, "Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yah soalnya </span><span class="postbody">punya tante udah lama nih nggak digunakan.."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam </span><span class="postbody">lubang kemaluan Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan </span><span class="postbody">Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah </span><span class="postbody">terbenam ke dalamnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tante Nita segera menjerit, "Aduh... sakit sekali... pelan-pelan Ndy..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya </span><span class="postbody">dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya </span><span class="postbody">juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan </span><span class="postbody">hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak </span><span class="postbody">lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante </span><span class="postbody">Nita.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit sekali... biarkan tetap di dalam </span><span class="postbody">Endy, aduh... ahhh... ehmmm... uh..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera menggoyang pinggul saya dengan </span><span class="postbody">naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan </span><span class="postbody">goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, "Aduh... sakit sekali, </span><span class="postbody">tapi enak sekali, terus Endy..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan </span><span class="postbody">saya untuk mencapai kenikmatan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit </span><span class="postbody">kembali, "Aduh... saya sampai Ndyyy... akan segera keluar nih..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita, sebentar lagi... saya juga hampir </span><span class="postbody">sampai nih..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan </span><span class="postbody">hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, </span><span class="postbody">"Aduh... ahhh... aku sampai Endy... nikmat sekali..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang </span><span class="postbody">mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak. Rupanya saya </span><span class="postbody">juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit,<br />"Saya sampai Tante </span><span class="postbody">eh... ahhh... nikmat sekali"<br /><br />Lalu saya segera jatuh dan berbaring di </span><span class="postbody">samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami </span><span class="postbody">capai berdua.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang </span><span class="postbody">cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante </span><span class="postbody">Nita berkata padaku, "Tante Nita minta maaf Endy... tadi Tante Nita telah </span><span class="postbody">merenggut keperjakaan kamu... sungguh Tante Nita minta maaf.."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tetapi saya segera berkata, "Tidak apa-apa Tante, saya rela kok </span><span class="postbody">menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. </span><span class="postbody">Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan </span><span class="postbody">kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, "Iya... Tante sangat senang dengan </span><span class="postbody">permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu </span><span class="postbody">juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi.." dan saya </span><span class="postbody">mengiyakannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya </span><span class="postbody">dengan cara-cara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai </span><span class="postbody">gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. </span><span class="postbody">Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami </span><span class="postbody">hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di </span><span class="postbody">luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan </span><span class="postbody">Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jika saya </span><span class="postbody">liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta </span><span class="postbody">bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Ini merupakan pengalaman yang saya alami sendiri. Meskipun banyak yang </span><span class="postbody">kurahasiakan disini, tetapi cerita ini adalah benar-benar terjadi.<br /><br />Selesai-----<br /></span><br /><span class="postbody"></span></div><span class="postbody"><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-38106623910225084842008-04-28T13:07:00.000-07:002008-04-28T13:25:57.986-07:00Bercinta dgn Mama Kawanku<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 94px; height: 142px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SBYyO4A_ExI/AAAAAAAAAdE/s7wLYOXTo9Q/s200/yaya+matsushima.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5194394451354522386" border="0" /></a><span class="postbody"> Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah </span><span class="postbody">seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya </span><span class="postbody">saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan </span><span class="postbody">onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai seorang </span><span class="postbody">teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir </span><span class="postbody">setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan </span><span class="postbody">tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya </span><span class="postbody">saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan </span><span class="postbody">seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan </span><span class="postbody">saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani </span><span class="postbody">dengan mengkhayalkan mama kawanku ini.<br /><br /></span><span class="postbody">Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya mengkhayalkan bentuk<br /> tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.<br /><br /> Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban "Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena belum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil mengkhayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.<br /><br /> Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.<br /><br /> Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku,<br /> "Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?"<br /><br /> Dengan terkejut saya menjawab, "Saya tidak melihat apa-apa, Tante..."<br /><br /> Lalu Tante Nita berkata, "Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante.."<br /><br /> Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.<br /><br /> Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?"<br /><br /> Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, "Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante."<br /><br /></span><span class="postbody">Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.<br /><br /> Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.<br /><br /> Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, "Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?"<br /><br /> Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, "Terserah kamu sayang..."<br /><br /> Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.<br /><br /> Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, "Tante, bolekah saya membuka baju tante..?"<br /><br /> Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, "Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya."<br /><br /> Dengan terbata-bata saya menjawab, "Terima kasih Tante..."<br /><br /> Lalu Tante Nita berkata lagi, "Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya."<br /><br /> Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita."<br /><br /> Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.<br /><br /> "Uuhhh... ahhh..,"<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SBYyqIA_EyI/AAAAAAAAAdM/BQR03ZwXGv0/s400/brasil_bikini_11.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5194394919505957666" border="0" /></a><br /><span class="postbody"><br /> Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyembullah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.<br /><br /> Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, "Aduh, Tante Nita... saya sampai nih, uh... uhhh... uuuhhh..."<br /><br /></span><span class="postbody">Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.<br /><br /> Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celana Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya.<br /><br /> Tante Nita berkata kepada saya, "Endy, cepat dong... Tante sudah nggak tahan nih..."<br /><br /> Dengan tenang saya menjawab, "Iya Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapi.<br /><br /> Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.<br /><br /> "Endy.. terus.. Tante merasa nikmat sekali.. ah... ah... uhhh..." desahnya.<br /><br /> Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.<br /><br /> "Uhhh... Tante sampai nihhh... ayo terus Ndyyy... ah... ehmmm... nikmat sekali."<br /><br /> Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai menggosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.<br /><br /> Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, "Ahh... ahhh... auuu... ehmmm... saya sampai.. terus Ndyyy... uhh... ahhh... aahhh..."<br /><br /> Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.<br /><br /> Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.<br /><br /> Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, "Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu."<br /><br /> Dengan terkejut saya berkata, "Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, kan tante yang..."<br /><br /> Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, "Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya… nggak apa-apa deh... tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi. Kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!"<br /><br /> Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita."<br /><br /> "Kamu harus ingat janji kamu yah... sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu... kan kamu mau barbeque kan..?" kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.<br /><br /> Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, "Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?"<br /><br /> Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman."<br /><br /> Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh menggoda sekali.<br /><br /> Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil mengkhayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante Nita, tetapi yah...<br /><br /> Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali..."<br /><br /> Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon tuh..!"<br /><br /> Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, "Halo..?"<br /><br /> "Ini Endy yah..?" tanya orang lawan bicara saya.<br /><br /> Saya jawab, "Iya, disana siapa yah..?"<br /><br /> "Kamu udah lupa yah ama saya..?" dengan logat memancing.<br /><br /> Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, "Disana siapa sih kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!"<br /><br /> "Kok marah sih..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya lagi.<br /><br /> Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante Nita yah..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih... Tante sih main-main aja..."<br /><br /> Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood yah..? Jadi sama Tante juga nggak mood dong..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih… tapi nggak jadi deh.."<br /><br /> Dengan cepat saya memotong, "Bentar dulu Tante, kalo Tante sih gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yah..?"<br /><br />Bersambung..............<br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-28660974774577491212008-04-22T08:16:00.000-07:002008-04-22T08:56:34.425-07:00Tubuh Indah<div style="text-align: center;"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;" class="postbody">Mulusnya Tubuh Indah</span></span></a><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="postbody"><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://azhari-blog.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 97px; height: 120px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SA4EdIA_EvI/AAAAAAAAAcc/JNZfHun5gCk/s200/ayami+kida.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5192092318819095282" border="0" /></a><span class="postbody">Siang menyengat kota Yogya, dengan langkah gontai Anton berjalan di </span><span class="postbody">koridor kampus menuju ruang administrasi. Dia harus mendaftar ulang hari </span><span class="postbody">ini, hingga jam 12 siang, bila ingin ikut KKN. Rambut setengah bahu dan </span><span class="postbody">tak pernah berrcumbu dengan sisir, tidak membuatnya risi di tiup angin </span><span class="postbody">kemarau siang itu. "Siang Anton" sapa suara lembut dari ruangan sebelah </span><span class="postbody">kiri tempatnya dia berjalan. "Eh, siang nDah" sapanya kepada asal suara </span><span class="postbody">tadi. Indah, teman seangkatan Anton, dengan otak brilliannya sekarang </span><span class="postbody">menjadi assistent dosen. "Daftar KKN ya ton..? tanya Indah mengerlingkan </span><span class="postbody">mata bundarnya. "Iya non, ikutan KKN juga?" balas tanya Anton. "Iya laah, </span><span class="postbody">kan aku panitia" sambung manja Indah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Siapa tak kenal Anton, cowok urakan dengan dandanan semaunya tapi memiliki </span><span class="postbody">otak encer serta trik halus dalam memperlakukan wanita. Andai saja Anton </span><span class="postbody">rajin, mungkin sudah kemarin-kemarin lulus dia, pikir Indah, Tapi peduli </span><span class="postbody">setan liwatlah, yang penting, sebagai salah satu cewek yang mengagumi </span><span class="postbody">Anton, Indah tak begitu memperhatikan hal itu. Hatinya sedikit berbunga, </span><span class="postbody">mendengar kabar Anton ikut KKN, bukan karena ingin Anton segera </span><span class="postbody">menyelesaikan kuliahnya, terlebih Indah dapat berdekatan dengan Anton. </span><span class="postbody">Karena Indah sebagai assisten dosen, yang secara kebetulan dia bertugas </span><span class="postbody">mendampingi mahasiswa menlaksanakan KKN di suatu daerah terpencil, akan </span><span class="postbody">banyak kesempatan untuk mendekati Anton. Sosok Indah yang bertubuh sintal </span><span class="postbody">dengan dada membusung, rambut lurus sepinggang, ditambah tai lalat mampir </span><span class="postbody">dekat dagunya, menambah manis dan seksi.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Singkat cerita sampailah rombongan KKN di daerah terpencil, setelah </span><span class="postbody">pembagian penginapan yang di putuskan dalam breafing di pendopo kelurahan, </span><span class="postbody">Anton berlima satu rumah dengan Indah. Semua itu telah diatur Indah </span><span class="postbody">sebagai panitia yang mempunyai wewenang dalam pembagian penginapan, mereka </span><span class="postbody">mendiami belakang rumah pak Lurah, sebagai gambaran, desa tempat KKN </span><span class="postbody">berupa perbukitan tandus dan jauh dari kota, sarana serta prasarana sangat </span><span class="postbody">minim, listrik belum ternjangkau. Satu-satunya sumber mata air berjarak </span><span class="postbody">300 meter dari desa. Kegiatan sehari-hari KKN adalah memberi penyuluhan </span><span class="postbody">kepada masyarakat yang dilaksanakan sehari penuh, anggota KKN baru kembali </span><span class="postbody">ke penginapan sekitar pukul 9 malam.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">Satu bulan berlalu, Jumat sore setelah tugas selesai seharian, tiba </span><span class="postbody">giliran mahasiswa yang ingin pulang ke rumah masing-masing, anggota KKN </span><span class="postbody">mendapat cuti selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu.<br /><br />"Gimana Ton? kamu </span><span class="postbody">ikut pulang? tanya Indah pada Anton.<br /><br />"Yah, liat aja lah. Kalo ada yang </span><span class="postbody">bayarin gue pulang, kalo enggak yah jaga posko, abis semuanya pada pulang" </span><span class="postbody">jawab Anton sekenanya.<br /><br />"Udah di sini aja nemenin aku" kata Indah setengah </span><span class="postbody">berharap, sebagai panitia Indah tidak mendapat jatah cuti.<br /><br />"Boleh, sapa </span><span class="postbody">takut? jawab Anton, Indah pun mengangguk sembari tersenyum lega.<br /><br />"Ton, mau </span><span class="postbody">nggak temani aku ke sumber" tanya Indah memelas kepada Anton.<br /><br />Sumber </span><span class="postbody">adalah tempat mata air di mana semua kegiatan mandi dan mencuci dilakukan </span><span class="postbody">anggota KKN. Indah ketinggalan teman-teman putrinya mandi tadi, sementara </span><span class="postbody">Anton cukup dua hari sekali mandi.<br /><br />"Nggak takut sama aku?" canda Anton, </span><span class="postbody"><br />"Emangnya kamu rabies ya? tanya Indah senyum di kulum.<br /><br />Wah rejeki nomplok </span><span class="postbody">nih, batin Anton, tak terasa celana jin sobek yang dikenakannya terasa </span><span class="postbody">sesak, terutama daerah selangkangannya.<br /><br />"Ati-Ati lho nDah, jalan ma setan" </span><span class="postbody">teriak Dini teman se kamar Indah sambil mengerlingkan mata ke arah Anton.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://azhari-blog.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SA4E3YA_EwI/AAAAAAAAAck/R1BGooHJ95w/s400/ayami+kida.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5192092769790661378" border="0" /></a><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><span class="postbody"><br />Anton gemas, diambilnya batu kecil dan dilemparkannya ke arah Dini,<br /><br />"awas </span><span class="postbody">ya kamu, entar malem aku grayangin" ancam Anton. Hi... hi... siapa takut </span><span class="postbody">di gerayangin kamu, emangnya berani?" tantang Dini.<br /><br />"Udah ah, gak usah </span><span class="postbody">dilayanin, ayo nati keburu kemaleman di sana" kata Indah sambil menarik </span><span class="postbody">lengan Anton.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Kok sepi ya Ton, dan dingin pula daerah sini" kata Indah sambil </span><span class="postbody">merapatkan tubuhnya ke Anton.<br /><br />"Namanya aja hutan, ya jelas sepi dong" </span><span class="postbody">jawab Anton.<br /><br />"Kamu udah mandi Ton?" tanya Indah.<br /><br />"Ha... ha... ha... kayak </span><span class="postbody">gak tau aku aja, rencana sih besok aja mandinya" jawab Anton.<br /><br />"Temenin aku </span><span class="postbody">mandi ya Ton?" pinta Indah setengah berbisik,<br />"Gak usah di suruh lagi tuan </span><span class="postbody">putri, hamba siap melayani permintaan tuan putri" gaya Anton berpantomim. </span><span class="postbody"><br />"Ihhh, genit, awas ya..." ujar Indah sambil mencubit pinggang Anton.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Keduanya berbugil ria masuk ke pancuran tempat untuk mandi, mereka </span><span class="postbody">berpelukan.<br /><br />"Ton... udah berapa wanita yang kamu gauli?" selidik Indah. </span><span class="postbody"><br /><br />"Ha... ha... ha... sama kamu udah yang ke 1001 non" canda Anton.<br /><br />"Nakal </span><span class="postbody">aya kamu, apa sih yang membuat cewek tergila-gila sama kamu Ton?" keja </span><span class="postbody">Indah sambil mencubit Anton dengan mesra.<br /><br />"Mungkin mereka tergila-gila </span><span class="postbody">sama adikku ini" kata Anton sembari memainkan penisnya yang mulai berdiri.<br /><br /></span><span class="postbody">"Boleh aku kenalan sama adikmu?" kerling manja Indah,<br /><br />"Ati-ati lo, dia </span><span class="postbody">suka ngeludahin cewek" goda Anton.<br /><br />Dipegangnya penis Anton dan dibelai </span><span class="postbody">mesra tangan halus Indah.<br /><br />"Dingin ya Ton airnya" kata Indah,<br />"Ah enggak... </span><span class="postbody">anget kok" jawab Anton sambil meraba selangkangan Indah.<br /><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-18793664946649484932008-04-12T08:29:00.000-07:002008-04-22T08:54:06.396-07:00Ibu Kost<div style="text-align: center;"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;font-size:180%;" ><span class="postdetails">Ibu Kost dan Anak Tetangga </span></span></a></div><div style="text-align: justify;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;"><span class="postbody"><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /></span></span><div style="text-align: left;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 93px; height: 140px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SADo0Vc64kI/AAAAAAAAAcU/dbM7yI_LzUg/s200/bikini-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5188402756540097090" border="0" /></a><span style="font-size:100%;"><span class="postbody">Waktu itu sekitar tahun 2001. Aku sdh menginjak bangku kuliah. </span><span class="postbody">Aku ada mahasiswa di salah satu Universitas di Surabaya, sedangkan rumahku </span><span class="postbody">di daerah jakarta. </span><span class="postbody">Terpaksa aku harus kost di Surabaya.