Wednesday, November 28, 2007

Gadis Pemijat 5


Untung saja kolam renangnya tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta. "Ughhh..." desahnya agak terkejut, ia pun membalas ciumanku. Aku tidak melucuti pakaian renangnya, aku cuma menyibakkan sedikit cawat bawahnya sehingga liang kemaluannya kelihatan. Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali kemaluannya di dalam air yang jernih itu. Dengan ganas aku menciumi bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang terbalut baju renang yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar dengan badan dan rambut yang basah terurai.

"Ahhh... sayang... nanti kelihatan orang," katanya khawatir.

"Tenang Sayang... tak ada yang melihat kita begini..." kataku.

"Baiklah... Ndra kubuat kamu 'KO' di kolam," tantangnya.

Ia langsung memelorotkan celana renangku, batang kemaluanku yang sudah tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok kemaluanku di dalam air. "Mmm..." geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu lama lagi aku ingin memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya.

"Ema... kumasukin yah?"

Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju.


"Baik Sayang..."

Kudekap erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang kemaluanku masuk ke lubang kemaluannya.

"Argghh..." ia menyeringai ketika kepala kemaluanku menyentuh bibir kemaluannya.

Aku pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan kubaringkan dia, kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan menganga.

"Siap Sayang..."

Aku mulai memasukkan sedikit.

"Uhhhh..." padahal baru kepalanya saja yang masuk.
"Aahhh.. Sayang, punyamu terlalu besarr..."

Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya "Blesss..." seluruhnya bisa masuk.

"Uhhh... ahhh... mmmhhh," erangnya menahan gesekanku.
"Sshhh... ssss, enak kan Sayyy..." kataku terengah.
"Huuff... uhhh... ayoo terus Ssayy... ennnakk..."

Terdengar bunyi yang tak asing lagi, "Crep.. crepp... sslepp..." asyik kedengarannya, aku semakin giat memompanya. Kemudian aku ingin ganti posisi, aku suruh Ema menungging.

"Ayolah Sayang... puaskan aku..."

Ia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya merekah, menarik untuk ditusuk. "Sleppp..." batang kemaluanku kumasukkan.

"Ahhh.. ssss... ahhh..." desahnya penuh kenikmatan.

Nafasnya semakin memburu.

"Huff... ehhh... mmm..." aku terengah.

Kupercepat gerakanku, "Slep... slep.. slep.. slep..."

"Ahhh... Ssayangg... bentar lagi aku nyampe nihh..." kataku terburu.
"Aakuu... jugaa..."

Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan basah membuat maniku tak kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai puncaknya.

"Ooohhh... akuu lagi Sayanggg..."

Cairan kemaluannya pun membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak tahan.

"Aaahhh... aku juga Sayangg!" erangku penuh kenikmatan.
"Cepat cabut... keluarin di luarr...!" sergahnya.

Dengan cepat segera kucabut kemaluanku, Ema pun tanggap ia pun memegangnya dan mengocoknya dengan cepat.

"Aauuhhh! nikmattt!"
"Crut..." spermaku pun keluar.
"Eerghhh... ahh..." tapi sedikit, maklum terforsir.
"Aahh... kok sedikit Sayanggg..." katanya meledek.
"Eemmhh... ah... habis nih cairanku..."

Aku pun lemah tak berdaya dan ia pun berbaring di pangkuanku. Aku mengelus rambutnya yang basah, kukecup keningnya, "Cup! I love you Sayang..."

Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun pada di sebuah gubuk di hutan kala kami berburu bersama. Dalam hatiku aku berkata, gadis pemijatlah yang membuatku jadi begini, membuatku menjadi begini, membuatku menjadi "bercinta". Yah...!

------------SELESAI-----------------------

Cerita Minggu Depan


"Aahh..ahhhh...yang keras pencetnya !” desahku makin gila bersamaan dengan birahiku yang makin tinggi.

Hentakan badanku makin keras sampai kepala penis itu terkadang menyodok-nyodok rahimku. Keringat pun bercucuran pada tubuh dan wajah kami apalagi kamar ini tidak ber-AC, cuma dipasang exhaust van di atas pintu. Walaupun aku berusaha agar tidak terlalu gaduh mengingat hari masih terang dan banyak orang lalu lalang, namun sesekali aku tak kuasa menahan jeritan
kecil kalau hentakannya kencang atau mengenai G-spot ku. Memang tidak nyaman melakukannya pada saat dan tempat seperti ini, tapi kalau sudah kebelet ya apa boleh buat, lagipula ada sensasi tersendiri juga bermain dalam keadaan tidak safe seperti ini.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info






Tuesday, November 13, 2007

Gadis Pemijat 4

GARA-GARA GADIS PEMIJAT
Episode "Bercinta di Kolam Renang....Aduh Nikmatnya!!"


Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya dan ganti memangsa leherku, "Aahhh... geli sayang," kataku. Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu.

"Wah... dadamu seksi yah..." katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya menjilati dadaku "Slurrppp..." jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana renangku.

Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke
pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku.

"Ahhh.. Sayang..."
desahku tertahan.

Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru
saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya.

"Ihh... gila punyamu Sayang..." katanya.
"Ema... hisap dong Sayang!" pintaku.

Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.

"Ssshhh... uahhh..." aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.
"Sss... sayang hisap dong!"

Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.

"Aah... nggak mau Say, mana muat di mulutku..." jawabnya ragu.
"Egh... tenang saja sayang, pelan-pelan lah,"

Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kemaluanku.

"Slurpp... slurpp..." sejuk rasanya.
"Mmhhh... ahh, nah begitu Sayang... ayo teruss... ahh ssshh, buka mulutmu sayang."

Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin berani dan menjalar ke kantong semarku.

"Ih... bau nih sayang..
tadi nggak mandi ya?" katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini.

"Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat," kataku tertahan.

Mulut
mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke mulutnya. "Mmhh.. eghh..." terdengar suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya dengan bernafsu.

"Slerpp.. cep.."
"Ahhh... mmmm.. oohhh..." desahku penuh kenikmatan.
"Mmmhh... sayang, nikmatttt sekali..." gumamku tidak jelas.

Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, "Syuutt..." dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya.


Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera mendekatkan kepalaku dan... "Slurp," lidahku kujulurkan ke klitorisnya.

"Hemmm... slurp..."
"Aachhh... uhhh!" desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati keenakan dibuatnya.

"Sssh... sshhss..." desisnya bagaikan ular kobra.
"Andraaa... aku nggak tahan lagiii..." ia menggeliat tak karuan.
"Akuuu... nyampai nihhh..."

Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir kemaluannya yang harum, "Cup... cupp," kelihatannya ia hampir mencapai puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.

"Sshh... aahh... oohhh Yaangg... aku keluarrr..." erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa.

Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.

"Aduhhh... hhh... Sayang, aku udah nihh..." katanya lemas.
"Ma, aku masih konak nih..." kataku meminta.

Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya. Langsung saja Ema mengambil lotion "Tabir Surya" dan mengolesinya ke batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan mengusapkan ke kemaluanku,

"Ahhhh..." aku pun hanya merem-melek. Kemudian
ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh... nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang sedang bersetubuh.

"Bagaimana rasanya sayang..." tanyanya manja dan memandangku sinis.
"Aahhh... mmmm... ssss nikmat sayang..." ia pun tertawa kecil.

Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja.

"Uuahhh... nikkmattt sayangg...!" erangku.

Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.

"Rasain... habis kamu nakal sih..." katanya.
"Tapi lebih... nikmat memekmu sayang."
"Hush..." katanya.

Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat.

"Uuhhh... uhhh... mmm... arghh..." erangku tertahan.

Tak lama aku merasa hampir keluar.

"Sayy... aku hampir nyampe nihh..." desahku.
"Keluarin aja Ndra... pasti nikmatt..."

Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan...

"Crottt... crutt..."
"Uuahhh... hemmm... ssshh!" nikmat sekali rasanya.

Spermaku memancar dengan deras dan banyak.

"Ooohh..." gumamku.

Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga janggut dan bibirnya.

"Ihhh... baunya aneh ya.."

Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun dari atas tubuhnya. "Aahhh... nikmat Sayang..." tapi dalam hatiku aku belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan maniku yang belepotan.

"Iihhh... kok kayak gini sih?" tanyanya penuh selidik.
"Itu namanya cairan kenikmatan sayang..." jawabku enteng.
"Ooo..." katanya pura-pura tahu.
"Habis bercinta enaknya berenang yuk?" ajaknya.
"OK," kataku.


(Bersambung.......)

............ Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas. "Kamu membuatku nggak tahan sayang..." kataku.


Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Monday, November 12, 2007

Gadis Pemijat 3

GARA-GARA GADIS PEMIJAT NAN SEXY
(Bagian 3)

Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan begitu saja dari benakku,

"Sialan! bikin konak aja luh..." gerutuku.

Aku
pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih saja menghantui pikiranku.

"Ahhhh...aku nggak tahan nih..." segera kucopot
celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan nikmatnya,
"ahhh..." kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan
gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu.

"Huff..." nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian "Crott!" tumpahlah cairan maniku membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, "Zzz.."

Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku. Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di perutku terdapat bekas mani yang mengering.

"Andraaa... apa-apaan kau ini ha!" hardiknya, aku terkejut dan langsung mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang.

"Eh ... Kakak.. emm..." kataku gugup.

"Kamu ngapain ha...? sudah besar nggak tau malu huh..!"

Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku.

"Iiihhh... nggak tau malu, barang gituan dipamerin," ia bergidik.

"Biar aja... yang penting nikmat," jawabku enteng, kakak perempuanku yang satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai, kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku.

"Sialan... kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!"

Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan. "Brak!" terdengar suara pintu dibanting olehnya, "Dasar perempuan! nggak boleh liat cowok seneng," gerutuku.

Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat kakak perempuanku sedang lihat TV.