</span></span><br /></div><span style="font-size:100%;"><br /><span class="postbody"> Aku akhirnya menemukan tempat yang nyaman menurutku.....</span><br /><br /><span class="postbody"> Saat pertama kaliku melihat ibu kost, ternyata ia masih </span><span class="postbody">muda, putih, dengan dada yang tidak terlalu besar dan tdk terlalu </span><span class="postbody">kecil.</span><br /><br /><span class="postbody"> Aku berkenalan sejenak dengan ibu kost itu...</span><br /><br /><span class="postbody"> "Aku Irvan bu, aku disini mau kuliah" kataku sambil menyodorkan tangan </span><span class="postbody">ku ke tangannya yang cukup mulus itu.</span><br /><br /><span class="postbody"> "Oh....Saya Dewi...Semoga kamu betah di kosan ini yah" katanya.</span><br /><br /><span class="postbody"> "Pasti betah saya disini bu" kataku sambil ngegombal dikit ke ibu kost itu. </span><br /><span class="postbody"> "hahahah"di tertawa sejenak.</span><br /><br /><span class="postbody"> Setelah itu aku masuk ke kamar dan membereskan semua pakaian dan peralatan </span><span class="postbody">yang aku bawa dari Jakarta..</span><br /><br /><span class="postbody"> Setelah membereskan semua perlengkapanku kemudian aku mandi.</span><br /><br /><span class="postbody"> Saat keluar dari kamar mandi, aku melihat kamar yang tidak tertutup </span><span class="postbody">rapat..saat aku mengintip, ternyata itu kamar Bu Dewi. Dia sedang asyik </span><span class="postbody">membaca sambil tertawa, saat aku melihat ke arah kaki... dia sedang </span><span class="postbody">memakai rok dan terlihat paha mulusnya yang putih itu. Sejenak aku </span><span class="postbody">menikmati pandangan pertamaku pada paha ibu Dewi. Aku langsung pergi </span><span class="postbody">ke kamarku karena takut dipergoki oleh orang sedang asyik melihat paha Bu </span><span class="postbody">Dewi.<br /><br /></span></span><span class="postbody">Keesokan harinya aku pergi ke universitas ******** hari pertama prospek aku letih sekali karena dari pagi sampai sore aku disiksa oleh Seniorku......<br /><br />Setelah sore har kami semua diizinkan pulang oleh senior yang galak dan kejam itu.<br /><br />Sampai di kosan aku lantas mandi, setelah mandi aku langsung tidur karena begitu letihnya kemarin.<br /><br />Hari kedua sama seperti hari pertama, begitu letih dan pada sore hari badanku lemas sekali dan aku terpaksa tidak ikut prospek.<br /><br />Pagi hari aku sulit bangun dari tempat tidurku.......<br /><br />Bu Dewi yang tidak bekerja... menengokku sejenak dan menanyakan keadaanku<br /><br />"Kamu kenapa Van"katanya dengan senyum menggoda<br /><br />"Gak tau ni bu....Lemes banget ni badan..."kataku dengan agak sedikit di beri rintihan<br /><br />"Terlalu letih ya Van?" kata bu Dewi..<br /><br />"Iya bu....2 hari keletihan gara-gara di kerjai oleh Senior..." kataku<br /><br />"oo.... ibu buatkan teh manis yah?" Katanya menawarkan teh ke aku<br /><br />"Gak merepotkan Bu?" kataku basa-basi<br /><br />"enggak kok....!"<br /><br />"Ya udah d...."<br /><br />Saat itu juga dia langsung membuatkanku teh manis....<br /><br />"ini Van teh manisnya"<br /><br />"makasih ya Bu"<br /><br />"sama2"<br /><br />"Kamu anak pertama Van?" katanya dengan sedikit memainkan mata<br /><br />"Enggak kok bu, saya anak bungsu dari 3 bersaudara" kataku sedikit bingung<br /><br />"ooww...."<br /><br />"Suami Ibu mana bu?"<br /><br />"saya masih lajang kok Van"<br /><br />"Wah masih lajang??? Kok sudah punya kost2an seperti ini bu?"<br /><br />"Ini peninggalan orang tuaku.... orang tuaku sekarang ada di Jepara mengurusi kakekku yang sedang sakit.... terpaksa aku harus mengurus ini kosan!"<br /><br />"Ohh.....ibu nggak kerja?" tanya ku sambil mengambil gelas di meja samping kasur ku<br /><br />"Endak, eh jangan panggil Ibu donk kita kan cuma beda 3-5 tahun" katanya sedikit mengeluh<br /><br />"ya udah d... aku panggil Dewi aja..." kataku dengan sedikit rayuan mata<br /><br />"nah itu lebih enak didengar"<br /><br />"hehehehehehehehe" tawaku<br /><br />"Ibu berarti masih perawan donk??" tanyaku iseng<br /><br />Ia diam sejenak.... dan kamarpun hening beberapa detik.....<br /><br />"saya masih perawan"<br /><br />"Sama donk..saya juga masih perjaka" jawabku dengan penuh rayuan<br /><br />Ia keluar kamar dan aku sedikit kecewa karena tak bisa merayunya<br /><br />Kudengar ia masuk ke kamarnya..... dan balik lagi ke kamarku dengan membawa kantong kresek warna hitam....dan memberikannya kepadaku. Saat ku buka kantong itu.....ternyata di dalamnya CD bokep....<br /><br />Aku kaget dan menanyakannya<br /><br />"Wi...kok kamu nyimpen film dewasa kek gini?!!" tanyaku heran...<br /><br />"Aku suka iseng nonton ini film..." jawabnya<br /><br />Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan berkata...<br /><br />"kamu mau praktekin apa yang kamu tonton gk??!?!?"<br /><br />Dewi diam saja dan menghiraukan pertanyaanku<br /><br />Aku langsung memeluknya dan menciumnya...... Dia menghalauku... dan aku tak perduli..... aku teruskan cumbuan mautku<br /><br />"ah......ukh......" desahnya sedikit keras<br /><br />"jangan di sini Van....di kamarku saja yu?!?!?" katanya membujukku<br /><br />"tapi... ada orang tidak disini?!?" tanyaku<br /><br />"tidak ada.... semua nya lagi keluar "jawabnya meyakinkanku<br /><br />"ya sudah...kita kekamarmu!"<br /><br />Setelah ku kunci kamarnya, langsung ku cium bibirnya yang menggoda itu. Dia mendesah lagi... tanpa basa basi ku buka rok dan bajunya... aku kaget... ternyata ia tidak pakai celana dalam, yang tersisa hanyalah BHnya.<br /><br />Kucumbu dan kugerayangi tubuhnya, saat sudah mencapai gumpalan gunung putih itu.... ia menggelinjang... dan ku sibak BH hitamnya itu.<br /><br />kugerayangin semua badannya dan yang tersisa hanyalah bagian bawahnya yang belum kunikmati, akhirnya tiba juga di persinggahan yang paling nikmat....<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/SADoeFc64jI/AAAAAAAAAcM/hHp-8bOB6u0/s400/bikini-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5188402374288007730" border="0" /><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --></span></a><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a><br /><span class="postbody">Bau vagina yang belum kurasakan sebelumnya....<br /><br />Saat ku jilat... dia mendesah sedikit keras<br /><br />"uh.......akh...........ahhhhhhhhh....." desahannya sedikit keras....<br /><br />"Nikmat gk wi?!?!"<br /><br />"Aduh... ra...saa.....nya.... wuen...ak te....nan...." jawabnya sedikit terbata-bata menahan jilatanku...<br /><br />Kuteruskan lagi jilatanku....<br /><br />dari mekinya... aku menuju mulutnya yang manis itu....<br /><br />Saat aku sibuk melumat mulutnya, ia membuka semua pakaian yang melekat di tubuhku... dan tersibak lah burung kesayanganku yang cukup lebat dan lumayan besar<br /><br />"Aduh.. besar sekali punyamu Van..... !"<br /><br />"heheheheh" tawaku sambil melanjutkan cumbuanku itu<br /><br />Kuteruskan perjalananku itu.....<br /><br />"Kumasukkan ya Wi?!?!?"<br /><br />"ehm..... tapi pelan-pelan yah.... masih perawan sih....!" jawabnya<br /><br />"Siap Tuan Putriku" jawabku dengan sedikit gombalan<br /><br />Saat kumasukkan penisku..... sempit sekali.... dan dewi mendesah<br /><br />"uh......pe...lan...pe..lan..... Van...!"<br /><br />Blesssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss.... Darah perawan mengalir di semua bagian alat vitalu.<br /><br />"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"<br /><br />Teriaknya.... dan ia pun lemas tak berdaya... akupun menggenjot lagi...<br /><br />"va...n....ak...u....ma...u....keeeee.....llluuu.. .arr!" katanya dengan terbata bata<br /><br />"kelu....arr...in....aja....!" jawabku dengan sedikit desahan...<br /><br />dia pun menggelinjang...cairan hangat keluar....<br /><br />"a.h......uh............." Desahannya....<br /><br />"e...n...ak.....te....nan...Va..n..!" desahannya tak kuasa menahan derasnya laju<br /><br />"aku m...a...u...keee...lu...ar Wi........A....k...u...<br />ke....luar...kan...di...dala...m ya....h??!?!?" Pintaku....<br /><br />"c...e...p...a.a.tttttt kkee...llluarr....kan!!!!" pintanya sedikit menahan rasa nyeri di memeknya,...<br /><br />Keluarlah spermaku dengan deras di vaginanya<br /><br />Saat sedang lemas lemasnya.... tiba-tiba ada bayangan hitam terlihat di jendela....aku sejenak menghentikan kerjaanku...kubisikan ke Dewi<br /><br />"Wi...ada yang ngintip tuh!"<br /><br />"Syapa????!!"<br /><br />"manaku Tau...!Kuliat yah..." jawabku<br /><br />Ternyata yang mengintip seorang wanita.....kulihat ia sedang melihat ke arah barangku dan kubuka sedikit jendela.<br /><br />"Ngapain kamu disini?!?!?!" tanyaku sedikit kesal<br /><br />"em.....nggak kok mas...maaf!"Jawabnya ketakutan<br /><br />"Kamu mau nyoba?!?!?" Tanyaku merayu<br /><br />"Aduh....enggak d mas...!" jawabnya ketakutan setengah mati<br /><br />"Enggak apa apa kok....!"<br /><br />Kupakai pakaianku dan keluar rumah.... kutarik tangannya untuk ikut ke pertandingan utama<br /><br />Dia mengelak.....dan kupaksa dengan sedikit rayuan<br /><br />"Enggak papa kok..... pasti kamu menikmatinya..."Kataku dengan rayuan yang membuatnya mengiyakan permintaanku...<br /><br />Saat masuk ke kemar...kutanya siapa dia...<br /><br />"Syapa namamu???"<br /><br />"m......Nama saia putri mas...!" jawabnya ketakutan<br /><br />"O...nama saia irvan...Kelas berapa put?!"<br /><br />"Ke...las...2 SMA mas...!"<br /><br />"Oh.....Sudah pernah liad orang beginian put?!?!"<br /><br />"Sudah...tapi di CD...belum pernah liad yang live...!"<br /><br />"mau coba?!?!?!" tanyaku...<br /><br />"Aduh mas......Aku nonton dulu aja d..."<br /><br />"Ya sudah kalau kamu belum mau menikmati kenikmatan luar biasa ini...!<br /><br />Aku melanjutkan showku dengan Dewi yang tadi kukacangi...<br /><br />Setelah beberapa menit...kulihat putri gelisah dan sedikit merangsang setelah mendengar desahan Dewi...<br /><br />Putri langsung membuka bajunya.......dan tersibaklah semua bagian tubuh yang berwarna putih itu...<br /><br />"Kamu mau....Putri???" Tanyaku<br /><br />"Mau mas....dari tadi aku melihat kalian berdua serasa nikmat sekali..." jawabnya<br /><br />"ya udah...sini kamu...."<br /><br />Putri menghampiri kami berdua dengan badan bugil yang indah itu...<br /><br />Toketnya besar....ukurannya sekitar 36B<br /><br />Wow........tanpa basa basi ku lumat toketnya itu....dan Dewi sibuk<br />mengulum kontolku......<br /><br />Dewi merasa sudah mau keluar.....<br /><br />"Van aku mau keluar ni...."<br /><br />"ya udah keluarkan...."<br /><br />Aku langsung tiduran di bawah memeknya.... dan keluarlah cairan yang cukup hangat dan tidak terlalu banyak...dan kusedot habis<br /><br />setelah ku telan aku langsung mengulum Toket putri sementara dewi sedang tiduran karena keletihan...<br /><br />Setelah itu... tanpa basa basi kuletakkan kontolku ke liang kenikmatan Putri...<br /><br />Blupp..blupp..blupp.....Putri mendesah<br /><br />"a....h.....uh.h.....akh.....aa...."<br /><br />Blesssssssssssssssssssssss........... darah perawan mengalir 2x di kemaluanku....<br /><br />"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaa"<br /><br />Teriaknya sedikit keras....<br /><br />kuteruskan genjotanku...semakin lama semakin cepat...putri sering mendesah<br /><br />"aa....ukh....a.h......uhh.........a.h......ah.... .."<br /><br />"Ak...u....m......au.....k...elllll.....u...a....r ....r...ma...s!"<br /><br />Aku diam saja....dan keluarlah cairan itu....<br /><br />Saat yang bersamaan aku juga mau keluar....tapi tak kuberitahu ke putri....aku takut ia tak mau menerima cairan ku di memeknya. Langsung kekeluarkan saja di memeknya......<br /><br />Setelah itu gantian Dewi yang kugerayangi...<br /><br />Setelah hampir 3 jam aku mengerayangi kedua wanita yang kini sudah hilang keperawanannya.... kami menyudahi pertandingan kami....takut ada yang datang dan kami sedang asyik main sodok2an....<br /><br />mereka berdua berterima kasih ke saia....<br /><br />Putri segera bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dan aku memakaikan bajunya sambil memegang mekinya dan sedikit cumbuan di toket dan bibirnya.... dan setelah itu Putri pulang dengan letihnya.....<br /><br />Saat itu juga Dewi membuka sprei yang kotor dengan darah dan menaruhnya di kantong plastik dan ia mencucinya malam hari.....<br /><br />Saat memakai baju..tiba-tiba suara bel berbunyi....dengan paniknya aku langsung masuk ke kamarku dan tidur....<br /><br />Sementara dewi...membuka pintu dan ia langsung masuk kekamar dan tidur...<br /><br />Setiap malam dan ketika kosan kosong kejadian itu terulang... kadang saia lawan 2 wanita...kadang hanya 1 wanita yang menemaniku...<br /><br />Sampai akhirnya Orang tua Dewi pulang...dan kami jarang melakukan pertandingan kami bertiga karena takut ketauan Oleh orang tua Dewi..<br /><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /></span><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-80610248145248079252008-04-06T06:17:00.000-07:002008-04-06T09:16:48.951-07:00Tante Keysha<div style="text-align: center;"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">Tante Keysha yang HOT</span></span></a><br /></div><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 110px; height: 148px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_jUOTcskXI/AAAAAAAAAbk/ql--3HrO8Go/s200/mio+okazaki.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5186128313121018226" border="0" /></a><span class="postbody">Ini pengalamn kisah nyata gue...sampe sekarang gue masih sering teringat </span><span class="postbody">ma tante yang sangat baik bagi gue dia benrnama <a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">Tante Keysha</span></a>. Gue pertama </span><span class="postbody">kenal dia di dunia chating, setiap hari selama 1 minggu gue sering chating </span><span class="postbody">ma dia dan belum bertatap mu tapi gue dah liat FS nya. Dia begitu <a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">cantik </span></a></span><span class="postbody"><a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">dan sexy</span></a>, apalagi di pic nya dia memperlihatkan dada nya yang indah dan </span><span class="postbody">besar banget. Makanya gue semangat chating ma dia, walaupun gue selalu </span><span class="postbody">menghabis kan uang saku gue buat chating ma tante tersayang. Dan setelah 1 </span><span class="postbody">minggu kami berjanji akan ketemu di suatu restorant di daerah kota Medan. </span><span class="postbody"><br /><br />Saat menunggu dia datang, jantung rasanya nggak menentu, gugup banget dan ini </span><span class="postbody">pertama kali gue ketemu ama <a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">tante2 yang bener sexy</span></a>. Dan tiba2 ada yang </span><span class="postbody">memangil saya Andre ya...dan saya membalik, Wow mata saya hampir mau copot </span><span class="postbody">melihat <a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">wanita yang bener2 cantik dan sexy</span></a> berada di depan saya.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody">Saat itu dia memakai baju tanktop berwarna putih dan belahan dadanya </span><span class="postbody">sangat kelihatan bawahan nya memakai rok mini yang bener2 mini. Setelah </span><span class="postbody">satu jam kami bertukar cerita, si tante ngajak jalan...saat itu kami nggak </span><span class="postbody">tau tujuan. Tapi kami jalanin aja kota medan sambil becanda di dalam </span><span class="postbody">mobil...tanpa kami sadari kami udah berada di Brastagi di daerah kota </span><span class="postbody">Medan. Hmmm si tante sempat kaget...koq kita ke sini ndre. Aku bingung mau </span><span class="postbody">jawab apa? trs tante bilang, ya udah deh kita nginap di hotel aja yah, </span><span class="postbody">kamu mau nggak? tanpa menolak saya langsung iya kan ajakan nya. Kami </span><span class="postbody">menginap di hotel yang sangat mewah. Saat memasuki kamar hotel aku sangat </span><span class="postbody">gugup...gue nggak tau apa yang mesti gue lakuin nih ke si tante, gue bener </span><span class="postbody">binggung.<br /><br />Karena kami nggak membawa perlengkapan baju, kami sempatin belanja </span><span class="postbody">di sekitar pingiran jalan Brastagi...si tante beli baju tidur yang sexy </span><span class="postbody">bgt..waduh pada saat itu penis gue terus tegang. Sesampainya di hotel gue </span><span class="postbody">mandi, setelah gue dah selesai mandi si tante pergi mandi juga. Setelah itu </span><span class="postbody">kami berdua nonton TV sambil baecanda sesekali. Tiba2 si tante bilang kamu </span><span class="postbody">nggak kedinginan ndre...tanpa banyak komentar si tante langsung ku peluk </span><span class="postbody">biar hangat. Tiba2 si tante mulai nyiumin dan jilatin kuping gue. Gue </span><span class="postbody">bener Horny bgt...langsung aja gue ciumin bibir nya...wow begitu </span><span class="postbody">lembut. Ciuman kami semakin panas dan tangan gue mulai bermain di dada montok si tante. Dada tante bener2 masih ketat n padat, tangan gue mulai masuk kedalam baju daster nya si tante dan gue memainkan puting nya yang cukup gede.D an tante Keysha mulai mendesah nggak karuan. Gue tetap memainkan puting nya sambil meremas2 buah dadanya. Tante Keysha mulai buka baju kaos gue dan celana gue, tangan tante mulai nakal maini penis gue dari luar. Dan gue juga buka daster nya tante....wow buah dada nya tante bener gede bgt dan padat puting nya yang merah jambu...hmmmm. Lansung gue lumat sambil jilatin puting nya yang bener2 mengoda....dan tangan gue satu lagi sambil meremas2 buah dadanya yang satu lagi. Tangan si tante sekarang dah masuk ke dalam celana dalam gue.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_jUgjcskYI/AAAAAAAAAbs/BFDBpCDdk_w/s320/mio+okazaki.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5186128626653630850" border="0" /></a><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><span class="postbody"><br />Tiba2 dia nolak gue supaya gue telentang....dia terus buka celana dalam gue trs jilatin penis gue. Gilak enak bgt bro jilatan si tante...mhhhh gua sambil mendesah nggak karuan. Udah cukup lama si tante jilatin penis gue...gue tidurin dia di tempat tidur dan sekarang giliran gue jilatin vagina nya si tante. Saat gue buka cd nya tante yang berwarna hitam..duh tuh vagina indah bgt..seperti kerang dan berwarna kemerahan...muncung. Guelangsung mendarat di klitoris nya si </span><span class="postbody">tante.......mhhhhhhh.....ouuggghhh si tante mendesah desah enaka bgt ndre ouuugghhhhh dan jari tengah gue, gue masukin ke dalam lubang vagina nya tante...dan tante desahan nya tambah deras. Lidah gue trs memainkan vagina tante....jari tengah gue gue cabut dan lidah gue sekarang yang masuk ke dalam lubang nya...ouuugggghhh ndre oouugghhh enak sayang enak bgt...ndre tante mau keluar ni...setelah 5 detik langsung lidah gue dibanjirin dengan cairanyang rasanya agak2 asin and kental bgt. Terus si tante lansung minta masukin penis gue kedalam lubangnya. ouugghhhh vagina nya tante masih sempit bgt padahal dia sudah punya 2 anak.<br /><br />"Ouugghhhh pelan2 ndre....mmhhhh gue bener nggak tahan nih..."<br /><br />Langsung gue genjot n gue puter puter penis gue di dalam vagina nya tante.<br /><br />"Oouuggghhhhh yang kencang ndre, Tante mau keluar lagi nih"<br /><br />Dalam hati gue wow si tante dah keluar 2 kali sedangkan gue belom keluar.<br /><br />"Tambah kencang ndre...ouuggghhhh" Tante jambakin rambut gue dan terasa banjir bgt di dalam lubang itu rupanya si tante dah keluar. Gue ganti posisi sekarang si tante dia tas...dia sanagt mahir membuat putaran yang sangat mengasyikan..oouugghhh tangan gue mulai meremes2 dada nya tante sambil memlintir2 puting nya yang membesar karna horny....oouuggghhhhhh gue ikutan goyangin pantat </span><span class="postbody">gue....oouuugggg gue dah mulai mau keluar dan si tante juga dah mau keluar lagi......goyangan si tante makin kencang...ooouuuggghhhhh kami berdua mendesah bersamaan. Akhirnya sperma gue dah muncrat di dalam vagina nya si tante.<br /><br />Kami menginap 3 hari di Brastagi, hampir setiap saat kami melakukan nya. Tante Keysha bener kuat bgt. Sekarang masih sering kencan ma tante di tempat yang sangat tertutup. Makasih tante, tante bener2 baik bgt.</span></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-75722693504616983372008-04-02T08:41:00.000-07:002008-04-06T09:13:23.696-07:00Lukisan Bugil Diriku Bag 3<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 112px; height: 147px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_UU7jcskVI/AAAAAAAAAbU/yUc3QYpoNAU/s200/ran+asakawa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5185073559347433810" border="0" /></a><span class="postbody">“Disini lebih hangat kan, Lix ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Iya hangat Ci, sedikit basah gitu”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Coba lu masukin jarilu lebih dalam lagi ke situ, pelan-pelan aja”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dua jadinya pelan-pelan memasuki liang kenikmatanku, melewati dinding yang </span><span class="postbody">bergerinjal-gerinjal.