"Eh... Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!" pintaku.
"Ogah ah... entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau," jawabnya ketus.
"Huhh.. weee!" aku mencibir.

Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku di depan teras rumahnya.

"Haii... kok agak terlambat sih Say?" tanyanya.
"Eh... sori nih trouble dengan kakak perempuan," dalihku.
"OK lah, mari kita berangkat!"

Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai kami sampai di tempat tersebut.

"Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh," pintanya.
"Baiklah Sayaang..." kataku.

Kami berdua langsung saja masuk.

"Yang, aku ganti dulu yah... kamu ikut nggak?" ajaknya.
"Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti."

Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.

"Emmm... kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk.." katanya.

Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih dahulu. Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.

"Kenapa Sayang... ayolah lepas bajumu," katanya sambil tersenyum.
"Habbis... aku suka memandangmu waktu begitu sih," dan dia hanya tertawa kecil.

Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan celana renang, "Wahhh... Yayang ni.." katanya sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku yang setengah ereksi.

"Kok tegang sih Say?" selidiknya manja.
"Habis kamu montok sih.." jawabku seraya memakai celana renang yang super ketat.

"Wahhh... hemmm," goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.

"Nahh... aku sudah beres," kataku setelah memakai celana itu.
"Eh.. bantu aku dong!" dia tampaknya kesulitan melepas branya.
"Sini aku lepasin..." kataku.

Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.

"Ah... sayang, dadamu indah sekali," kataku sambil berbisik di belakang telinganya.

Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya.

"Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?" jawabnya sambil memegang tengkukku.

Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang masih merah segar, "Ah... Sayang!" desahnya pendek, batang kemaluanku yang sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih memakai celana sih.

"Aduh... keras sekali, Yayang ngaceng yah..." godanya.
"Dah tau nanya.. hhh," kataku terengah.

Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya.

"Ehhhmm... uhhh," lenguhnya sambil memejamkan mata.

Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya, kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya. Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya. Wahh... terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba klitorisnya,

"Aghhh... oouhh.. sayang kamu nakal deh," dengusnya sambil mengerjap.

Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih bibirku, "Cupppp..." wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh nafsu ia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat.

(Bersambung......)

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info


Sunday, November 11, 2007

Gadis Pemijat 2

GARA-GARA GADIS PEMIJAT SEXY
(Bagian 2)


Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan membuka bajunya.

"Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama..." aku sambil mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih.

"Eits... jangan!" ia memegang tanganku.

"Ini bagianku," katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak.

Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku.

"Ehmm... ahhh..." aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku.

"Augghh... aku nggak tahan nihhh..."

Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku.

"Aduhhh... arghh.. aku mau keluar nihhh!"

Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya "Croottt..." maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan dihabiskan oleh kocokannya.

"Aahhh..." aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas.

"Gimana... enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah 'KO'," godanya.

"Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn..."

Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya.

"Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi," sambil ia memainkan kemaluanku yang sudah nggak berdaya lagi.

"Entar ya, nanti kukerasin lagi," katanya.

"Hufff... OK lah," kataku pasrah.

Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas.

"Ihhh... lucu ya kalau sudah lemes, kecil!" ia mengejekku.

Aku yang merasa di-"KO"-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya yang montok kadang juga menggesek kakiku, wahhh kenyal sekali!

"Kenapa liat-liat, napsu ya ama punyaku?" katanya.
"Wahhh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih," jawabku.

Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat gadis itu memijatku.

"Wah dasar tukang coli kamu..." serangnya.
"Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-'KO' kamu," kataku dengan semangat.

Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras.

"Tuh.. berdiri lagi," katanya girang.
"Pasti!" kataku.

Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya.

"Uhhh.. pelan dikit doong!" katanya.
"Biar aja, habis kamu napsuin sih..." kataku.

Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya dengan penuh nafsu, "Emmm.. nikmat, ayo terusin.." desahnya membuatku berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing,

"Ahhh... uhhh ayo lah puaskan
aku..." ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras,
"Ayolah
masukkan!" tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang kemaluannya.

"Slep.. slepp!"
"Arghh... ihhh... ssshhh," ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku yang besar itu.
"Uahhh.. ennakkk..." katanya.

Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku.

"Heggh... hegghh... ahhh,
ehmm... aku mau keluar lagi nihh!" kataku.
"Sshhh... ahhh ah... payah lo, gue tanggung ni... entar donk!"
"Aku sudah tidak tahan lagii..."

Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang.

"Aaaku keluarrr..." erangku.
"Ehhh... cepat cabut!" sergapnya.

Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya.

"Ahhh... shhh...!"

"Crot... crottt... crottt" memancar dengan derasnya maniku memenuhi mulutnya dan berceceran juga di gunung kembarnya yang masih tegang.

"Ugghh..." aku pun langsung tumbang lemas.

"Aduh... gimana sih, aku nanggung nihh... loyo kamu."

Aku sudah tidak bisa berkata lagi, dengan agak sewot ia berdiri.

"Ahhh... kamu menghabiskan cairanku yaaa.. lemes nihh," kataku.

"Udah lahh.. aku pergi," katanya sewot.

"Ya udah sana... thanks ya Sayang..." ia pun berlalu sambil tersenyum.

Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama pacarku.

"Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah..." tanyanya.

"Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku," jawabku singkat.

"Ohh.. gitu ya," ia kelihatannya mulai paham.

Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan. Pokoknya kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya "Yayang"-ku tidak curiga.

"Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah," katanya.
"Iya memang enggak.." jawabku.
"Kita berenang yuk?" ajaknya.
"Emm... OK jadi!" jawabku mantap.

Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan Ema,

"Ayo lah kita pulang, yok kuantar.." dia pun menurut sambil memeluk
tanganku di dadanya.


(Bersambung............)

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Saturday, November 10, 2007

Gadis Pemijat

GARA-GARA GADIS PEMIJAT
(Bagian 1)

Namaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku masih semester satu dan masih berdampak sampai sekarang.

Latar belakangku adalah dari
keluarga baik-baik, kami tinggal di sebuah perumahan di kawasan ****** di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.

Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka "mengokang" senapan yang notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan beringas. Hemmm... kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan.

Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya normal-normal saja, yahhh.. sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya blak-blakan kok.

Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah panti pijat. Hari itu Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu.

Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya baby sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh... cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar 4x4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya.

"Bajunya dibuka dulu ya Bang..." katanya dengan tersenyum manis,
"OK lahh.." sambutku dengan semangat.
"Tapi kipasnya jangan dinyalain yah, dingin nih.." dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku.

Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t-shirt malam itu.
"Celananya sekalian dong Bang," katanya.
"Emmm.. Lo yang bukain deh, males nih.." dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku.
"Ahh.. kamu manja deh," katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku.

Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD, terlihat "adik"-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.

"Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!"
"Wahhh... itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi," kataku setengah bercanda.

Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah.

"Wah.. pijitanmu enak ya?" pujiku.
"Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi," jawabnya.
"Oooh jadi servis plus nih?" tanyaku.
"Mmm... buatmu aku senang melakukannya," pijatannya semakin ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan kemaluanku pun mulai "bereaksi kimia".
"Eh.. balikkan badan dong!" pintanya.
"Ok.. ok.."

Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat terlihat semakin menggunung.

"Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa.." godanya sambil tangannya memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya.

"Habisnya kamu merangsang sihh.." kataku.

"Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu," pintanya.

"OK, copot aja sendiri," aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih.

Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kemaluanku yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya.

"Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari," katanya sembari tertawa.

"Ah... emangnya aku suka 'lojon' apa..." jawabku.

Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh nafsu, dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih.

"Ahhh.. mau kau apakan adikku?" tanyaku.

"Tenanglah belum waktunya," ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga kantong zakarku.

"Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih," sergahku.
"Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu," ledeknya.
"Entar lagi lah, pijitin dulu badanku," kataku.
"OK lah..."

Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahhh ia naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya.

"Sialan! montok bener tetekmu," dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti.


(Bersambung........)

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Friday, November 9, 2007

Obsesi dan Kenikmatan

AKU, SUAMI dan MANTAN PACARKU

Tak berapa lama kemudian, suara bel kamar berbunyi. Langsung saja Awang, suamiku beringsut menuju pintu tuk membuka dan memastikan kalo yang datang adalah Tatang. Benar juga, dilihat dari teriakan gembira kecil suamiku, aku pastikan kalau itu adalah Tatang. Deg..dadaku terasa semakin tidak berirama dan semakin cepat manakala Tatang mulai memasuki kamar ini. Kulihat dia melemparkan senyum manisnya kediriku sambil menyapa “Bagaimana kabarmu, Yan? ujarnya ramah.

“Baik, bagaimana denganmu?” balasku ke dia.

“Baik juga, oh ya kamu terlihat sexy ya sama seperti terakhir kita ketemu dulu” ujarnya merayuku.

“Ah,.. kamu ada-ada saja, biasa aja lagi” ujarku dengan tersipu malu.

Jujur, rasanya aku mulai menikmati permainan ini. Yach, bisa dibilang
Tatang sekarang lebih terlihat tampan daripada dulu, aku sungguh-sungguh dibuatnya panas dingin dengan penuh rasa tidak percaya bakal bertemu dengannya lagi. Namun, itu tak berlangsung lama setelah suamiku memecahkan kebisuanku dengan memintaku tuk berganti baju. Segera saja kupenuhi dengan menuju kamar mandi. Disana aku memilih lingerie yang warna hitam, dengan kainnya yang tipis sehingga apapun yang ditutupi akan tersetak dan terlihat jelas, ditambah jenis celana dalamnya yang sangat mini, bisa dikatakan hanyalah penghias karena celana itu ga sepenuhnya menutupi vaginaku ini.