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Sekarang coba lu gosokin daging kecil yang...ahhh !!” aku tak tahan untuk </span><span class="postbody">tak mendesah sebelum selesai menjelaskan karena sensasi yang </span><span class="postbody">ditimbulkannya, Felix sudah terlebih dulu mengepit benda itu diantara dua </span><span class="postbody">jarinya dan mengusap-usapnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Kenapa Ci ? sakit ?” tanyanya polos</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Nggak...enak terusin Lix, itu yang namanya klitoris, daerah rangsangan </span><span class="postbody">cewek, ayo gituin lagi !!”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dia melanjutkan usapannya pada klitorisku dan semakin lama semakin nikmat. </span><span class="postbody">Mulutnya kembali mencaplok payudaraku. Aku menggelinjang keenakan dengan </span><span class="postbody">nafas makin memburu, tanganku mencengkram pundaknya dan membelai </span><span class="postbody">kepalanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Oohh...yess...gitu, i like it...terus...terus !!” desahku sesekali </span><span class="postbody">menggigit bibir bawah</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Lagi enak-enaknya terbuai tiba-tiba HP-ku berbunyi, sehingga Felix </span><span class="postbody">berhenti sejenak melihat asal suara</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “HP lu tuh Ci, mau diangkat ?” tanyanya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Udah ah biarin aja...ayo lagi tanggung nih !” kataku sambil membenamkan </span><span class="postbody">wajahnya ke dadaku lagi</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dari ringtonenya aku tahu itu pasti salah satu dari geng-ku, kalau tidak </span><span class="postbody">Verna, Indah, atau Ratna, paling-paling mau ngajak jalan atau ketemuan, </span><span class="postbody">nanti juga bisa.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ci, tapi itu...kalo penting...?” tanyanya lagi</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Cerewet, ayo terusin lagi, bukan urusanlu !” bentakku membenamkan lagi </span><span class="postbody">wajahnya ke dadaku</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kamipun kembali berpacu dalam nafsu, ringtone HP-ku terus berbunyi sampai </span><span class="postbody">berhenti beberapa saat kemudian. Dia kini lebih ahli melakukan tugasnya, </span><span class="postbody">hisapannya pada payudaraku semakin mantap, pipinya sampai kempot </span><span class="postbody">menghisapnya. Tangannya pada vaginaku bukan cuma mengusap-usap saja, namun </span><span class="postbody">sudah berani menusuk-nusuk sambil tetap memainkan klitorisku. Sebelum dia </span><span class="postbody">membuatku orgasme aku memegang pergelangan tangannya dan menyuruhnya </span><span class="postbody">menarik keluar dari vaginaku. Jari-jarinya basah sekali oleh cairan </span><span class="postbody">kewanitaanku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Aku mencegahnya waktu dia mau mengelap jarinya itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Jangan dibuang dong, mubazir” cegahku</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Hah, tapi lengket gini Ci, emang mau diapain ?” tanyanya heran</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku tidak menjawabnya selain mendekatkan telapak tangannya ke mulutku, </span><span class="postbody">kemudian kumasukkan jari telunjuknya ke mulutku, kuemut dengan penuh </span><span class="postbody">perasaan merasakan cairanku sendiri. Tatapan mataku yang binal menatap </span><span class="postbody">wajahnya yang terbengong-bengong dengan tingkahku yang liar.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Coba Lix, rasain deh sarinya cewek seperti gua tadi !” kudekatkan jari-jari basah itu ke mulutnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Mulanya dia agak ragu-ragu dan risih mencicipi cairan itu, namun karena kubujuk terus akhirnya dia pun pelan-pelan menjilati juga cairanku yang belepotan di jarinya itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Terus..lagi di sebelah sana tuh, belum habis” aku menyemangatinya karena dia ragu-ragu menjilatinya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Gimana rasanya ?” tanyaku dengan tertawa tertahan</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Aneh Ci, tapi lama-lama enak juga sih”<br /><br /></span><span class="postbody">Setelah itu aku menyuruhnya rebahan lalu aku naik ke atasnya. Aku melepaskan kacamatanya lalu menaruhnya di meja kecil sebelah ranjang. Kami berpelukan erat dan kembali berciuman dengan penuh gelora. Sambil berciuman tangannya menjalar turun mengelus punggungku dan meremas kedua belah pantatku. Nafas kami sudah demikian memburu sehingga hembusannya terasa pada wajah masing-masing. Mulutku merambat ke bawah menciumi lehernya dan terus ke dadanya, putingnya kucium dan kugigit agak keras sambil menariknya.<br /><br />“Aooww...Ci...nakal lu yah...kaget tau !” tersentak kaget dengan gerakan agresifku<br /><br />Aku tertawa cekikikan karena reaksinya, dasar amatiran, lucu banget ML sama yang model ginian. Sesaat kemudian aku meraih penisnya dan mulai mengarahkannya ke vaginaku.<br /><br />“Selamat yah sebentar lagi lu jadi pria dewasa” ucapku seolah menyalaminya yang sedang menuju saat-saat terakhir keperjakaannya.<br /><br />Pelan-pelan aku menurunkan badanku hingga benda itu melesak ke dalamku diiringi desahan kami. Aku melihat wajahnya yang meringis antara rasa perih dan enak merasakan barangnya dijepit vaginaku. Setelah masuk setengahnya aku langsung menduduki penisnya dan bless...amblaslah benda itu seluruhnya ke dalamku. Aku mendesah panjang, begitupun Felix, matanya melotot dan mengerang merasakan jepitan dinding vaginaku pada penisnya yang merenggut keperjakaannya.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_UWBzcskWI/AAAAAAAAAbc/Tm1Z4_WZi5I/s320/azumi+kawashima.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5185074766233244002" border="0" /></a><script type="text/javascript"><br /> var AdBrite_Title_Color = '0000FF';<br /> var AdBrite_Text_Color = '000000';<br /> var AdBrite_Background_Color = 'FFFFFF';<br /> var AdBrite_Border_Color = 'FFFFFF';<br /></script><span style="white-space: nowrap;"><script src="http://ads.adbrite.com/mb/text_group.php?sid=388668&zs=3436385f3630" type="text/javascript"></script><!-- --><a target="_top" href="http://www.adbrite.com/mb/commerce/purchase_form.php?opid=388668&afsid=1"><img src="http://files.adbrite.com/mb/images/adbrite-your-ad-here-banner.gif" style="background-color: rgb(255, 255, 255);" alt="Your Ad Here" border="0" height="60" width="11" /></a></span><br /><span class="postbody">Aku sengaja mendiamkan sejenak penisnya tertancap padaku supaya dia bisa beradaptasi dan meresapi saat-saat pertamanya dulu. Kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku pelan-pelan.<br /><br />“Enak say ?...eeemmhhh !” tanyaku lirih<br /><br />“Iya Ci....oohh...enak abis...ughh, mantap !”<br /><br />Gerakan naik-turunku bertambah cepat secara bertahap, payudaraku mulai ikut bergoyang-goyang seirama goyang badanku.<br /><br />“Mainin toked gua Lix...ohhh !” pintaku manja sambil menaruh tangan kanannya ke payudaraku<br /><br />“Aahh..ahhhh...yang keras pencetnya !” desahku makin gila bersamaan dengan birahiku yang makin tinggi<br /><br />Hentakan badanku makin keras sampai kepala penis itu terkadang menyodok-nyodok rahimku. Keringat pun bercucuran pada tubuh dan wajah kami apalagi kamar ini tidak ber-AC, cuma dipasang exhaust van di atas pintu. Walaupun aku berusaha agar tidak terlalu gaduh mengingat hari masih terang dan banyak orang lalu lalang, namun sesekali aku tak kuasa menahan jeritan<br />kecil kalau hentakannya kencang atau mengenai G-spot ku. Memang tidak nyaman melakukannya pada saat dan tempat seperti ini, tapi kalau sudah kebelet ya apa boleh buat, lagipula ada sensasi tersendiri juga bermain dalam keadaan tidak safe seperti ini.<br /><br /><br />Tak lama kemudian aku merasakan perasaan yang luar biasa sehingga secara alami goyangan badanku bertambah kencang, hal ini membuat erangan kami semakin terdengar. Tanpa mengurangi frekuensi genjotan aku menunduk melumat bibirnya dengan tujuan meredam suara kami agar tidak mengundang perhatian. Akhirnya ketika gelombang orgasme menerpa, yang terdengar hanya erangan tertahan, dengan refleks aku menekan vaginaku hingga penis itu tertancap maksimal, Felix jadi kelabakan karena aku menghisap lidahnya dengan kuat ditambah pelukanku yang makin erat. Akhirnya tubuhku melemas di atasnya dengan penis masih menancap di vaginaku. Dibelainya rambut dan punggungku dengan lembut.<br /><br />“Ci, itu tadi yang namanya orgasme yah ? gila banjir banget lu tadi, tapi enak, hangat !” komentarnya<br /><br />“Kamu capek Ci ? udah lemas gini” tanyanya melihatku yang bernafas ngos-ngosan.<br /><br />“Nggak, lu juga masih kuat kan, sekarang kita ganti gaya yah !” kataku sambil bangkit dan bertumpu dengan kedua tangan dan lututku<br /><br />Pinggulku kutunggingkan seakan menantangnya memperlihatkan kemaluanku yang merah dengan bulu-bulunya hitam yang lebat. Tanpa harus kuajari lagi Felix menempelkan penisnya pada bukit kemaluanku yang becek. Dengan mesra dia membenamkan penisnya sedikit demi sedikit.<br /><br />“Ooohh...yeahh ! fuck me like that...uuhh...i’m your bitch now !” erangku liar<br /><br /></span><span class="postbody">Ronde berikutnya pun dimulai, kami saling memacu tubuh kami dalam posisi doggy. Sambil menggenjotku, tangannya memijati payudaraku yang bergelayutan dengan lembut, kupegangi tangannya agar remasannya ke payudaraku tambah keras, tubuhku kugoyangkan berlawanan arah dengan sentakannya sehingga sodokan penisnya makin terasa. Tidak sia-sia ajaranku, ternyata dia tidak mengecewakan seperti perkiraan dulu. Lima belas menit kemudian, kami berganti posisi lagi, aku telentang di tengah ranjang membuka lebar kakiku sementara dia tetap dalam posisi berlututnya diantara kedua pahaku.<br /><br />Sekarang dia yang memegang kendali tanpa arahan-arahan dariku lagi, kedua betisku dinaikkan ke pundaknya, tangannya turut aktif menjelajahi tubuhku. Yang kulakukan kini hanyalah mendesah, menggeleng-gelengkan kepala dan menggigit jari menikmati hasil pengajaranku. Aku lalu menurunkan kedua betisku itu dan meraih lehernya, mengisyaratkan agar dia maju menindihku. Kami sudah demikian hanyut dalam kenikmatan sampai dua SMS yang masuk ke HP-ku pun tidak mengusik kami. Sambil terus menggumuliku, dia menciumiku di mulut, pipi, telinga, dan leher<br /><br />“Ahh-ahhh...Lix, kita coba keluar barengan ya, lu udah mau kan” desahku sambil mempererat pelukan ketika kurasakan perasan itu sudah mendekat<br /><br />“Iyah Ci, gua juga udah mau !” jawabnya terengah-engah sambil mempercepat genjotannya.<br /><br />Kembali aku mengalami klimaks bersamanya yang lebih panjang dari sebelumnya, tanpa peduli keadaan aku mengerang panjang melepaskan segala perasaan yang ada dalam diriku. Disaat bersamaan pula, Felix menyusul ke puncak dengan menyemburkan maninya yang kental ke vaginaku hingga bercampur dengan lendir kewanitaanku.<br /><br />“Oouuughh...!” dia pun melenguh panjang mengakhiri permainan ini<br /><br />Kami berciuman dalam pelukan menikmati sisa kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas bersebelahan namun masih tetap berpelukan, mata kami saling pandang satu sama lain tanpa berkata-kata karena masih lelah.<br /><br />“Ci, lu bakal hamil ngga ntar, takutnya...” tanyanya dengan khawatir<br /><br />Aku tersenyum dengan pertanyaan polosnya lalu menjawabnya sambil memegang hidung kecilnya<br /><br />“Ah lu, udah ngelakuin baru tanya akibatnya, tapi tenang, cewek kan ada masa-masa suburnya dan sekarang gua lagi aman kok, masa gitu aja ga tau sih ? kaan dulu di biologi ada ?”<br /><br />“Iya sih, tapi kan prakteknya gua belom gitu jelas, sekarang baru dijelasin ama lu hehehe” dia tertawa renyah<br /><br />“Eh Ci, gambar yang ini buat gua aja yah, buat kenangan pertama kalinya gua ngelukis bugil, ntar kalau mau gua gambarin lagi buat lu, please” pintanya<br /><br />Aku sih iya-iya saja, toh niatku menggodanya sudah tercapai.<br /><br /></span><span class="postbody">Hari-hari berikutnya, kami beberapa kali bekerjasama membuat ‘karya seni’. Tidak jarang aku memberi saran mengenai latar dan pose. Kami saling berbagi pengalaman, aku mendapat pengalaman sebagai model lukisan, dia pun mendapat banyak wawasan untuk meningkatkan bakat seninya dan tidak ketinggalan pelajaran seks dan hubungan sosial dariku. Kini Felix sudah<br />lebih pandai bergaul, tidak sekuper dulu lagi. Bahkan pernah dia mengutarakan perasaannya padaku, namun sayang aku harus menolaknya dengan halus, karena aku belum siap mendapatkan pacar lagi sejak hubungan cintaku di masa lalu kandas tiga kali. Kami tetap berteman baik hingga kini.<br /><br />Ketika aku lulus beberapa bulan lalu dia telah mempunyai pacar. Syukurlah, aku pun senang karena bisa membantunya belajar mengenai hidup dan membuatnya lebih terbuka.<br /><br />Selesai........<br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-48585528862604681972008-04-02T08:14:00.000-07:002008-04-02T08:53:52.718-07:00Lukisan Bugil Diriku Bag 2<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 156px; height: 105px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_OlRjcskTI/AAAAAAAAAbE/cGTN5Dl46_E/s200/KAZAO-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5184669317025534258" border="0" /></a><span class="postbody">“Gimana bisa kita mulai kan menggambarnya” kataku sambil membaringkan </span><span class="postbody">tubuh di ranjangnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Bentar Ci” sahutnya lalu mengunci pintu terlebih dulu “kalo ada yang </span><span class="postbody">masuk kan berabe”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Posisi gini gimana ? bagus ga ?” aku berbaring menyamping dengan menopang </span><span class="postbody">kepalaku dengan tangan kanan ditekuk</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Kurang Ci, biasa aja, mending lu tumpuk itu bantal buat sandaran tangan </span><span class="postbody">terus duduk bersimpuh, kayanya lebih bagus” pintanya setelah mengamati </span><span class="postbody">sejenak.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Gini ?” tanyaku mengikuti arahannya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ya, lebih tegak dikit Ci, ya gitu ok” aturnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dia duduk di kursi seberang ranjang sana memegang clipboard. Sebelum mulai </span><span class="postbody">dia minum dulu untuk menenangkan diri. Lewat lima menit, dia geleng-geleng </span><span class="postbody">kepala melihat kertasnya, lalu ditariknya kertas itu dan diremas-remas.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Kenapa Lix ? gagal ?” tanyaku</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Sory Ci, belum biasa sih jadi ga bagus tadi, sekali lagi yah, sory </span><span class="postbody">ngerepotin”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ya udah, santai aja, lama-lama juga biasa kok”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kali ini sepertinya dia sudah lebih enjoy melakukan aktivitasnya, </span><span class="postbody">tangannya bergerak dengan cepat diatas kertas, mengganti-ganti pensil, </span><span class="postbody">mengambil kapas dan penghapus, ibarat Leonardo yang melukis bugil Kate </span><span class="postbody">Winslet di <a href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;">film Titanic</span></a> itu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ternyata jadi model lukisan gini capek juga loh, harus diam terus dan </span><span class="postbody">menjaga ekspresi wajah selama beberapa saat lamanya, semenit jadi seperti </span><span class="postbody">satu jam rasanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Wuiihh...finally !” sahutnya dengan bernafas panjang setelah empat puluh </span><span class="postbody">menitan bekerja keras</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Udah Lix ? coba gua liat dong hasilnya sini” pintaku tak sabar ingin </span><span class="postbody">melihat hasilnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dia berjalan ke sini dan duduk di tepi ranjang memperlihatkan karyanya </span><span class="postbody">kepadaku</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Puas ga Ci ? sory yah kalo jelek kan baru kali ini”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku mengamat-amati gambar itu sejenak, harus kuakui hasilnya lumayan, </span><span class="postbody">walaupun mukaku terlihat lebih lebar di gambar itu, namun secara </span><span class="postbody">keseluruhan sudah ok. Aku tahu dia terus memandangi tubuh polosku sejak </span><span class="postbody">tadi, tapi kubiarkan saja dia menikmatinya sambil aku melihat gambarnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Hhmm...ga nyesel kayanya gua cape-cape duduk telanjang selama ini yah, ya </span><span class="postbody">ga Lix ?” kataku sambil menolehkan wajah melihatnya yang sedang </span><span class="postbody">memperhatikanku yang tanpa tertutup sehelai benangpun dengan wajah </span><span class="postbody">memerah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Eh..kenapa lo Lix, kok ngeliatin gua sampai kaya gitu, belum pernah liat </span><span class="postbody">cewek bugil ya sebelumnya ?” ujarku dengan tersenyum nakal</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Liat aja sih sering Ci, tapi kalau yang beneran baru kali ini, pernah </span><span class="postbody">juga melihat adik gua baru keluar mandi itu juga ga sengaja” katanya </span><span class="postbody">sambil garuk-garuk kepala</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Jadi pegang-pegang badan cewek ga pernah dong ?” tanyaku memancingnya</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Walah apalagi itu Ci, pacar aja belum, mo sama siapa” dengan sedikit </span><span class="postbody">terkekeh<br /><br /></span><span class="postbody">“Terus gimana reaksilu ngeliat gua ga pake apa-apa di depan lo gini ?”<br /><br /> “Wah...gimana yah, susah omongnya nih, ya agak shock juga tadi abis baru<br /> kali ini” jawabnya gugup<br /><br /> “Ada pikiran macam-macam gitu ngga waktu ngegambar tadi ?” pancingku lagi<br /><br /> “Emmm...macam-macam gimana contohnya Ci ?” tanyanya pura-pura bego atau memang bego nih, ga taulah, who care, lucu juga aku dengan tingkahnya ini<br /><br /> “Ya misalnya gini nih” seraya kuraih tangannya dan kuletakkan pada payudara kiriku.<br /><br /> Terasa sekali tangannya gemetaran memegang dadaku, mulutnya melongo tak sanggup berkata-kata dan mukanya tambah merah saja. Kubimbing tangannya meremas-remas payudara montokku.<br /><br /> “Mmhh...gitu remasnya, pakai perasaan...putingnya juga”<br /><br /> Dia menuruti apa yang kuajarkan walau masih diam terbengong. Setelah gemetarnya berkurang aku memulai aksi terusannya, kudekatkan bibirku padanya hingga saling berpagutan.<br /><br /> “Mulutnya dibuka Lix, jangan kaku gitu, gua ajarin lu cipokan” bisikku dengan nada manja<br /><br /> Dengan agresif lidahku menjelajahi mulutnya, menyapu ke segenap penjuru, menjilati lidahnya mengajak ikut bermain sehingga pelan-pelan lidahnya juga mulai aktif mengimbangiku. Tangannya pun tanpa kubimbing lagi sudah menikmati payudaraku dengan lebih semangat, bahkan kini dia lebih berani menjulurkan tangan satunya ke belakangku dan mengelusi punggungku.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://situsdewasa-epub.blogspot.com/"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R_OmNTcskUI/AAAAAAAAAbM/DXST1Wxe7yE/s400/kazano+maiko.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5184670343522718018" border="0" /></a><span class="postbody"><br /> Setelah puas berciuman, perlahan aku menarik mulutku, air liur nampak menetes dan berjuntai seperti benang laba-laba ketika mulut kami berpisah pelan-pelan.<br /><br /> “Itu tadi namanya Frech Kiss, Lix, udah bisa belum ?”<br /><br /> “Ho-oh, seru banget, lagi dong Ci !” pintanya<br /><br /> “Eiitt...sabar dulu, jangan buru-buru, masih banyak yang lebih seru” kataku sambil membukakan kaosnya dan melemparnya ke kursi “Lu berdiri dulu dong, gua bantu buka celananya !”<br /><br /> Dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depanku yang duduk di pinggir ranjang. Kulucuti celananya tanpa menghiraukan reaksinya yang malu-malu, terutama ketika akan kubuka celana dalamnya.<br /><br /> “Iihh...rese amat sih, minggir sana tangannya, gua bugil di depanlu aja santai, masa lu yang cowok malu-malu kucing gini !” bentakku pelan<br /><br /> “Iya...iya Ci, sori habis baru pernah nunjukin anu gua ke cewek sih” katanya gugup membiarkan celana dalamnya kuturunkan.<br /><br /> Aku melihat penisnya yang sudah tegang lalu kugenggam dengan jari-jari lentikku.<br /><br /> “Wah, belum maksimal nih ngacengnya, liat aja nanti kalau udah ngerasain mulut gua, pasti ketagihan lu, hehehe...!” pikirku mesum<br /><br /> “Udah gede gini juga masih bilang malu, munafik lo ah !” ujarku sambil mengusapnya.