Segera saja, dengan perasaan berdebar-debar keberanikan diriku melangkah menuju Tatang dan suamiku yang sedang berbincang-bincang. Saat mereka menyadari kehadiranku dengan pakaian ini, terlihat sekali ekspresi Tatang yang telihat kaget penuh nafsu memandangku.

Serta merta dia beringsut dari tempat duduknya menujuku. Dengan pelan dan penuh penghayatan, dia memberanikan diriku memelukku dengan hangatnya. Kulirik suamiku, ternyata dia memperhatikan kami dengan seksama. Tak kulihat ada raut muka ketidak setujuannya terhadap perlakuan tatang kepadaku. Hal itu memberiku keberanian tuk mencium bibir Tatang.

“Ehm..muach…oohh..” rintihku disaat bibirku dibalas dengan
pagutannya yang melumat bibirku ini dengan ganasnya.

“Kamu sungguh sexy
sekali yani” ujarnya kepadaku.

Tak Cuma itu saja, kedua tangannya yang
semula memelukku mulai berani mempermainkan buah dada dan vaginaku. Gesekan demi gesekan yang dilakukannya padaku menambah birahiku semakin tinggi. Aku sangat menikmatinya, sampai ta kusadari aku berdesis penuh
kenikmatan.

"Oh, Tatang..ehmm..ohh enak Tang..” ujarku lirih disaat dia
mulai memainkan bibir dan lidahnya ke payudaraku.

Sungguh ga kukira aku
bisa menikmatinya seperti ini. Satu persatu bajunya dia copot dengan tak sabarnya tuk ingin merengkuhku lebih. Segera saja dia mulai menuntunku ke tempat tidur dengan menyisakan celana dalam saja yang dia pakai. Kemudian dengan pintarnya sambil mengulum payudaraku, tangan satunya telah memainkan klitorisku dengan hebatnya.

“Ooh..Tatang,
sayang..hmm..oochh..enak sekali, terusss..sayaaang” pintaku tuk jangan menghentikan aktivitasnya.

Terasa bawah vaginaku telah mengalir cairan
bening dengan derasnya. Sambil bersungkut dan senyum kepadaku, dia melepaskan celana dalamku.

“Oh..apakah persetubuhan ini akan
terjadi” batinku dalam hati.

Antara menikmati dan bimbang aku beranikan
diri memegang penisnya yang sudah dari tadi tegak berdiri. Kuelus-elus batang penis itu.

“Oh tuhan, inikah penis Tatang?”ujarku dalam hati.

Sungguh penisnya sangat kokoh, keras, dan kulihat sangat menabjubkan. Meskipun kurang lebih sama dengan punya suamiku, namun penis tatang punya kekhasan yaitu agak bengkok kesamping dengan kepala penisnya yang besar dan merah saat kulihat seksama. Dengan naluriah kucium dan kukulum penisnya sambil kujilati scrotum-nya.

“Oh..enak banget Yan, aku dah
memimpikan hal ini sejak lama” ujarnya kepadaku.

Ternyata semenjak aku
pacaran ama suamiku dulu, aku adalah fantasi sex baginya. Kurang lebih 5 menit aku mengulum penisnya sampai akhirnya dia mendorongku tuk berbaring di tempat tidur. Kemudian giliran dia yang meng-oral vagina ini. Sangat ga kusangka, dia belajar dimana bisa mengoral seenak ini.

Pertama dia sapukan lidahnya dari bawah ke atas, kemudian memutar2kan beberapa saat dibagian atas yang kemudian dilanjutkan ketengah. Begitu saja terus menerus dia lakukan hal itu. Sampai akhirnya..

”Oochh..Tang..aku mau KELUAAARR” erangku sambil menggapit
kepalanya dengan kedua pahaku sambil menjambak rambutnya.

“OOhh…sstttss..ohh enaknya sayang…” erangku lagi mengiringi orgasmeku yang pertama.

Beberapa lamanya aku dibiarkannya tuk menikmati orgasmeku,
yang kemudian dengan lembutnya dia membuka pahaku kesamping. Oh..rasanya persetubuhan ini akan terjadi. Saat kulirik ke suamiku, tampak dia dah mulai menggosok-gosokkan penisnya dengan tangan. Ada rasa kagum tersendiri dan begitu sexy sekali diriku disaat bisa orgasme didepan suami dan tentunya Tatang pastinya.

Kemudian mulai Tatang menindihku dengan menggosok-gosokkan penisnya ke vaginaku. Wah, sensasi ini sungguh amat sangat menyiksa batinku. Belum usai kenikmatan atas orgasme yang barusan kudapatkan harus merasakan kenikmatan gesekannya.

“OOcchh..Ach..Hmm..Achh.enak banget..masukin
cepat Tang..Achh?!” ujarku ta sabar menerima penisnya dalam vaginaku.

Segera setelah itu, dia mengarahkan penisnya ke vaginaku. Bless..Ochh, enak banget apalagi disaat dia mulai memaju mundurkan penisnya itu. Tangannyapun ta ketinggalan dengan meremas-remas kedua payudaaraku ini sungguh ta terbayangkan rasanya.Ta berapa lama kemudian

”Occhhh..ahh..Ochhh..aku kellluuaaarr laagiii”.
Achhh..”jeritku sambil merengkuh tubuh Tatang dengan eratnya.

Benar-benar nikmatnya, ternyata benar adanya hal ini membuat kenangan tersendiri buat kami. Segera sesudahnya Tatang memintaku tuk posisi jongkok. Disini aku dah tau apa yang dimauinya, karena aku dan suamiku sering melakukan posisi ini. Kemudian mulai lagi pergulatan kami, dengan nafas dan keringat yang bercucuran pada diri kami masing-masing, Tatang tetap mempertahankan posisi itu dengan menyodok berulang-ulang. Tampak terlihat dari mukanya dia begitu suka dengan posisi ini. Begitu juga denganku, bagi para wanita posisi ini memberikan stimulasi maksimum pada liang vagina yang sudah dalam fase nikmat. Hingga akhirnyaa…

” Acchh..aku
keluar Yani…OOchh…..crott..croot..crott..” dia muntahkan spermanya di pantatku.

Hingga beberapa lamanya dia diam membisu dengan mata terpejam
coba menikmati semaksimum mungkin orgasmenya itu.

Saturday, August 25, 2007

Rekan Kerja di Kantor

Rekan Kerjaku di Kantor.....Rekan Kerjaku di Ranjang

Sudah cukup lama Ratih menunggu Tom. Setengah jam lebih. Sebelum akhirnya Tom tiba dan datang menemui Ratih yang sedang duduk di sofa, di lounge sebuah hotel bintang lima di kota Jakarta. Mereka akan mendiskusikan masalah budget tahunan dari bagian Treasury yang harus dikerjakan Ratih. Seperti diketahui, Tom atau nama panjangnya Tommy Hudson yang berkebangsaan Inggris adalah Treasury Head dan Ratih adalah Unit Manager pada bagian Treasury sebuah Cabang Bank Asing di Jakarta. Agar lebih santai mereka bersepakat untuk bertemu setelah jam kantor di hotel tersebut untuk mendiskusikan masalah budget tersebut.

Tom muncul dengan penampilan yang charming sore itu, membuat Ratih agak terpesona. Tom mengenakan kemeja favoritnya. Penampilan Tom sore ini benar-benar membuat Ratih menilainya lebih dari orang-orang yang lalu lalang di depan situ sepanjang sore ini. Tom tersenyum menyapa Ratih, mereka berjabat tangan seperti umumnya dua orang profesional yang akan membicarakan masalah bisnis. Tom duduk di depan Ratih, lalu setelah sedikit berbasa-basi, mereka membuka map masing-masing dan mulai membicarakan angka-angka. Tom benar-benar menguasai bidangnya, sehingga sejujurnya Ratih perlu berpikir keras untuk bisa mengimbanginya dan mencari celah-celah yang bisa menguntungkan unit yang dipimpin Ratih dalam hal pengalokasian biaya.

Namun sepanjang pembicaraan, Ratih sering memergoki mata Tom tidak selalu menatap kertas-kertas kerja mereka. Pandangan Tom sering mengarah ke tempat-tempat lain di tubuh Ratih. (Sekedar informasi agar pembaca lebih mudah menghayati cerita ini, Ratih memiliki tinggi badan 156 cm, berat badan 49 kg, bentuk badan slender, tidak serba mungil, rambut pendek seleher, dengan wajah blasteran Cina-Jepang, Ratih juga mengenakan kacamata minus). Sore itu Ratih mengenakan blazer biru muda dan rok mini dengan warna yang sama. Di balik blazer itu, Ratih mengenakan kaos ketat berwarna kuning, yang membuat kecerahan warna kulitnya lebih menonjol.

Ratih sering memergoki pandangan Tom mengarah ke paha dan tungkainya yang putih mulus itu. Kadang-kadang mata nakalnya yang genit itu juga sering terarah pada leher dan kaos Ratih yang mungkin memang cukup ketat, meski masih tertutup blazer. Pada satu saat, pandangan mata mereka bertemu. Ratih mengerutkan dahi dan Tom malah tersenyum nakal.

"Kok kayaknya kita tidak terlalu serius membicarakan ini?", tanya Ratih.

"Agak sulit untuk serius dengan kondisi seperti ini", jawab Tom sambil terus menatap ke dalam mata Ratih.

"Yah..., lantas kita mesti gimana?", tanya Ratih lagi.

"Mungkin kita tunda sampai besok pagi, sekarang sudah di luar jam kerja kan?", jawab Tom enteng.

"Baik.., ide bagus, kalau begitu kita pulang saja", jawab Ratih sambil mengemasi kertas-kertas kerjanya dari meja kecil itu.

"Atau mungkin bisa kita bicarakan secara agak santai sambil makan malam?", ajak Tom.

Ratih sempat terpikir akan apa yang ada di otak Tom waktu itu, namun demi karirnya, Ratih memilih untuk membuang pikiran itu jauh-jauh. Namun Tom tersenyum manis sambil mengangkat bahu.