</span><br /><span class="postbody"><br /></span><span class="postbody">Kumulai dengan mengecup kepala penisnya dan memakai ujung lidahku untuk menggelikitiknya. Kemudian lidahku turun menjalari permukaan benda itu, sesekali kugesekkan pada wajahku yang halus, kubuat penisnya basah oleh liurku. Bibirku lalu turun lagi ke pangkalnya yang dipenuhi bulu-bulu, buah pelirnya kujilati dan yang lainnya kupijat dalam genggaman tanganku. Beberapa saat kemudian mulutku naik lagi dan mulai memasukkan benda itu ke mulutku. Kuemut perlahan dan terus memijati pelirnya.<br /><br /> “Aaa..ahhh..geli Ci...uuhhh !” desahnya bergetar<br /><br /> Kulihat ekspresinya meringis dan merem-melek waktu penisnya kumain-mainkan di dalam mulutku. Kujilati memutar kepala kemaluannya sehingga memberinya kehangatan sekaligus sensasi luar biasa. Semakin kuemut benda itu semakin keras dan membengkak. Aku memasukkan mulutku lebih dalam lagi sampai kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokanku. Setelah beberapa lama kusepong, benda itu mulai berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar.<br /><br />Aku makin gencar memaju-mundurkan kepalaku mengemut benda itu. Felix makin merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya juga bergerak maju-mundur di mulutku. Tak lama kemudian muncratlah cairan kental itu di dalam mulutku yang langsung kusedot hingga tuntas. Kulirikan mataku ke atas melihatnya merintih sambil mendongak ke atas, tangannya mengucek-ucek rambutku.<br /><br /> Sisa mani yang belepotan di batangnya kujilati hingga bersih, lalu aku merebahkan diriku di ranjang dan menarik tangannya agar berbaring menindihku, gambar itu kubiarkan jatuh ke lantai, daripada kusut di ranjang tergencet tubuh kami nanti.<br /><br /> “Wah...sumpah enak banget tadi itu Ci !” katanya di dekat wajahku<br /><br /> “Itu tadi baru pemanasannya, sayang, kita masih belum beres” kataku sambil membelai lembut rambutnya<br /><br /> “Yuk, sekarang nyusu aja dulu sambil istirahat” suruhku memberi syarat padanya untuk melumat payudaraku<br /><br /> “Gua isep sekarang yah Ci” katanya dengan kedua tangan sudah mencaplok sepasang payudaraku.<br /><br /> Aku mendesis dan tubuhku menegang merasakan mulut Felix mulai beraksi di payudaraku. Bongkahan dada kananku dia jilati seluruhnya hingga basah, lalu dikenyot-kenyot di dalam mulutnya. Kepalanya kudekap erat pada payudaraku. Selesai dengan yang kanan kini dia melakukan hal yang sama terhadap yang kiri yang sejak tadi dia remasi dengan tangannya. Kedua payudaraku jadi basah oleh liurnya. Tangannya mulai berani menyusuri lekuk-lekuk tubuhku, pantatku yang sekal dia elus-elus sambil terus menyusu. Kuraih telapak tangannya yang lagi mengelus pantatku dan menggiringnya ke vaginaku.<br /><br /><br />Bersambung.................Bagian 3<br /><br /></span><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody"> Dia melanjutkan usapannya pada klitorisku dan semakin lama semakin nikmat. </span><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody">Mulutnya kembali mencaplok payudaraku. Aku menggelinjang keenakan dengan </span><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody">nafas makin memburu, tanganku mencengkram pundaknya dan membelai </span><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody">kepalanya.</span><br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody"> “Oohh...yess...gitu, i like it...terus...terus !!” desahku sesekali </span><span style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody">menggigit bibir bawah..............</span><br /><span class="postbody"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-52306694391935109352008-03-21T08:46:00.000-07:002008-03-24T08:03:44.290-07:00Lukisan Bugil Diriku<div style="text-align: center;"><a href="http://bikinduit.com/?ref=bisnismasadepan"><span style="font-size:180%;"><span style="font-weight: bold;">Pengalaman Pribadi: Lukisan Bugil Diriku</span></span></a><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family:arial;"><br /></span><span class="postbody"><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bikinduit.com/?ref=bisnismasadepan"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 110px; height: 148px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R-Pb-jcskQI/AAAAAAAAAYs/LPxpWeQCTZk/s200/tiara-1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5180225864120176898" border="0" /></a><span class="postbody">Ini adalah pengalamanku tahun 2002 lalu yang ingin kubagikan pada para pembaca. Aku mempunyai seorang teman kuliah cowok bernama Felix. Sedikit </span><span class="postbody">gambaran tentang dirinya, tidak terlalu tinggi, hampir sepantaranku, </span><span class="postbody">berkacamata dan pipinya agak tembem dengan kulit sawo matang. Wajah sih </span><span class="postbody">tidak termasuk ganteng, malah cenderung culun apalagi dengan kacamata </span><span class="postbody">bingkai tebalnya itu. Sifatnya juga tertutup dan kuper, tidak biasa gaul </span><span class="postbody">dengan cewek, kalau bertemu di perpustakaan, kantin atau di areal kampus </span><span class="postbody">lainnya pasti sendirian atau minimal bersama 1-2 temannya yang cowok. Dia </span><span class="postbody">berasal dari Padang dan nge-kost di di sekitar kampus ini. Karakternya </span><span class="postbody">yang unik ini membuatku ingin mengerjainya, aku ingin tahu apa orang </span><span class="postbody">seintrovert itu akan luluh oleh godaan wanita penuh gairah sepertiku.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody">Dalam prestasi dia memang biasa-biasa saja, IPK-ku saja lebih tinggi </span><span class="postbody">darinya (bukannya sombong loh). Namun dia mempunyai sebuah bakat yang </span><span class="postbody">menonjol yaitu menggambar, terutama menggambar manusia dan gambar-gambar </span><span class="postbody">versi anime Jepang, wajah dan proporsi tubuhnya pas sekali, aku tahu hal </span><span class="postbody">ini karena seringkali kalau kuliahnya boring dia sembunyi-sembunyi </span><span class="postbody">menggores-goreskan pensil pada kertasnya, di organizernya juga terselip </span><span class="postbody">beberapa hasil karyanya. Pernah suatu kali saking asyiknya menggambar dia </span><span class="postbody">tidak sadar kalau si dosen sedang berjalan di dekatnya, dan mengambil </span><span class="postbody">kertasnya dan mengamat-amati gambarnya lalu berkata:</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Wah..wah anda ini lagi jatuh cinta sama siapa ya, sampai dibawa-bawa ke </span><span class="postbody">gambar begini, siapa nih di sini yang rambut panjang dengan kucir ke </span><span class="postbody">belakang” sambil memperhatikan semua mahasiswi di kelas ini.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody">Kontan satu kelas termasuk aku tertawa-tawa dan saling menunjuk siapa yang </span><span class="postbody">di dalam gambar itu, wajahnya jadi memerah karenanya. Kalau saja dosennya </span><span class="postbody">killer pasti dia sudah dikotbahi macam-macam atau bisa juga disuruh </span><span class="postbody">keluar, untung Bu Yani (si dosen itu) tidak segarang itu, beliau cuma </span><span class="postbody">menyindir dan menegurnya namun beliau juga memuji gambarnya itu bagus.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> </span><span class="postbody">Suatu hari pada mata kuliah American Culture and Institution yang dosennya </span><span class="postbody">‘obat tidur’ aku duduk di belakang dan kebetulan dia juga di sebelahku </span><span class="postbody">sehingga bisa ngobrol dengannya dengan suara pelan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Biasa lu nge-gambar dapat ide dari mana aja Lix ?” tanyaku sambil </span><span class="postbody">melihat-lihat gambar-gambar di organizernya.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://bikinduit.com/?ref=bisnismasadepan"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R-Pd0jcskSI/AAAAAAAAAY8/6T265NKgyD0/s400/tiara-10.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5180227891344740642" border="0" /></a><br /><div style="text-align: left;"><span class="postbody">“Kebanyakan sih dari film atau foto-foto Ci, kalo lagi iseng ya gambar, </span><span class="postbody">enjoy gitu !”</span><br /></div><br /><span class="postbody"> “Eh...yang ini bagus nih, mirip aslinya, Vivian Hsu kan ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Iya hehehe, modelnya langsung dari orang aslinya tuh” katanya sambil </span><span class="postbody">nyengir</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ciee...mimpi kali yee !” balasku menyikutnya pelan</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Emang lu pernah pakai model asli untuk gambar-gambar lu Lix ?” tanyaku </span><span class="postbody">lagi</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Emmm...pernah sih dulu saudara gua, tapi kebanyakan sih gua ambil dari </span><span class="postbody">foto ya, abis susah kan cari model”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Kalau menggambar sampai selesai gini habis waktu berapa lama kira-kira ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Itu tergantung mood juga sih, tapi rata-rata sih setengah jam lah”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Gini Lix, kalau gua jadi modellu boleh ga ? pengen sih sekali-sekali </span><span class="postbody">dilukis gitu, gimana ?” tawarku</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Wah, bener nih Ci ? thanks banget kalau lu mau, kapan nih ada waktu ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Gua sih abis ini ga ada apa-apa lagi, lu sendiri gimana ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ooo...bagus kalau gitu di kost gua aja gimana ?” jawabnya antusias dengan </span><span class="postbody">tawaranku.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody">Singkat cerita, setelah selesai perkuliahan yaitu jam sebelas, aku </span><span class="postbody">mengikutinya ke kostnya, dari kampus kami jalan kaki sekitar sepuluh </span><span class="postbody">menit. Tidak banyak orang di sana, mungkin karena pada jam-jam seperti ini </span><span class="postbody">masih banyak yang kuliah, hanya nampak seorang anak muda sebagai pembantu, </span><span class="postbody">seorang ibu setengah baya yang juga pembantu dan dua orang penghuni kost </span><span class="postbody">lainnya yang semua pria. Kamar Felix bisa dibilang cukup rapi dibanding </span><span class="postbody">kamar pria pada umumnya, di dalam sebuah rak tersusun beberapa model robot </span><span class="postbody">rakitan dan patung-patung kecil tokoh anime, begitu juga di dindingnya </span><span class="postbody">tertempel poster-poster anime dan game.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Typikal tukang gambar banget nih anak, kacamata dan anime maniac gini” </span><span class="postbody">kataku dalam hati sambil mengamati koleksi-koleksinya sementara dia sedang </span><span class="postbody">ke toilet.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ok, Ci bisa kita mulai ga ? Lu mau dilukis gimana ?” tanya Felix yang </span><span class="postbody">baru keluar dari toilet</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Oohh..iya tapi omong-omong lu bakal tegang ga kalo ngegambar pakai model </span><span class="postbody">nanti takutnya hasilnya jelek”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Tegang ? ngga lah...emang kenapa harus tegang”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Soalnya gua mau dilukis agak beda gitu loh”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Bedanya gimana Ci ? kan lu cuma tinggal diam bergaya aja ya” tanyanya </span><span class="postbody">bingung</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Itu loh Lix, lu pernah nonton Titanic ga ? gua maunya digambar seperti </span><span class="postbody">itu tuh, gimana ?” jawabku dengan polosnya.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody">Tentu saja dia langsung tercengang dengan permintaanku itu dan wajahnya </span><span class="postbody">memerah</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Hah...yang bener lu Ci, maksudlu bugil gitu ?”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Hh-emm...wearing only this itu loh, gua yakin lu bisa kok” aku lalu </span><a href="http://bikinduit.com/?ref=bisnismasadepan"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);" class="postbody">melepaskan satu-satu kancing kemejaku dan memperlihatkan bra-ku</span></a><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ci...lu serius nih, berani kaya gini ?” seakan tidak percaya apa yang </span><span class="postbody">dilihat di hadapannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku tertawa tertahan melihat reaksi amatirannya itu sambil terus melucuti </span><span class="postbody">satu demi satu pakaianku. Matanya seperti mau copot memandangku yang sudah </span><span class="postbody">telanjang di depannya, dari reaksinya aku yakin dia baru kali ini melihat </span><span class="postbody">perempuan bugil secara langsung.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Nah...gimana Lix ? jangan tegang gitu dong, minum dulu aja deh”</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dia menerima gelas yang kusodorkan dan meminumnya lalu menarik nafas </span><span class="postbody">panjang</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ok dah tenang kan, buktiin dong kalo lu profesional artist, masa ngeliat </span><span class="postbody">tubuh cewek aja nervous gitu hehehe” aku menenangkannya sambil tertawa </span><span class="postbody">kecil</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ya tegang dong Ci, gua kan ga pernah gambar bugil sebelumnya” jawabnya </span><span class="postbody">terbata-bata, namun dia sudah lebih rileks dari yang tadi. Kulihat matanya </span><span class="postbody">tidak pernah lepas memandangi tubuhku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Makanya lu harus cari pengalaman baru, supaya pandangan lu tambah luas”<br /><br /><br /><a href="http://bikinduit.com/?ref=bisnismasadepan"><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Bersambung dulu ahhh........biar nggak tegang....</span></a><br /></span></div></div></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-33414447858158893742007-11-28T09:55:00.000-08:002008-03-21T08:36:51.708-07:00Gadis Pemijat 5<div style="text-align: center;"><a href="http://batubiofir.blogspot.com"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;" class="postbody">GARA-GARA GADIS PEMIJAT</span></span></a><br /><span class="postbody">(Bagian Akhir)</span><br /></div><span class="postbody"><br /></span><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.dt88-network.info"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 181px; height: 128px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/R02s-KAgqlI/AAAAAAAAAYM/PHKanRJbIVk/s200/bibir3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5137952933737966162" border="0" /></a><span class="postbody">Untung saja kolam renangnya tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta. "Ughhh..." desahnya agak terkejut, ia pun membalas ciumanku. Aku tidak </span><span class="postbody">melucuti pakaian renangnya, aku cuma menyibakkan sedikit cawat bawahnya </span><span class="postbody">sehingga liang kemaluannya kelihatan. Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali </span><span class="postbody">kemaluannya di dalam air yang jernih itu. Dengan ganas aku menciumi </span><span class="postbody">bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang terbalut baju renang </span><span class="postbody">yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar dengan badan dan </span><span class="postbody">rambut yang basah terurai.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ahhh... sayang... nanti kelihatan orang," katanya khawatir.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tenang Sayang... tak ada yang melihat kita begini..." kataku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Baiklah... Ndra kubuat kamu 'KO' di kolam," tantangnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia langsung memelorotkan celana renangku, batang kemaluanku yang sudah </span><span class="postbody">tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok </span><span class="postbody">kemaluanku di dalam air. "Mmm..." geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu </span><span class="postbody">lama lagi aku ingin memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ema... kumasukin yah?"</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"><br />Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Baik Sayang..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kudekap erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang </span><span class="postbody">kemaluanku masuk ke lubang kemaluannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Argghh..." ia menyeringai ketika kepala kemaluanku menyentuh bibir </span><span class="postbody">kemaluannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan kubaringkan dia, </span><span class="postbody">kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan menganga.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Siap Sayang..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku mulai memasukkan sedikit.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Uhhhh..." padahal baru kepalanya saja yang masuk.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Aahhh.. Sayang, punyamu terlalu besarr..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya "Blesss..." seluruhnya bisa </span><span class="postbody">masuk.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Uhhh... ahhh... mmmhhh," erangnya menahan gesekanku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Sshhh... ssss, enak kan Sayyy..." kataku terengah.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Huuff... uhhh... ayoo terus Ssayy... ennnakk..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Terdengar bunyi yang tak asing lagi, "Crep.. crepp... sslepp..." asyik </span><span class="postbody">kedengarannya, aku semakin giat memompanya. Kemudian aku ingin ganti </span><span class="postbody">posisi, aku suruh Ema menungging.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ayolah Sayang... puaskan aku..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya merekah, </span><span class="postbody">menarik untuk ditusuk. "Sleppp..." batang kemaluanku kumasukkan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ahhh.. ssss... ahhh..." desahnya penuh kenikmatan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Nafasnya semakin memburu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Huff... ehhh... mmm..." aku terengah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kupercepat gerakanku, "Slep... slep.. slep.. slep..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ahhh... Ssayangg... bentar lagi aku nyampe nihh..." kataku terburu.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Aakuu... jugaa..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan basah membuat maniku tak </span><span class="postbody">kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai puncaknya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ooohhh... akuu lagi Sayanggg..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Cairan kemaluannya pun membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak </span><span class="postbody">tahan.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aaahhh... aku juga Sayangg!" erangku penuh kenikmatan.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Cepat cabut... keluarin di luarr...!" sergahnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dengan cepat segera kucabut kemaluanku, Ema pun tanggap ia pun memegangnya </span><span class="postbody">dan mengocoknya dengan cepat.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aauuhhh! nikmattt!"</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Crut..." spermaku pun keluar.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Eerghhh... ahh..." tapi sedikit, maklum terforsir.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Aahh... kok sedikit Sayanggg..." katanya meledek.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Eemmhh... ah... habis nih cairanku..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun lemah tak berdaya dan ia pun berbaring di pangkuanku. Aku mengelus </span><span class="postbody">rambutnya yang basah, kukecup keningnya, "Cup! I love you Sayang..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun pada di sebuah </span><span class="postbody">gubuk di hutan kala kami berburu bersama. Dalam hatiku aku berkata, gadis </span><span class="postbody">pemijatlah yang membuatku jadi begini, membuatku menjadi begini, membuatku </span><span class="postbody">menjadi "bercinta". Yah...!<br /><br />------------SELESAI-----------------------<br /><span style="font-weight: bold;"><br />Cerita Minggu Depan</span><br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" >"</span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" >Aahh..ahhhh...yang keras pencetnya !” desahku makin gila bersamaan dengan birahiku yang makin tinggi.