"Gimana?", tanyanya sambil tetap menyunggingkan senyum, memancarkan daya tariknya.
"Hm..., terserahlah", akhirnya jawab Ratih setelah cukup lama menimbang-nimbang.

Tom mengajak Ratih untuk naik ke mobilnya. Mobil kantor yang selama ini dipakainya sehari-hari. Ratih menyukai suasana di dalamnya. Benar-benar menggambarkan kepribadian Tom, kepribadian khas seorang pria yang berasal dari Inggris. Ratih memandangi sudut-sudutnya, dan mengagumi selera Tom. Sepanjang jalan, mereka tidak banyak berbicara. Ratih mengamati Tom yang sedang memegang kemudi. Wajah, tubuh, otot-otot dan cara Tom berpakaian, hmm..., sangat mengesankan. Ups! Ratih buru-buru memandang ke depan ketika Tom tiba-tiba menengok ke arahnya. Dari sudut mata, Ratih dapat melihat bahwa Tom tersenyum nakal karena memergoki Ratih mencuri pandang ke arah Tom. Dan naluri pria Tom mengetahui bahwa Ratih sedang mengaguminya. Lalu Tom kembali memandang ke jalan sambil tersenyum puas merasa menang.

Setelah mereka tiba di sebuah hotel berbintang tiga yang terkenal akan restorannya yang baik, mereka turun dari mobil. Tom membukakan pintu untuk Ratih. Entah sengaja atau tidak, mereka bertabrakan. Dada Ratih bersentuhan dengan lengan Tom, dan mereka masing-masing bukan tidak tahu itu. Ratih mencoba untuk tetap cool namun Tom tersenyum, seolah-olah tahu bahwa kedua putik di ujung dada Ratih sedang agak menegang karena bersentuhan dengan lengannya tadi. Lalu mereka berjalan masuk.

"Hm, apakah kita makan di Coffee Shop atau memesan room service saja?", tanya Tom ketika mereka memasuki lobby.

Sejujurnya, Ratih menyukai cara pendekatan Tom yang soft namun terarah itu. Tanpa banyak berpikir, Ratih hanya menjawab singkat, "Terserah kamu saja". Ratih mengucapkan kalimat itu sambil melirik ke mata Tom dan sedikit menyipitkan mata, memberi tanda setuju dengan apa yang Tom pikirkan. Lagi-lagi Tom tersenyum nakal menggemaskan.

Lalu Tom segera mendatangi meja resepsionis untuk check-in. Kamar yang mereka tempati tidak terlalu luas, meski cukup mewah untuk ukuran hotel berbintang tiga. Sebuah ranjang king size tertata rapi menghadap ke set televisi. Dinding di belakang set televisi itu dilapisi oleh cermin sepenuh tembok, sehingga ruangan itu terkesan lebih luas. Secara refleks, Ratih melirik ke cermin itu, dan merapikan poni di dahinya serta membetulkan letak kacamatanya dengan jari tengah. Tom melemparkan tubuh tegapnya ke ranjang dan mengamati Ratih yang sedang bercermin.

"Kamu mau pesan apa?", tanya Tom sambil mengangkat gagang telepon di meja kecil di samping ranjang.

"Apa kamu mau langsung makan?", jawab Ratih sambil memandangnya dari cermin.

Tom terdiam karena tidak mengharapkan reaksi Ratih yang begitu direct. Ratih membalikkan tubuhnya dan menatap ke mata Tom. Dengan pelahan Ratih membuka satu persatu kancing blazernya, sambil melangkah mendekati ranjang. Setelah semua kancing blazernya terbuka, Ratih menaikkan lutut kirinya ke atas ranjang, dan menurunkan blazernya hingga kedua bahunya terlihat karena kaosnya yang sangat ketat itu berpotongan tanpa lengan. Mata Ratih menatap ke arah Tom sambil sedikit menyipit.

Secara refleks, Tom mulai membuka satu-persatu kancing kemejanya, sedikit demi sedikit menampakkan dadanya yang bidang, tegap menggairahkan. Lalu dengan gerakan yang amat cepat, Tom melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke samping, lalu bangkit dan menabrak tubuh Ratih, memeluk, dan menghujankan ciuman-ciuman hangat ke leher dan rahang Ratih. Ratih menengadahkan kepala menikmati ciuman Tom yang hangat dan bertubi-tubi itu. Tom menarik lepas blazer Ratih dan melemparkannya ke sudut ruangan, tangan Tom juga menarik kaos Ratih ke atas dan melepaskannya dari tubuh Ratih yang mulai berkeringat. Lalu Tom menarik Ratih hingga kini rebah telentang di ranjang besar itu.