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ></span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" > Hentakan badanku makin keras sampai kepala penis itu terkadang menyodok-nyodok rahimku. Keringat pun bercucuran pada tubuh dan wajah kami apalagi kamar ini tidak ber-AC, cuma dipasang exhaust van di atas pintu. Walaupun aku berusaha agar tidak terlalu gaduh mengingat hari masih terang dan banyak orang lalu lalang, namun sesekali aku tak kuasa menahan jeritan </span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" > kecil kalau hentakannya kencang atau mengenai G-spot ku. Memang tidak nyaman melakukannya pada saat dan tempat seperti ini, tapi kalau sudah kebelet ya apa boleh buat, lagipula ada sensasi tersendiri juga bermain dalam keadaan tidak safe seperti ini.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >http://www.dt88-network.info</span></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span></div><span class="postbody"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-29461514415202127772007-11-13T08:44:00.000-08:002008-03-21T08:38:35.569-07:00Gadis Pemijat 4<div style="text-align: center;"><a href="http://rahasiasukses-biofir.blogspot.com"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">GARA-GARA GADIS PEMIJAT</span></span></a><br />Episode <span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Bercinta di Kolam Renang....Aduh Nikmatnya!!"</span></span><br /></div><br /><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.rahasiakaya-dt88.com"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 164px; height: 146px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RznXLV8CABI/AAAAAAAAAWo/DGvzlk0ipXU/s200/SEXY-BIKINI-09.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5132369840232857618" border="0" /></a><span class="postbody">Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya </span><span class="postbody">dan ganti memangsa leherku, "Aahhh... geli sayang," kataku. Rupanya debar </span><span class="postbody">jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku </span><span class="postbody">ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu.<br /><br /></span><span class="postbody"> "Wah... dadamu seksi yah..." katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya </span><span class="postbody">menjilati dadaku "Slurrppp..." jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak </span><span class="postbody">kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana </span><span class="postbody">renangku.<br /><br />Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke </span><span class="postbody">pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah </span><span class="postbody">keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada </span><span class="postbody">gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku.<br /><br />"Ahhh.. Sayang..." </span><span class="postbody">desahku tertahan.<br /><br />Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru </span><span class="postbody">saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak </span><span class="postbody">gagah di depan mukanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ihh... gila punyamu Sayang..." katanya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Ema... hisap dong Sayang!" pintaku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti </span><span class="postbody">permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih </span><span class="postbody">kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ssshhh... uahhh..." aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Sss... sayang hisap dong!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala </span><span class="postbody">kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aah... nggak mau Say, mana muat di mulutku..." jawabnya ragu.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Egh... tenang saja sayang, pelan-pelan lah,"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang </span><span class="postbody">batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala </span><span class="postbody">kemaluanku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Slurpp... slurpp..." sejuk rasanya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Mmhhh... ahh, nah begitu Sayang... ayo teruss... ahh ssshh, buka mulutmu </span><span class="postbody">sayang."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung </span><span class="postbody">menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya </span><span class="postbody">semakin berani dan menjalar ke kantong semarku.<br /><br />"Ih... bau nih sayang.. </span><span class="postbody">tadi nggak mandi ya?" katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang </span><span class="postbody">ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini.<br /><br /></span><span class="postbody"> "Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat," kataku tertahan.<br /><br />Mulut </span><span class="postbody">mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke </span><span class="postbody">mulutnya. "Mmhh.. eghh..." terdengar suara itu dari mulut Ema ketika </span><span class="postbody">batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya </span><span class="postbody">dengan bernafsu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Slerpp.. cep.."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Ahhh... mmmm.. oohhh..." desahku penuh kenikmatan.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Mmmhh... sayang, nikmatttt sekali..." gumamku tidak jelas.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera </span><span class="postbody">kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan </span><span class="postbody">badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang </span><span class="postbody">masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, </span><span class="postbody">"Syuutt..." dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya </span><span class="postbody">karena tangannya merabai sendiri puting susunya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera </span><span class="postbody">mendekatkan kepalaku dan... "Slurp," lidahku kujulurkan ke klitorisnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Hemmm... slurp..."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Aachhh... uhhh!" desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan </span><span class="postbody">tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati </span><span class="postbody">keenakan dibuatnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Sssh... sshhss..." desisnya bagaikan ular kobra.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Andraaa... aku nggak tahan lagiii..." ia menggeliat tak karuan.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Akuuu... nyampai nihhh..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir </span><span class="postbody">kemaluannya yang harum, "Cup... cupp," kelihatannya ia hampir mencapai </span><span class="postbody">puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Sshh... aahh... oohhh Yaangg... aku keluarrr..." erangnya menahan </span><span class="postbody">kenikmatan yang luar biasa.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, </span><span class="postbody">aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aduhhh... hhh... Sayang, aku udah nihh..." katanya lemas.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Ma, aku masih konak nih..." kataku meminta.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, </span><span class="postbody">batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya. </span><span class="postbody">Langsung saja Ema mengambil lotion "Tabir Surya" dan mengolesinya ke </span><span class="postbody">batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan </span><span class="postbody">kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan </span><span class="postbody">mengusapkan ke kemaluanku,<br /><br />"Ahhhh..." aku pun hanya merem-melek. Kemudian </span><span class="postbody">ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh... </span><span class="postbody">nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang </span><span class="postbody">sedang bersetubuh.<br /><br /></span><span class="postbody">"Bagaimana rasanya sayang..." tanyanya manja dan memandangku sinis.<br />"Aahhh... mmmm... ssss nikmat sayang..." ia pun tertawa kecil.<br /><br /> Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja.<br /><br /> "Uuahhh... nikkmattt sayangg...!" erangku.<br /><br />Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.<br /><br /> "Rasain... habis kamu nakal sih..." katanya.<br />"Tapi lebih... nikmat memekmu sayang."<br />"Hush..." katanya.<br /><br /> Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat.<br /><br /> "Uuhhh... uhhh... mmm... arghh..." erangku tertahan.<br /><br /> Tak lama aku merasa hampir keluar.<br /><br /> "Sayy... aku hampir nyampe nihh..." desahku.<br />"Keluarin aja Ndra... pasti nikmatt..."<br /><br /> Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan...<br /><br /> "Crottt... crutt..."<br />"Uuahhh... hemmm... ssshh!" nikmat sekali rasanya.<br /><br /> Spermaku memancar dengan deras dan banyak.<br /><br /> "Ooohh..." gumamku.<br /><br /> Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga janggut dan bibirnya.<br /><br /> "Ihhh... baunya aneh ya.."<br /><br /> Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun dari atas tubuhnya. "Aahhh... nikmat Sayang..." tapi dalam hatiku aku belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan maniku yang belepotan.<br /><br /> "Iihhh... kok kayak gini sih?" tanyanya penuh selidik.<br />"Itu namanya cairan kenikmatan sayang..." jawabku enteng.<br />"Ooo..." katanya pura-pura tahu.<br />"Habis bercinta enaknya berenang yuk?" ajaknya.<br />"OK," kataku.<br /><br /><br />(Bersambung.......)<br /><br />............ Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas. "Kamu membuatku nggak tahan sayang..." kataku.<br /><br /><br /></span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >http://www.dt88-network.info</span></a><br /><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-63783178311698663682007-11-12T10:54:00.000-08:002007-12-28T09:12:50.206-08:00Gadis Pemijat 3<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;font-size:180%;" class="postbody" >GARA-GARA GADIS PEMIJAT NAN SEXY</span><br /><span class="postbody">(Bagian 3)</span><br /></div><span class="postbody"><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internet-gratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 162px; height: 182px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzikCV8B_7I/AAAAAAAAAWA/0ehQCR-_Z8c/s200/SEXY-BIKINI-08.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5132032135544307634" border="0" /></a><span class="postbody">Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di </span><span class="postbody">otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes </span><span class="postbody">serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan </span><span class="postbody">begitu saja dari benakku,<br /><br />"Sialan! bikin konak aja luh..." gerutuku.<br /><br />Aku </span><span class="postbody">pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. </span><span class="postbody">Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk </span><span class="postbody">tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih </span><span class="postbody">saja menghantui pikiranku.<br /><br />"Ahhhh...aku nggak tahan nih..." segera kucopot </span><span class="postbody">celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan </span><span class="postbody">nikmatnya,<br />"ahhh..." kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan </span><span class="postbody">gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu.<br /><br /></span><span class="postbody"> "Huff..." nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat </span><span class="postbody">dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian "Crott!" tumpahlah cairan maniku </span><span class="postbody">membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, "Zzz.."</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku. </span><span class="postbody">Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku </span><span class="postbody">tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di </span><span class="postbody">perutku terdapat bekas mani yang mengering.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Andraaa... apa-apaan kau ini ha!" hardiknya, aku terkejut dan langsung </span><span class="postbody">mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eh ... Kakak.. emm..." kataku gugup.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Kamu ngapain ha...? sudah besar nggak tau malu huh..!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku </span><span class="postbody">sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Iiihhh... nggak tau malu, barang gituan dipamerin," ia bergidik.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Biar aja... yang penting nikmat," jawabku enteng, kakak perempuanku yang </span><span class="postbody">satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai, </span><span class="postbody">kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Sialan... kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan. "Brak!" </span><span class="postbody">terdengar suara pintu dibanting olehnya, "Dasar perempuan! nggak boleh </span><span class="postbody">liat cowok seneng," gerutuku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat </span><span class="postbody">kakak perempuanku sedang lihat TV.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eh... Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!" pintaku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Ogah ah... entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau," jawabnya </span><span class="postbody">ketus.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Huhh.. weee!" aku mencibir.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land </span><span class="postbody">Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah </span><span class="postbody">menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku </span><span class="postbody">di depan teras rumahnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Haii... kok agak terlambat sih Say?" tanyanya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Eh... sori nih trouble dengan kakak perempuan," dalihku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"OK lah, mari kita berangkat!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di </span><span class="postbody">kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami </span><span class="postbody">lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai </span><span class="postbody">kami sampai di tempat tersebut.<br /><br /></span><span class="postbody">"Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh," pintanya.<br />"Baiklah Sayaang..." kataku.<br /><br /> Kami berdua langsung saja masuk.<br /><br />"Yang, aku ganti dulu yah... kamu ikut nggak?" ajaknya.<br />"Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti."<br /><br /> Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.<br /><br /> "Emmm... kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk.." katanya.<br /><br /> Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih dahulu. Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.<br /><br /> "Kenapa Sayang... ayolah lepas bajumu," katanya sambil tersenyum.<br />"Habbis... aku suka memandangmu waktu begitu sih," dan dia hanya tertawa kecil.<br /><br /> Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan celana renang, "Wahhh... Yayang ni.." katanya sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku yang setengah ereksi.<br /><br /> "Kok tegang sih Say?" selidiknya manja.<br />"Habis kamu montok sih.." jawabku seraya memakai celana renang yang super ketat.<br /><br /> "Wahhh... hemmm," goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.<br /><br /> "Nahh... aku sudah beres," kataku setelah memakai celana itu.<br />"Eh.. bantu aku dong!" dia tampaknya kesulitan melepas branya.<br />"Sini aku lepasin..." kataku.<br /><br /> Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.<br /><br /> "Ah... sayang, dadamu indah sekali," kataku sambil berbisik di belakang telinganya.<br /><br /> Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya.<br /><br /> "Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?" jawabnya sambil memegang tengkukku.<br /><br /> Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang masih merah segar, "Ah... Sayang!" desahnya pendek, batang kemaluanku yang sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih memakai celana sih.<br /><br /> "Aduh... keras sekali, Yayang ngaceng yah..." godanya.<br />"Dah tau nanya.. hhh," kataku terengah.<br /><br /> Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya.<br /><br /> "Ehhhmm... uhhh," lenguhnya sambil memejamkan mata.<br /><br /> Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya, kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya. Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya. Wahh... terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba klitorisnya,<br /><br />"Aghhh... oouhh.. sayang kamu nakal deh," dengusnya sambil mengerjap.<br /><br />Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih bibirku, "Cupppp..." wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh nafsu ia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat.<br /><br />(Bersambung......)<br /></span><span class="postbody"><br /></span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold; font-family: verdana;">http://www.dt88-network.info</span></a></span><br /><span class="postbody"><br /><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-89847905038056221842007-11-11T08:15:00.000-08:002007-12-28T09:13:16.634-08:00Gadis Pemijat 2<div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >GARA-GARA GADIS PEMIJAT SEXY</span></span><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:arial;">(Bagian 2)</span></span><br /></div><br /><br /><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internet-gratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 108px; height: 158px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/Rzct3F8B_6I/AAAAAAAAAV4/YrRnt9HKtSA/s200/Rahma-Azhari-02.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5131620724921991074" border="0" /></a><span class="postbody"> Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan membuka bajunya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama..." aku sambil mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eits... jangan!" ia memegang tanganku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ini bagianku," katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ehmm... ahhh..." aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Augghh... aku nggak tahan nihhh..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aduhhh... arghh.. aku mau keluar nihhh!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya "Croottt..." maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan dihabiskan oleh kocokannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aahhh..." aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span></div><span class="postbody"> "Gimana... enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah </span><span class="postbody">'KO'," godanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi," sambil ia memainkan kemaluanku </span><span class="postbody">yang sudah nggak berdaya lagi.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Entar ya, nanti kukerasin lagi," katanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><div style="text-align: justify;"><span class="postbody"> "Hufff... OK lah," kataku pasrah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"></span></div><span class="postbody">Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas.<br /><br />"Ihhh... lucu ya kalau sudah lemes, kecil!" ia mengejekku.<br /><br />Aku yang merasa di-"KO"-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya yang montok kadang juga menggesek kakiku, wahhh kenyal sekali!<br /><br />"Kenapa liat-liat, napsu ya ama punyaku?" katanya.<br />"Wahhh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih," jawabku.<br /><br />Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat gadis itu memijatku.<br /><br />"Wah dasar tukang coli kamu..." serangnya.<br />"Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-'KO' kamu," kataku dengan semangat.<br /><br />Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras.<br /><br />"Tuh.. berdiri lagi," katanya girang.<br />"Pasti!" kataku.<br /><br />Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya.<br /><br />"Uhhh.. pelan dikit doong!" katanya.<br />"Biar aja, habis kamu napsuin sih..." kataku.<br /><br /></span><div style="text-align: justify;"><span class="postbody"> Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya </span><span class="postbody">dengan penuh nafsu, "Emmm.. nikmat, ayo terusin.." desahnya membuatku </span><span class="postbody">berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga </span><span class="postbody">kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun </span><span class="postbody">mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di </span><span class="postbody">lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin </span><span class="postbody">keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing,<br /><br />"Ahhh... uhhh ayo lah puaskan </span><span class="postbody">aku..." ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras,<br />"Ayolah </span><span class="postbody">masukkan!" tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang </span><span class="postbody">kemaluannya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Slep.. slepp!"</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Arghh... ihhh... ssshhh," ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku </span><span class="postbody">yang besar itu.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Uahhh.. ennakkk..." katanya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun </span><span class="postbody">semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu </span><span class="postbody">bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku.<br /><br />"Heggh... hegghh... ahhh, </span><span class="postbody">ehmm... aku mau keluar lagi nihh!" kataku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Sshhh... ahhh ah... payah lo, gue tanggung ni... entar donk!"</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Aku sudah tidak tahan lagii..."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aaaku keluarrr..." erangku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Ehhh... cepat cabut!" sergapnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ahhh... shhh...!"</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Crot... crottt... crottt" memancar dengan derasnya maniku memenuhi </span><span class="postbody">mulutnya dan berceceran juga di gunung kembarnya yang masih tegang.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ugghh..." aku pun langsung tumbang lemas.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Aduh... gimana sih, aku nanggung nihh... loyo kamu."</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Aku sudah tidak bisa berkata lagi, dengan agak sewot ia berdiri.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ahhh... kamu menghabiskan cairanku yaaa.. lemes nihh," kataku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Udah lahh.. aku pergi," katanya sewot.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ya udah sana... thanks ya Sayang..." ia pun berlalu sambil tersenyum.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku </span><span class="postbody">berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. </span><span class="postbody">Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama </span><span class="postbody">pacarku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah..." </span><span class="postbody">tanyanya.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku," jawabku singkat.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Ohh.. gitu ya," ia kelihatannya mulai paham.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan. Pokoknya </span><span class="postbody">kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya </span><span class="postbody">"Yayang"-ku tidak curiga.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> "Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah," katanya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Iya memang enggak.." jawabku.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Kita berenang yuk?" ajaknya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody">"Emm... OK jadi!" jawabku mantap.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu </span><span class="postbody">sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan </span><span class="postbody">Ema,<br /><br />"Ayo lah kita pulang, yok kuantar.." dia pun menurut sambil memeluk </span><span class="postbody">tanganku di dadanya.<br /><br /><br />(Bersambung............)<br /><br /></span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold; font-family: verdana;">http://www.dt88-network.info</span></a></span><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-39058190438735748682007-11-10T09:49:00.000-08:002007-12-28T09:13:39.883-08:00Gadis Pemijat<div style="text-align: center;"><span style=";font-family:arial;font-size:180%;" ><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;" class="postbody">GARA-GARA GADIS PEMIJAT<br /><span style="color: rgb(0, 0, 102);font-size:100%;" >(Bagian 1)</span><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="postbody"><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internet-gratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 139px; height: 166px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzXxI18B_4I/AAAAAAAAAVo/CD_sFAarLlY/s200/brasil_bikini_11.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5131272484678664066" border="0" /></a><span class="postbody">Namaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di </span><span class="postbody">Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan </span><span class="postbody">kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai </span><span class="postbody">suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku masih semester </span><span class="postbody">satu dan masih berdampak sampai sekarang.<br /><br />Latar belakangku adalah dari </span><span class="postbody">keluarga baik-baik, kami tinggal di sebuah perumahan di kawasan ****** </span><span class="postbody">di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti </span><span class="postbody">kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun </span><span class="postbody">alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang </span><span class="postbody">pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang </span><span class="postbody">cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya </span><span class="postbody">juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak </span><span class="postbody">heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka "mengokang" senapan yang </span><span class="postbody">notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan </span><span class="postbody">beringas. Hemmm... kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, </span><span class="postbody">aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang </span><span class="postbody">ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan.<br /><br /></span><span class="postbody"> Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada </span><span class="postbody">kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu </span><span class="postbody">akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau </span><span class="postbody">dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang </span><span class="postbody">langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya normal-normal saja, yahhh.. </span><span class="postbody">sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya </span><span class="postbody">blak-blakan kok.<br /><br /></span><span class="postbody">Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah panti pijat. Hari itu Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu.<br /><br />Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya baby sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh... cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar 4x4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya.<br /><br /> "Bajunya dibuka dulu ya Bang..." katanya dengan tersenyum manis,<br />"OK lahh.." sambutku dengan semangat.<br />"Tapi kipasnya jangan dinyalain yah, dingin nih.." dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku.<br /><br />Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t-shirt malam itu.<br />"Celananya sekalian dong Bang," katanya.<br />"Emmm.. Lo yang bukain deh, males nih.." dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku.<br /> "Ahh.. kamu manja deh," katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku.<br /><br /> Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD, terlihat "adik"-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.<br /><br /> "Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!"<br />"Wahhh... itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi," kataku setengah bercanda.<br /><br /> Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah.<br /><br /> "Wah.. pijitanmu enak ya?" pujiku.<br />"Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi," jawabnya.<br />"Oooh jadi servis plus nih?" tanyaku.<br />"Mmm... buatmu aku senang melakukannya," pijatannya semakin ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan kemaluanku pun mulai "bereaksi kimia".<br />"Eh.. balikkan badan dong!" pintanya.<br />"Ok.. ok.."<br /><br /> Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat terlihat semakin menggunung.<br /><br /> "Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa.." godanya sambil tangannya memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya.<br /><br /> "Habisnya kamu merangsang sihh.." kataku.<br /><br /> "Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu," pintanya.<br /><br /> "OK, copot aja sendiri," aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih.<br /><br /></span><span class="postbody">Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kemaluanku yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya.<br /><br /> "Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari," katanya sembari tertawa.<br /><br /> "Ah... emangnya aku suka 'lojon' apa..." jawabku.<br /><br /> Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh nafsu, dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih.<br /><br /> "Ahhh.. mau kau apakan adikku?" tanyaku.<br /><br /> "Tenanglah belum waktunya," ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga kantong zakarku.<br /><br /> "Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih," sergahku.<br />"Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu," ledeknya.<br />"Entar lagi lah, pijitin dulu badanku," kataku.<br />"OK lah..."<br /><br /> Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahhh ia naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya.<br /><br /> "Sialan! montok bener tetekmu," dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti.<br /></span><br /><span class="postbody"><br />(Bersambung........)<br /><br /></span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold; font-family: verdana;">http://www.dt88-network.info</span></a></span><br /><span class="postbody"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-21395706376599447702007-11-09T10:45:00.000-08:002008-04-04T09:57:30.565-07:00Obsesi dan Kenikmatan<div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;font-size:180%;" ><span class="postbody"><span style="font-weight: bold;">AKU, SUAMI dan MANTAN PACARKU</span></span></span><br /></div><span class="postbody"><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internetgratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 125px; height: 156px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzSvR18B_yI/AAAAAAAAAUw/9LQi9h6_cgs/s200/tn_pic05.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5130918596553342754" border="0" /></a><span class="postbody">Tak berapa lama kemudian, suara bel kamar berbunyi. Langsung saja </span><span class="postbody">Awang, suamiku beringsut menuju pintu tuk membuka dan memastikan kalo </span><span class="postbody">yang datang adalah Tatang. Benar juga, dilihat dari teriakan gembira </span><span class="postbody">kecil suamiku, aku pastikan kalau itu adalah Tatang. Deg..dadaku terasa </span><span class="postbody">semakin tidak berirama dan semakin cepat manakala Tatang mulai memasuki </span><span class="postbody">kamar ini. Kulihat dia melemparkan senyum manisnya kediriku sambil </span><span class="postbody">menyapa “Bagaimana kabarmu, Yan? ujarnya ramah.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Baik, bagaimana denganmu?” balasku ke dia.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Baik juga, oh ya kamu terlihat sexy ya sama seperti terakhir kita </span><span class="postbody">ketemu dulu” ujarnya merayuku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> “Ah,.. kamu ada-ada saja, biasa aja lagi” ujarku dengan tersipu malu. </span><span class="postbody"><br /><br />Jujur, rasanya aku mulai menikmati permainan ini. Yach, bisa dibilang </span><span class="postbody">Tatang sekarang lebih terlihat tampan daripada dulu, aku sungguh-sungguh </span><span class="postbody">dibuatnya panas dingin dengan penuh rasa tidak percaya bakal bertemu </span><span class="postbody">dengannya lagi. Namun, itu tak berlangsung lama setelah suamiku </span><span class="postbody">memecahkan kebisuanku dengan memintaku tuk berganti baju. Segera saja </span><span class="postbody">kupenuhi dengan menuju kamar mandi. Disana aku memilih lingerie yang </span><span class="postbody">warna hitam, dengan kainnya yang tipis sehingga apapun yang ditutupi </span><span class="postbody">akan tersetak dan terlihat jelas, ditambah jenis celana dalamnya yang </span><span class="postbody">sangat mini, bisa dikatakan hanyalah penghias karena celana itu ga </span><span class="postbody">sepenuhnya menutupi vaginaku ini.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Segera saja, dengan perasaan berdebar-debar keberanikan diriku melangkah </span><span class="postbody">menuju Tatang dan suamiku yang sedang berbincang-bincang. Saat mereka </span><span class="postbody">menyadari kehadiranku dengan pakaian ini, terlihat sekali ekspresi </span><span class="postbody">Tatang yang telihat kaget penuh nafsu memandangku.</span><br /><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Serta merta dia beringsut dari tempat duduknya menujuku. Dengan pelan </span><span class="postbody">dan penuh penghayatan, dia memberanikan diriku memelukku dengan </span><span class="postbody">hangatnya. Kulirik suamiku, ternyata dia memperhatikan kami dengan </span><span class="postbody">seksama. Tak kulihat ada raut muka ketidak setujuannya terhadap </span><span class="postbody">perlakuan tatang kepadaku. Hal itu memberiku keberanian tuk mencium </span><span class="postbody">bibir Tatang.<br /><br />“Ehm..muach…oohh..” rintihku disaat bibirku dibalas dengan </span><span class="postbody">pagutannya yang melumat bibirku ini dengan ganasnya.<br /><br />“Kamu sungguh sexy </span><span class="postbody">sekali yani” ujarnya kepadaku.<br /><br />Tak Cuma itu saja, kedua tangannya yang </span><span class="postbody">semula memelukku mulai berani mempermainkan buah dada dan vaginaku. </span><span class="postbody">Gesekan demi gesekan yang dilakukannya padaku menambah birahiku semakin </span><span class="postbody">tinggi. Aku sangat menikmatinya, sampai ta kusadari aku berdesis penuh </span><br /><span class="postbody"> kenikmatan.<br /><br />"Oh, Tatang..ehmm..ohh enak Tang..” ujarku lirih disaat dia </span><span class="postbody">mulai memainkan bibir dan lidahnya ke payudaraku.<br /><br />Sungguh ga kukira aku </span><span class="postbody">bisa menikmatinya seperti ini. Satu persatu bajunya dia copot dengan tak </span><span class="postbody">sabarnya tuk ingin merengkuhku lebih. Segera saja dia mulai menuntunku </span><span class="postbody">ke tempat tidur dengan menyisakan celana dalam saja yang dia pakai. </span><span class="postbody">Kemudian dengan pintarnya sambil mengulum payudaraku, tangan satunya </span><span class="postbody">telah memainkan klitorisku dengan hebatnya.<br /><br />“Ooh..Tatang, </span><span class="postbody">sayang..hmm..oochh..enak sekali, terusss..sayaaang” pintaku tuk jangan </span><span class="postbody">menghentikan aktivitasnya.<br /><br />Terasa bawah vaginaku telah mengalir cairan </span><span class="postbody">bening dengan derasnya. Sambil bersungkut dan senyum kepadaku, dia </span><span class="postbody">melepaskan celana dalamku.<br /><br />“Oh..apakah persetubuhan ini akan </span><span class="postbody">terjadi” batinku dalam hati.<br /><br />Antara menikmati dan bimbang aku beranikan </span><span class="postbody">diri memegang penisnya yang sudah dari tadi tegak berdiri. Kuelus-elus </span><span class="postbody">batang penis itu.<br /><br />“Oh tuhan, inikah penis Tatang?”ujarku dalam hati.<br /><br /></span><span class="postbody"> Sungguh penisnya sangat kokoh, keras, dan kulihat sangat menabjubkan. </span><span class="postbody">Meskipun kurang lebih sama dengan punya suamiku, namun penis tatang </span><span class="postbody">punya kekhasan yaitu agak bengkok kesamping dengan kepala penisnya yang </span><span class="postbody">besar dan merah saat kulihat seksama. Dengan naluriah kucium dan kukulum </span><span class="postbody">penisnya sambil kujilati scrotum-nya.<br /><br />“Oh..enak banget Yan, aku dah </span><span class="postbody">memimpikan hal ini sejak lama” ujarnya kepadaku.<br /><br />Ternyata semenjak aku </span><span class="postbody">pacaran ama suamiku dulu, aku adalah fantasi sex baginya. Kurang lebih 5 </span><span class="postbody">menit aku mengulum penisnya sampai akhirnya dia mendorongku tuk </span><span class="postbody">berbaring di tempat tidur. Kemudian giliran dia yang meng-oral vagina </span><span class="postbody">ini. Sangat ga kusangka, dia belajar dimana bisa mengoral seenak ini.<br /><br /></span><span class="postbody"> Pertama dia sapukan lidahnya dari bawah ke atas, kemudian memutar2kan </span><span class="postbody">beberapa saat dibagian atas yang kemudian dilanjutkan ketengah. Begitu </span><span class="postbody">saja terus menerus dia lakukan hal itu. Sampai </span><span class="postbody">akhirnya..<br /><br />”Oochh..Tang..aku mau KELUAAARR” erangku sambil menggapit </span><span class="postbody">kepalanya dengan kedua pahaku sambil menjambak rambutnya.<br /><br /></span><span class="postbody"> “OOhh…sstttss..ohh enaknya sayang…” erangku lagi mengiringi orgasmeku </span><span class="postbody">yang pertama.<br /><br />Beberapa lamanya aku dibiarkannya tuk menikmati orgasmeku, </span><span class="postbody">yang kemudian dengan lembutnya dia membuka pahaku kesamping. Oh..rasanya </span><span class="postbody">persetubuhan ini akan terjadi. Saat kulirik ke suamiku, tampak dia dah </span><span class="postbody">mulai menggosok-gosokkan penisnya dengan tangan. Ada rasa kagum </span><span class="postbody">tersendiri dan begitu sexy sekali diriku disaat bisa orgasme didepan </span><span class="postbody">suami dan tentunya Tatang pastinya.</span><br /><span class="postbody"></span><span class="postbody"></span><br /><span class="postbody"> Kemudian mulai Tatang menindihku dengan menggosok-gosokkan penisnya ke </span><span class="postbody">vaginaku. Wah, sensasi ini sungguh amat sangat menyiksa batinku. Belum </span><span class="postbody">usai kenikmatan atas orgasme yang barusan kudapatkan harus merasakan </span><span class="postbody">kenikmatan gesekannya.<br /><br />“OOcchh..Ach..Hmm..Achh.enak banget..masukin </span><span class="postbody">cepat Tang..Achh?!” ujarku ta sabar menerima penisnya dalam vaginaku.<br /><br /></span><span class="postbody"> Segera setelah itu, dia mengarahkan penisnya ke vaginaku. Bless..Ochh, </span><span class="postbody">enak banget apalagi disaat dia mulai memaju mundurkan penisnya itu. </span><span class="postbody">Tangannyapun ta ketinggalan dengan meremas-remas kedua payudaaraku ini </span><span class="postbody">sungguh ta terbayangkan rasanya.Ta berapa lama </span><span class="postbody">kemudian<br /><br />”Occhhh..ahh..Ochhh..aku kellluuaaarr laagiii”.<br />“</span><span class="postbody">Achhh..”jeritku sambil merengkuh tubuh Tatang dengan eratnya.<br /><br /></span><span class="postbody"> Benar-benar nikmatnya, ternyata benar adanya hal ini membuat kenangan </span><span class="postbody">tersendiri buat kami. Segera sesudahnya Tatang memintaku tuk posisi </span><span class="postbody">jongkok. Disini aku dah tau apa yang dimauinya, karena aku dan suamiku </span><span class="postbody">sering melakukan posisi ini. Kemudian mulai lagi pergulatan kami, dengan </span><span class="postbody">nafas dan keringat yang bercucuran pada diri kami masing-masing, Tatang </span><span class="postbody">tetap mempertahankan posisi itu dengan menyodok berulang-ulang. Tampak </span><span class="postbody">terlihat dari mukanya dia begitu suka dengan posisi ini. Begitu juga </span><span class="postbody">denganku, bagi para wanita posisi ini memberikan stimulasi maksimum pada </span><span class="postbody">liang vagina yang sudah dalam fase nikmat. Hingga akhirnyaa…<br /><br />” Acchh..aku </span><span class="postbody">keluar Yani…OOchh…..crott..croot..crott..” dia muntahkan spermanya di </span><span class="postbody">pantatku.<br /><br />Hingga beberapa lamanya dia diam membisu dengan mata terpejam </span><span class="postbody">coba menikmati semaksimum mungkin orgasmenya itu.</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-34049871624360051962007-08-25T11:11:00.000-07:002007-12-28T09:14:31.623-08:00Rekan Kerja di Kantor<div style="text-align: center; color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;"><span style="font-size:180%;">Rekan Kerjaku di Kantor.....Rekan Kerjaku di Ranjang</span></div><h3 face="arial" style="color: rgb(255, 0, 0);"> </h3> <p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internetgratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzS-lF8B_3I/AAAAAAAAAVY/4x1Q0lshWhc/s200/09.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5130935419940241266" border="0" /></a>Sudah cukup lama Ratih menunggu Tom. Setengah jam lebih. Sebelum akhirnya Tom tiba dan datang menemui Ratih yang sedang duduk di sofa, di lounge sebuah hotel bintang <st1:city st="on">lima</st1:city> di <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>. Mereka akan mendiskusikan masalah budget tahunan dari bagian Treasury yang harus dikerjakan Ratih. Seperti diketahui, Tom atau nama panjangnya Tommy Hudson yang berkebangsaan Inggris adalah Treasury Head dan Ratih adalah Unit Manager pada bagian Treasury sebuah Cabang Bank Asing di Jakarta. Agar lebih santai mereka bersepakat untuk bertemu setelah jam kantor di hotel tersebut untuk mendiskusikan masalah budget tersebut.<br /><br />Tom muncul dengan penampilan yang charming sore itu, membuat Ratih agak terpesona. Tom mengenakan kemeja favoritnya. Penampilan Tom sore ini benar-benar membuat Ratih menilainya lebih dari orang-orang yang lalu lalang di depan situ sepanjang sore ini. Tom tersenyum menyapa Ratih, mereka berjabat tangan seperti umumnya dua orang profesional yang akan membicarakan masalah bisnis. Tom duduk di depan Ratih, lalu setelah sedikit berbasa-basi, mereka membuka map masing-masing dan mulai membicarakan angka-angka. Tom benar-benar menguasai bidangnya, sehingga sejujurnya Ratih perlu berpikir keras untuk bisa mengimbanginya dan mencari celah-celah yang bisa menguntungkan unit yang dipimpin Ratih dalam hal pengalokasian biaya.<br /><br />Namun sepanjang pembicaraan, Ratih sering memergoki mata Tom tidak selalu menatap kertas-kertas kerja mereka. Pandangan Tom sering mengarah ke tempat-tempat lain di tubuh Ratih. (Sekedar informasi agar pembaca lebih mudah menghayati cerita ini, Ratih memiliki tinggi badan 156 cm, berat badan 49 kg, bentuk badan slender, tidak serba mungil, rambut pendek seleher, dengan wajah blasteran Cina-Jepang, Ratih juga mengenakan kacamata minus). Sore itu Ratih mengenakan blazer biru muda dan rok mini dengan warna yang sama. Di balik blazer itu, Ratih mengenakan kaos ketat berwarna kuning, yang membuat kecerahan warna kulitnya lebih menonjol.<br /><br />Ratih sering memergoki pandangan Tom mengarah ke paha dan tungkainya yang putih mulus itu. Kadang-kadang mata nakalnya yang genit itu juga sering terarah pada leher dan kaos Ratih yang mungkin memang cukup ketat, meski masih tertutup blazer. Pada satu saat, pandangan mata mereka bertemu. Ratih mengerutkan dahi dan Tom malah tersenyum nakal.<br /><br />"Kok kayaknya kita tidak terlalu serius membicarakan ini?", tanya Ratih.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Agak sulit untuk serius dengan kondisi seperti ini", jawab Tom sambil terus menatap ke dalam mata Ratih.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Yah..., lantas kita mesti gimana?", tanya Ratih lagi.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Mungkin kita tunda sampai besok pagi, sekarang sudah di luar jam kerja <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>?", jawab Tom enteng.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Baik.., ide bagus, kalau begitu kita pulang saja", jawab Ratih sambil mengemasi kertas-kertas kerjanya dari meja kecil itu.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Atau mungkin bisa kita bicarakan secara agak santai sambil makan malam?", ajak Tom.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Ratih sempat terpikir akan apa yang ada di otak Tom waktu itu, namun demi karirnya, Ratih memilih untuk membuang pikiran itu jauh-jauh. Namun Tom tersenyum manis sambil mengangkat bahu.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Gimana?", tanyanya sambil tetap menyunggingkan senyum, memancarkan daya tariknya.<br />"Hm..., terserahlah", akhirnya jawab Ratih setelah cukup lama menimbang-nimbang.<br /><br />Tom mengajak Ratih untuk naik ke mobilnya. Mobil kantor yang selama ini dipakainya sehari-hari. Ratih menyukai suasana di dalamnya. Benar-benar menggambarkan kepribadian Tom, kepribadian khas seorang pria yang berasal dari Inggris. Ratih memandangi sudut-sudutnya, dan mengagumi selera Tom. Sepanjang jalan, mereka tidak banyak berbicara. Ratih mengamati Tom yang sedang memegang kemudi. Wajah, tubuh, otot-otot dan cara Tom berpakaian, hmm..., sangat mengesankan. Ups! Ratih buru-buru memandang ke depan ketika Tom tiba-tiba menengok ke arahnya. Dari sudut mata, Ratih dapat melihat bahwa Tom tersenyum nakal karena memergoki Ratih mencuri pandang ke arah Tom. Dan naluri pria Tom mengetahui bahwa Ratih sedang mengaguminya. Lalu Tom kembali memandang ke jalan sambil tersenyum puas merasa menang.<br /><br />Setelah mereka tiba di sebuah hotel berbintang tiga yang terkenal akan restorannya yang baik, mereka turun dari mobil. Tom membukakan pintu untuk Ratih. Entah sengaja atau tidak, mereka bertabrakan. Dada Ratih bersentuhan dengan lengan Tom, dan mereka masing-masing bukan tidak tahu itu. Ratih mencoba untuk tetap cool namun Tom tersenyum, seolah-olah tahu bahwa kedua putik di ujung dada Ratih sedang agak menegang karena bersentuhan dengan lengannya tadi. Lalu mereka berjalan masuk.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Hm, apakah kita makan di Coffee Shop atau memesan room service saja?", tanya Tom ketika mereka memasuki lobby.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> Sejujurnya, Ratih menyukai cara pendekatan Tom yang soft namun terarah itu. Tanpa banyak berpikir, Ratih hanya menjawab singkat, "Terserah kamu saja". Ratih mengucapkan kalimat itu sambil melirik ke mata Tom dan sedikit menyipitkan mata, memberi tanda setuju dengan apa yang Tom pikirkan. Lagi-lagi Tom tersenyum nakal menggemaskan.<br /><br />Lalu Tom segera mendatangi meja resepsionis untuk check-in. Kamar yang mereka tempati tidak terlalu luas, meski cukup mewah untuk ukuran hotel berbintang tiga. Sebuah ranjang king size tertata rapi menghadap ke set televisi. Dinding di belakang set televisi itu dilapisi oleh cermin sepenuh tembok, sehingga ruangan itu terkesan lebih luas. Secara refleks, Ratih melirik ke cermin itu, dan merapikan poni di dahinya serta membetulkan letak kacamatanya dengan jari tengah. Tom melemparkan tubuh tegapnya ke ranjang dan mengamati Ratih yang sedang bercermin.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Kamu mau pesan apa?", tanya Tom sambil mengangkat gagang telepon di meja kecil di samping ranjang.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Apa kamu mau langsung makan?", jawab Ratih sambil memandangnya dari cermin.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> Tom terdiam karena tidak mengharapkan reaksi Ratih yang begitu direct. Ratih membalikkan tubuhnya dan menatap ke mata Tom. Dengan pelahan Ratih membuka satu persatu kancing blazernya, sambil melangkah mendekati ranjang. Setelah semua kancing blazernya terbuka, Ratih menaikkan lutut kirinya ke atas ranjang, dan menurunkan blazernya hingga kedua bahunya terlihat karena kaosnya yang sangat ketat itu berpotongan tanpa lengan. Mata Ratih menatap ke arah Tom sambil sedikit menyipit.<br /><br />Secara refleks, Tom mulai membuka satu-persatu kancing kemejanya, sedikit demi sedikit menampakkan dadanya yang bidang, tegap menggairahkan. Lalu dengan gerakan yang amat cepat, Tom melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke samping, lalu bangkit dan menabrak tubuh Ratih, memeluk, dan menghujankan ciuman-ciuman hangat ke leher dan rahang Ratih. Ratih menengadahkan kepala menikmati ciuman Tom yang hangat dan bertubi-tubi itu. Tom menarik lepas blazer Ratih dan melemparkannya ke sudut ruangan, tangan Tom juga menarik kaos Ratih ke atas dan melepaskannya dari tubuh Ratih yang mulai berkeringat. Lalu Tom menarik Ratih hingga kini rebah telentang di ranjang besar itu.<br /><br />Ratih menyukai cara Tom itu, dan dia begitu menikmatinya. Ratih hanya telentang di ranjang itu dan pasrah sepenuhnya pada Tom. Menatap Tom yang kini sedang berdiri di dekat ranjang sambil mengawasi tubuh Ratih yang telentang dengan hanya bra putih dan rok mini yang agak tersingkap ke atas. Ratih memandang Tom dengan setengah terpejam dan jari-jarinya bergerak ke bibir Ratih, merabanya, dan turun pelan-pelan ke leher, ke dada, mengait bagian leher kaosnya dan menariknya sedikit. Tangan Ratih yang lain bergerak mengusap pinggangnya, bergerak ke tengah dan berhenti di bawah gesper sabuknya. Tom segera bereaksi, naik ke ranjang dan mulutnya mulai menjelajahi wajah Ratih. Tangan Ratih bergerak untuk melepaskan kacamatanya, Tom menggerakkan hidungnya menelusuri telinga kiri Ratih, menurun ke leher Ratih.<br /><br />"Aduuuhh..., aahh..., ssshh", Ratih kegelian hingga agak menggelinjang dan mengangkat bahu kirinya yang segera dijilati oleh Tom. Hangat dan lembabnya lidah Tom terasa begitu nikmat, membuat Ratih kian pasrah saja. Tom menarik tali bra Ratih ke bawah agar lidahnya lebih leluasa menjilati pundak Ratih yang halus mulus, bulu kuduk Ratih berdiri semakin tegak merasakan itu semua. Tom semakin bergairah, kedua tangannya membuka kaitan bra Ratih yang ada di bagian depan. Dan terlihatlah olehnya kedua bukit payudara Ratih yang tidak terlalu besar, namun kencang berwarna kuning cerah. Di puncaknya terdapat dua tonjolan kecil merah jambu yang dikelilingi lingkaran coklat muda.<br /><br />Untuk beberapa detik Tom terdiam menyaksikannya. Ratih hanya dapat menatapnya dengan pandangan meminta, menatap tegapnya tubuh Tom inci demi inci dan membayangkannya melekat, menyatu dengan tubuhnya. Dengan mata yang terfokus pada wajah Ratih, kedua tangan Tom mulai bergerak menyentuh kedua payudara Ratih, mengusap, meraba dan meremasnya dengan lembut. Jari-jari Tom dengan halus bergerak-gerak di atasnya, melingkar-lingkar tanpa menyentuh putingnya. Ratih makin menyipitkan matanya dan memandang mata Tom dengan memelas.<br /><br />"Aughh.., aughh", Ratih merintih lirih. Tom menanggapinya dengan cara meletakkan bibirnya melingkupi puting kiri Ratih. Membuat Ratih agak terhenyak dan menggeliat keras, namun kedua lengan Tom memeluk pinggang Ratih dan menahannya bergerak lebih jauh. Kini mulut Tom dengan pelahan namun tegas segera memainkan puting kiri Ratih. Lidahnya mengait-ngaitnya, bibirnya mengisap-isapnya.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Ngghh..., aahh..., Tooomm", Ratih merintih lirih sambil menyebut nama Tom. Mulut Tom menarik puting kiri Ratih dan membiarkannya terlepas. Tom dapat melihatnya menjadi bersemu merah dan tegak mengacung ke depan. Puas dengan karyanya itu, Tom beralih ke puting kanan Ratih, menciumnya dan menggigitnya dengan lembut dan perlahan-lahan.<br /><br />"Akhh..., hhmm", Ratih kembali mengerang-ngerang ketika merasakan puting kanannya mendapat jilatan dan isapan Tom, sementara puting kirinya yang telah membengkak itu berada di antara telunjuk dan ibu jari Tom yang memilin-milinnya pelan. Kedua alis mata Ratih seperti menyatu di tengah keningnya yang mengerut, kedua matanya terpejam rapat, gigi Ratih terkatup namun bibirnya setengah terbuka, mendesah dan mengerang menahan rasa geli bercampur nikmat yang datang bertubi-tubi pada bagian badannya yang paling sensitif itu. Tom mulai merasakan betapa puting kanan Ratih mulai menegang dan mengeras di dalam mulutnya yang dengan rakus mengisap-isapnya. Rintihan dan erangan Ratih terdengar memenuhi ruangan.<br /><br />Tiba-tiba Tom menarik tubuh Ratih hingga terduduk. Tom duduk di belakang tubuh Ratih sambil mulutnya menjilati bahu dan leher Ratih yang halus. Ibu jari tangan kanan Tom menjentik-jentik puting kanan Ratih sementara telunjuknya bermain di puting kiri Ratih, membuat Ratih kian tak mampu menahan birahi. Apalagi ketika tangan kiri Tom menarik rok mini Ratih ke atas, lalu menyelip di balik celana dalamnya. Dengan segera telunjuk kiri Tom menemukan bibir kewanitaan Ratih yang telah lembab, lalu jari nakal Tom itu bergerak seperti mencungkil-cungkil, menggosok bibir kewanitaan Ratih, dan menjentik-jentik tonjolan kecil di atasnya. Ratih menggeliat-geliat tak karuan menahan semuanya. Rasanya sulit untuk bernafas. Mata Ratih terbuka sedikit, dan dari cermin di dinding itu Ratih bisa melihat betapa rakusnya Tom mempermainkan tubuhnya yang sudah hampir tanpa daya itu.<br /><br />"Ohh..., aahh..., aduuuhh", Ratih hanya bisa merintih sekenanya untuk bertahan dari serangan-serangan birahi Tom. Tanpa Ratih duga sebelumnya, jari tengah tangan kiri Tom menyusup masuk ke liang kewanitaannya, "Ehgggg....", Ratih menjerit tertahan ketika merasakan sesuatu memasuki tubuhnya lewat tempat sensitif itu. Tom semakin buas, jarinya bergerak berputar-putar di dalam liang kewanitaan Ratih, sementara tangan kanan Tom terus meremas-remas payudara Ratih yang kini terasa ngilu namun nikmat.<br /><br />Ratih menyandarkan kepalanya di dada Tom, tubuhnya bergetar tak kuat menahan birahi. Tangan Ratih bergerak ke atas dan memeluk leher Tom. Rupanya mereka sudah sama-sama menginginkannya, Tom segera menghempaskan tubuh Ratih hingga kembali telentang di ranjang. Dengan gerakan sigap Tom menyingkapkan rok mini Ratih, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, dan menyingkap celana dalam Ratih ke samping. Tangan Tom membimbing penisnya yang besar dan panjang itu menyentuh bibir vagina Ratih yang telah dibanjiri cairan pelumas, lalu dengan segenap kekuatan Tom menekan penisnya dalam-dalam.<br /><br />"Aduhh..., aahh..., eeennngg..., ooooohh", jerit Ratih ketika merasakan terobosan penis Tom ke dalam vaginanya. Tom segera menggerakkan tubuhnya dengan cepat maju mundur, membiarkan penisnya menggosok dinding vagina Ratih dengan kencang dan bertenaga. Kedua tangan Tom dengan gemas terus meremas payudara Ratih sambil memilin-milin putingnya. Ratih hanya bisa merintih dan mengerang keras-keras, kepala Ratih terlempar ke kiri dan kanan merasakan sodokan-sodokan penis Tom yang membuatnya lupa diri karena digempur kenikmatan yang begitu luar biasa. Gerakan-gerakan Tom kian cepat hingga tubuh Ratih terhentak-hentak. Matanya terpejam-pejam tak mampu menahan kenikmatan yang luar biasa ini. Kedua tangan Ratih mencengkeram bantal di bawah kepalanya.<br /><br />"Aaduuhh..., enaakkk..., ssekaallii..., Toom", Ratih benar-benar tak mampu menahannya lagi, terlalu nikmat.<br /></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Ratih dapat merasakan dinding kewanitaannya kian licin karena cairan pelumas makin banyak membanjirinya. Namun di situ penis tetap dengan perkasanya mengikis dinding-dindingnya. Ratih meringis keenakan sementara Tom terus saja menghunjam-hunjamkan penisnya yang amat besar dan keras itu ke dalam vagina Ratih, sambil meremas kedua payudaranya dan menatap wajah Ratih yang kini berekspresi menahan nikmat. Ratih tak tahu bagaimana dengan Tom, namun Ratih benar-benar tak mampu lagi bertahan. Gelombang-gelombang kenikmatan terlalu buas menerpa tubuhnya yang kini tak berdaya. Otot-otot kewanitaannya terasa menegang berusaha menjepit kejantanan Tom yang terus saja bergerak keluar masuk.<br /><br />Akhirnya, sesuatu terasa meledak di seluruh tubuh Ratih. Badannya melengkung, punggungnya terangkat dari ranjang. Untuk sesaat seluruh tubuhnya mengejang. Gigi Ratih bergemeretak menahan hantaman gelombang orgasme itu. Pandangannya seperti kabur dan semuanya tampak putih. Lalu kenikmatan yang begitu intens itu merenggut seluruh energinya. Ratihpun lunglai tak berdaya di tangan Tom. Kini tinggallah Tom yang dengan leluasa dan rileksnya membolak-balik tubuh Ratih. Setelah Tom menumpahkan semuanya ke dalam vagina Ratih, barulah dia berhenti. Lambat laun Ratih mulai pulih. Terlihatlah plafon kamar yang putih dan bertekstur. Seluruh ruangan pun mulai terlihat jelas. Namun kenikmatan itu belum hilang. Kenikmatan di seluruh tubuhnya yang baru saja Tom berikan.<br /><br />Ratih menengok ke samping dan mendapati Tom terbaring di situ menatap wajah Ratih yang masih tampak kelelahan. Lalu mereka berdua berpelukan erat. Tubuh mereka terasa amat menghangatkan. Lalu mereka terbang ke alam mimpi.</p><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold; font-family: verdana;">http://www.dt88-network.info</span></a></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-77801322292586642782007-08-22T08:33:00.000-07:002008-04-04T09:58:18.895-07:00Bercinta dgn Tante Nita<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);font-family:verdana;font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;font-family:arial;" >Nimatnya Bercinta dengan Ibu Kostku......<br />Tante Nita</span></span><br /></div><span style="font-family:verdana;"><span style="font-size:85%;"><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://internetgratis.smallbusiness-epub.com/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzS4C18B_1I/AAAAAAAAAVI/EGnU35UsU0I/s200/IMG_0540.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5130928234459955026" border="0" /></a><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Apa yang akan kuceritakan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yang terlibat.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan.<br /><br />Setelah "hunting" yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Bapak kosku, Om Rahmat adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Nita, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Nita cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Nita rajin ikut kelas aerobik.<br /><br />Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Rahmat agak jarang di rumah. Tapi Tante Nita cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Nita akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Nita....</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?", tanya Tante Nita suatu hari.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br />"Enggak tante..."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?"</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Oh, bisa tante..."<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Tante Nita tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Nita. Di sepanjang jalan Tante Nita banyak mengeluh tentang Om Rahmat yang semakin jarang di rumah.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Om Rahmat itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana..."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga," kataku mencoba menghibur.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Tiba-tiba tangan Tante Nita menyentuh paha kiriku dengan lembut,</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki... tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Nita menatapku dengan tersenyum. Tante Nita terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Nita tersinggung atau disangka kurang ajar.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Nita tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir... kamu bisa tolong pijitin tante khan?" katanya sambil menutup pintu mobil.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Iya... sedikit-sedikit bisa tante," kataku sambil mengangguk.<br /><br />Aku mulai merasa Tante Nita menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Setelah sampai di rumah, Tante Nita langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Nita langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Nita sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"<br /><br />Doni sayang... tolong ambilkan handuk dong..." nada suara Tante Nita mulai manja.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Nita secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Nita sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Nita dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Nita hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Nah, sekarang kamu pijitin tante ya... ini pakai body-lotion..." katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur.<br /><br />Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Nita dan mulai memijit daerah punggungnya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante, bagian mana yang sakit..." tanyaku berlagak polos.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Semuanya sayang... semuanya... dari atas sampai ke bawah.<br />"Bagian depan juga sakit lho...nanti Doni pijit ya..." kata Tante Nita sambil tersenyum nakal.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Aku terus memijit punggung Tante Nita, sementara itu aku merasakan penisku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Nita dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita. Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat... dan yang paling penting ikuti saja naluri...</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante sayang..., tali BH-nya boleh kubuka?" kataku sambil mengelus pundaknya.<br /><br />Tante Nita menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Nita sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya... ahh lembut dan empuk. Tante Nita bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat.<br /><br />Tante Nita dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina wanita dewasa... Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Nita.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Sekarang tubuh Tante Nita tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun... sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Nita mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Mmhh... Doni... kamu nakal ya..." katanya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Tapi tante suka khan...?"</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Mmhh.. terusin Don... terusin... tante suka sekali."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Nita.<br /><br />Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Nita.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Kukecup leher Tante Nita dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi.<br /><br />Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Nita pandai merawat tubuhnya.<br /><br />Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante seksi sekali..." kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Ah.. bisa aja kamu merayu tante... kamu juga seksi lho Don... lihat tuh burungmu sudah siap tempur... ayo jangan bengong gitu... terusin pijat seluruh badan tante....," kata Tante Nita sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Aku mulai menjilati payudara Tante Nita sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Nita tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan penisku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Nita seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Nita. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Nita yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante Nita. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah.<br /><br />"Mmhhh.. aahhh" desahan nikmat keluar dari mulut Tante Nita saat lidahku menjilati klitorisnya.<br /><br />Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Nita terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Aduuh.. Donii... enak sekali sayang... iya sayang... yang itu enak.. emmhh .. terus sayang... pelan-pelan sayang... iya... gitu sayang... terus.. aduuh.. aahh... mmhh.." katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Nita mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Doni.. Tante mau keluaar... aah.. uuh..aahh...oooh.... adduuh... sayaaang... Doniiii.... terus jilat itu Don... teruus... aduuuh... aduuuh...tante keluaaar..." bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya.<br /><br />Beberapa saat tubuh Tante Nita meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Doni.. enak banget.... sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini..." katanya perlahan sambil membuka mata.<br /><br />Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Nita, kubelai rambut Tante Nita lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Nita sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Doni sayang... sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya..." katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya... tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Nita mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Nita sungguh luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Nita. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali....</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante... Doni pengen masukin ke punya tante... " kataku sambil mencoba melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Nita mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku keluar dari mulutnya.<br /><br />"Terserah Doni sayang... keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante... tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini...."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Perlahan kurebahkan Tante Nita disebelahku, Tante Nita langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante Nita yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu....<br /><br />Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menggerak-gerakkan pinggulnya,<br /><br />"Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap..."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Nita menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum.....<br /></span><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Ini pengalaman pertama ya Don...."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br />"Iya tante...." jawabku malu-malu.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Tenang aja... nggak usah buru-buru... tante bantu..." katanya sambil memegang penisku.<br /><br />Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan...masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah.... sensasinya sungguh luar biasa.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Nita, aah.. nikmatnya.<br /><br />"Aaahh...Donii.. eemh..." Tante Nita berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama.<br /><br />Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Nita masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya....<br /><br />Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Nita juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar....</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa... maklumlah ini pengalaman pertamaku... kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante...Doni sudah hampir keluar.... aaah...uuh..." kataku berusaha keras menahan diri.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Terusin aja Don... kita barengan yaa.... tante juga udah mau keluar... aahh... Doni... tusuk yang kuat Don... tusuk sampai ujung sayang... mmhh...."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Kata-kata Tante Nita membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br />"Aduuh...Doni udah nggak tahan lagi..." aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Nita.<br /><br />Sementara itu Tante Nita juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Ayoo Don... tante juga mau...ahhhh...ahhh kamu ganas sekali....... aaaahhh.... Doniii.... sekarang Don.... keluarin sekarang Don... tante udah nggak tahan...mmmhhh".</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Tante Nita juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat...</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Tante...aaaa...aaaagh....Doni keluaaaar.....aagh.." aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Nita.<br /><br />Bersamaan dengan itu Tante Nitapun mengalami puncak orgasmenya,</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Doniii.... aduuuh......tante jugaa....aaaah... I'm cumming honey... aaaahh.....aah...."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam vagina Tante Nita. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa.... aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Nita yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Nita.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Tak lama kemudian Tante Nita membuka matanya dan tersenyum padaku,</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Gimana sayang...enak?" katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk.<br /><br />Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali "making-love". Soalnya waktu "fore-play" tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Don...?"</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak.<br /><br />Tante Nita membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Nita dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Sudah siap lagi sayang...? Sekarang tante mau di atas ya...?" katanya sambil mengangkangi aku.<br /><br />Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam vagina Tante Nita yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Nita duduk diatas badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >"Aahh...Doni... penismu sampai ke ujung... uuh.... mmhh... aahhh" katanya mendesah-desah.<br /><br />Gerakan Tante Nita perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Nita terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.<br /><br />Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Nita. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Nita makin bergairah. Gerakan Tante Nita makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya... seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol...</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Doni... tante sudah mau keluar lagi.... aaah... mmmhh.. uuuughhh..."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br />"Ayoo tante... Doni juga udah nggak tahan..."</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Nita menekan seluruh berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan...<br /><br />Tangan Tante Nita mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nita merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Nita karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun.<br /><br />Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar... Tante Nita seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Nita, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang "horny" dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Nita dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Nita pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar.<br /><br />Sebaliknya kalau Tante Nita yang "horny", dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Nita tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Rahmat pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Nita justru mengharapkan Om Rahmat sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Nita.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Pernah suatu malam setelah Om Rahmat berangkat keluar kota, Tante Nita masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Nita sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.<br /><br />Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Nita baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Nita belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Nita menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya yang merekah merah.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />"Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang....." katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" > </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br />Karena aku rasa Tante Nita sudah sangat "horny", tanpa banyak basa-basi dan "foreplay" lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Nita diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Nita membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Nita diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu.<br /><br />Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Nita entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Nita hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Nita.</span><span style=";font-family:georgia;font-size:100%;" ><br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Petualanganku dengan Tante Nita berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Rahmat mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Nita yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.<br /><br /></span><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >http://www.dt88-network.info</span></a></span><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9193873143180279908.post-38255765328279913052007-08-20T08:52:00.000-07:002008-04-04T09:58:49.099-07:00Tante Mirnaku<div style="text-align: center; color: rgb(255, 0, 0);font-family:arial;"><span style="font-size:180%;"><b>Nikmatnya Vagina Tante Mirna</b></span></div><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://klikdisini.com/7837"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_Lh-GnyHPiX0/RzS9vF8B_2I/AAAAAAAAAVQ/6AL58zE4kAw/s200/0051221168.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5130934492227305314" border="0" /></a><span style="font-size:100%;">Namaku Rei, saat kejadian ini usiaku baru 17 tahun. Kisah ini berawal 2 tahun lalu, karena kepindahan orangtuaku ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place> . Aku yang masih SMU juga harus ikut pindah ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place> . Sebagai warga baru seperti biasanya kami sekeluarga memperkenalkan diri dulu kepada tetangga-tetangga didaerah rumahku yang baru.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"> <span style="font-size:100%;"><st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> satu tetangga yang membuat aku sangat tertarik, selain ramah dan baik aku juga terangsang dengan wajahnya yang cantik meskipun dari segi body tante Mirna ini kurang menarik. Tante Mirna berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut sebahu dan berumur 35 tahun. Tante Mirna baru mempunyai anak satu, dan masih TK.<br /><br />Setelah perkenalan itu ibu dan ayahku terbilang dekat dengan om dan tante Mirna ( Mirna adalah nama suaminya ). Karena kedua orangtuaku bekerja aku, sering sekali aku dikirimkan makanan-makanan dari tante Mir, dan kupikir ini kesempatan.<br /><br />Suatu hari, didaerahku hujan lebat. Tiba-tiba tante Mirna datang dengan keadaan basah kuyup, memberitahukan bahwa rumahnya bocor dan aku disuruhnya melihat dan membetulkan genteng rumahnya. Aku yang sedang dalam gairah tinggi melihat ini adalah kesempatan besar. Aku masuk ke dalam rumah tante Mirna, dan baru saja masuk aku langsung memeluk tante Mirna. Tante Mirna berontak tapi aku dengan kuat terus memeluknya dari belakang, kudorong tante Mirna ke sofa dan kulucuti pakaiannya satu persatu.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">"Rei, kamu mau apa jangan macam-macam rei!"bentak tante Mirna,<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">tapi aku yang sudah nafsu terus saja melucuti pakaian tante yang basah. Dengan cepat aku melucuti pakaian tante, dan terpampang jelas tubuhnya yang indah. Kuhisap langsung vaginanya yang merah dan minta disuntik dengan segera.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">"Rei, mmmmhhhhh, geli rei. Jangan diteruskan rei, mmmmmhhhh"<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">keluhnya dan aku masih tetap saja kujilati vagina tante Mirna. 5 menit aku jilati vagina tante Mirna, setelah itu kupaksa tante Mirna melayani burungku dengan mulutnya sampai tante Mirna muntah-muntah karena sepertinya memang baru sekali ini saja. Dan 5 menit berikutnya aku paksa kembali tante Mirna melayani kemaluanku dengan vaginanya.<br /><br />"Ah, tante vagina keset banget sih. <st1:place st="on"><st1:state st="on">Kan</st1:state></st1:place> susah masukinnya !", Kemaluanku baru masuk seperempat.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Rei jangan rei, mmmmmmhhhhhhhhhhhhh ."</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Pokoknya tante harus melayani saya sampai sore "</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Jangan Rei, aduhhhh sakit rei" kemaluanku sudah tenggelam di kenikmatan yang tiada <st1:place st="on">tara</st1:place>.<br />kupercepat tempo sodokanku, dan tante Mirna menggeliat dengan keringatnya yang menetes.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Ayo tante, mmhhhhhh"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Mmmmmmmmmhhhhhhhhh hhhhh, reeeeeeiiii, reeeeeeeeeeeei"<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">dihempaskannya tubuhku, kemaluanku mengayun saja setelah lepas dari bibir kemaluan tante Mirna. Tante Mirna bangun dan berdiri dalam keadaan bugil.<br /><br />"Rei kamu harus tanggung jawab, tante gak terima kalo kamu yang main di atas"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Dipegangnya burungku, dimasukkannya lagi ke dalam bibir kemaluannya. Tante Mirna merem melek menahan kenikmatan burungku yang lumayan besar.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> " Rei burung kamu ueeenak banget sih, tante genjot yah! "<br />" Iya tante, yang cepet ya tante "</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Tante Mirna terus menggenjot kemaluanku, dan sekarang aku yang merem melek.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> " uhhh. rei sayang tante mau keluar "<br />" keluarin aja tante "<br />" gantian dong sayang, tante capek nih "<br />" tante nunging yah, biar sama-sama enak". Tante Mirna menurut yang aku bilang.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Kucari lubang anus tante Mirna, karena aku belum sama sekali merasa mau keluar. Kucoba tusukkan kemaluanku ke anusnya dengan pelan,</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> " rei jangan disitu sayang, tante belum pernah sayang"<br />" tenang aja tante dijamin enak deh!"<br />"rei sakit rei, ahhhhhhhhhhhhhhhhhh hh. sakit rei udah rei" jerit tante Mirna setelah kemaluanku sudah masuk setengah anus tante Mirna</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> " enakkan tan, kemaluanku<br />" heeh enak banget, tapi jangan cepet2 yah rei "</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Lima menit sudah kusodok lubang anus tante Mirna, tiba-tiba terdengar suara mobil jemputan anak tante Mirna sudah kembali dari sekolahnya. Aku yang belum keluar mempercepat sodokanku sedang tante Mirna sudah 2 kali.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "sayang udahan dulu yah!, Dona udah pulang tuh!". tante Mirna melepaskan kemaluanku yang masih tegang.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "tan, saya belum keluar nih"<br />"masak sih rei, kuat amat sih, Ya udah tunggu tante di kamar nanti tante nyusul."<br />"gak mau ah" kutarik lagi tante Mirna dan sekarang vagina yang kujadikan sasaran keberanganku.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "ahhhhhhhhhhhh. terus sayang.terus. jangan dilepasin dulu ya".<br />tiba-tiba Donna anak tante Mirna membuka pintu.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "mama, eh mama lagi ngapain sama om rei". Donna yang ketawa melihatku dengan mamanya dalam keadaan ngentot.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "Dona kekamar dulu ya, ganti baju dulu ya.mama lagi main dulu sama om rei"<br />"iya <st1:place st="on"><st1:city st="on">sana</st1:city></st1:place> Dona masuk dulu, ntar om rei beliin coklat deh"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Donna yang belum tahu apa-apa langsung lari kekamar dengan senangnya karena aku janji belikan cokelat.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "terusin lagi dong rei, tanggung nih"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Kuteruskan lagi permainanku, sekitar sepuluh menit kemudian aku merasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "tante, rei mau keluar nih, mo bareng gak?"<br />"mmmmmmmmhhhhhhhhhh hhhhhh, terusin aja sayang kontol kamu enak banget sih, " tante juga mau keluar nih. mmmmmmmmmmhhhhhhhhh hhh"<br />"tante Mirna mmmmmmmmhhhhhhhhhhh hhh enak banget tante"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Tak lama kemudian kemaluanku terasa ada rasa hangat yang luar biasa.<br />"tante juga keluar rei, burung kamu enak banget ya!"<br />"vagina tante juga luar biasa"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Aku memeluk tante Mirna dengan erat sambil tiduran disebelahnya tanpa melepas burungku didalam vagina tante Mirna</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> "rei kamu udah merawanin 2 lubang tante, kamu tuh yang baru pertama kali ngerasain pantat sama mulu tante, ternyata kamu hebat banget deh"<br />"tante, kapan-kapan boleh minta lagi ya!"<br />"diatur ajalah, yang penting waktunya enak"<br />"makasih ya tante"</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Aku dan tante Mirna berciuman sebelum pulang dan keesokan paginya kami melakukan lagi, dan terus melakukan setelah Dona dan Om Mirna berangkat. Kadang kalo ortuku mudik atau menengok kakakku yang kuliah dijakarta, tante Mirna datang kerumahku walaupun Om Mirna ada dirumah. Dengan alasan mengantar makanan, kami sempat melakukan walau kilat saja, tapi aku puas.</span></p><p style="text-align: justify;font-family:arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> Ini terus kulakukan sampai pada saat tante Mirna hamil, dan menurutnya itu adalah benihku. Aku sempat melihat anak pertamaku, sebelum aku harus kuliah di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> menyusul kakakku disana. Tapi kalo aku pulang ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place>, aku masih melakukannya dengan tante Mirna. Mungkin aku jatuh cinta pada vagina tante Mirna, dan sepertinya aku mengidap odipus complex. Karena di <st1:place st="on"><st1:city st="on">jakarta</st1:city></st1:place> pun aku juga sering melakukannuya dengan tante-tante sebaya tante Mirna walaupun tak seenak vagina tante Mirna tak apalah untuk selingan aja kok. Tapi tetap saja burungku buat vagina tante Mirna. Love tante Mirna.</span></p><p style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="color: rgb(51, 51, 255);font-family:georgia;" class="postbody" ><span style="font-weight: bold;">Bisnis Luar Biasa</span>====><span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.dt88-network.info/"><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >http://www.dt88-network.info</span></a></span></p><p face="arial" style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><br /></span></p>Unknownnoreply@blogger.com0