Ratih menyukai cara Tom itu, dan dia begitu menikmatinya. Ratih hanya telentang di ranjang itu dan pasrah sepenuhnya pada Tom. Menatap Tom yang kini sedang berdiri di dekat ranjang sambil mengawasi tubuh Ratih yang telentang dengan hanya bra putih dan rok mini yang agak tersingkap ke atas. Ratih memandang Tom dengan setengah terpejam dan jari-jarinya bergerak ke bibir Ratih, merabanya, dan turun pelan-pelan ke leher, ke dada, mengait bagian leher kaosnya dan menariknya sedikit. Tangan Ratih yang lain bergerak mengusap pinggangnya, bergerak ke tengah dan berhenti di bawah gesper sabuknya. Tom segera bereaksi, naik ke ranjang dan mulutnya mulai menjelajahi wajah Ratih. Tangan Ratih bergerak untuk melepaskan kacamatanya, Tom menggerakkan hidungnya menelusuri telinga kiri Ratih, menurun ke leher Ratih.

"Aduuuhh..., aahh..., ssshh", Ratih kegelian hingga agak menggelinjang dan mengangkat bahu kirinya yang segera dijilati oleh Tom. Hangat dan lembabnya lidah Tom terasa begitu nikmat, membuat Ratih kian pasrah saja. Tom menarik tali bra Ratih ke bawah agar lidahnya lebih leluasa menjilati pundak Ratih yang halus mulus, bulu kuduk Ratih berdiri semakin tegak merasakan itu semua. Tom semakin bergairah, kedua tangannya membuka kaitan bra Ratih yang ada di bagian depan. Dan terlihatlah olehnya kedua bukit payudara Ratih yang tidak terlalu besar, namun kencang berwarna kuning cerah. Di puncaknya terdapat dua tonjolan kecil merah jambu yang dikelilingi lingkaran coklat muda.

Untuk beberapa detik Tom terdiam menyaksikannya. Ratih hanya dapat menatapnya dengan pandangan meminta, menatap tegapnya tubuh Tom inci demi inci dan membayangkannya melekat, menyatu dengan tubuhnya. Dengan mata yang terfokus pada wajah Ratih, kedua tangan Tom mulai bergerak menyentuh kedua payudara Ratih, mengusap, meraba dan meremasnya dengan lembut. Jari-jari Tom dengan halus bergerak-gerak di atasnya, melingkar-lingkar tanpa menyentuh putingnya. Ratih makin menyipitkan matanya dan memandang mata Tom dengan memelas.

"Aughh.., aughh", Ratih merintih lirih. Tom menanggapinya dengan cara meletakkan bibirnya melingkupi puting kiri Ratih. Membuat Ratih agak terhenyak dan menggeliat keras, namun kedua lengan Tom memeluk pinggang Ratih dan menahannya bergerak lebih jauh. Kini mulut Tom dengan pelahan namun tegas segera memainkan puting kiri Ratih. Lidahnya mengait-ngaitnya, bibirnya mengisap-isapnya.

"Ngghh..., aahh..., Tooomm", Ratih merintih lirih sambil menyebut nama Tom. Mulut Tom menarik puting kiri Ratih dan membiarkannya terlepas. Tom dapat melihatnya menjadi bersemu merah dan tegak mengacung ke depan. Puas dengan karyanya itu, Tom beralih ke puting kanan Ratih, menciumnya dan menggigitnya dengan lembut dan perlahan-lahan.

"Akhh..., hhmm", Ratih kembali mengerang-ngerang ketika merasakan puting kanannya mendapat jilatan dan isapan Tom, sementara puting kirinya yang telah membengkak itu berada di antara telunjuk dan ibu jari Tom yang memilin-milinnya pelan. Kedua alis mata Ratih seperti menyatu di tengah keningnya yang mengerut, kedua matanya terpejam rapat, gigi Ratih terkatup namun bibirnya setengah terbuka, mendesah dan mengerang menahan rasa geli bercampur nikmat yang datang bertubi-tubi pada bagian badannya yang paling sensitif itu. Tom mulai merasakan betapa puting kanan Ratih mulai menegang dan mengeras di dalam mulutnya yang dengan rakus mengisap-isapnya. Rintihan dan erangan Ratih terdengar memenuhi ruangan.

Tiba-tiba Tom menarik tubuh Ratih hingga terduduk. Tom duduk di belakang tubuh Ratih sambil mulutnya menjilati bahu dan leher Ratih yang halus. Ibu jari tangan kanan Tom menjentik-jentik puting kanan Ratih sementara telunjuknya bermain di puting kiri Ratih, membuat Ratih kian tak mampu menahan birahi. Apalagi ketika tangan kiri Tom menarik rok mini Ratih ke atas, lalu menyelip di balik celana dalamnya. Dengan segera telunjuk kiri Tom menemukan bibir kewanitaan Ratih yang telah lembab, lalu jari nakal Tom itu bergerak seperti mencungkil-cungkil, menggosok bibir kewanitaan Ratih, dan menjentik-jentik tonjolan kecil di atasnya. Ratih menggeliat-geliat tak karuan menahan semuanya. Rasanya sulit untuk bernafas. Mata Ratih terbuka sedikit, dan dari cermin di dinding itu Ratih bisa melihat betapa rakusnya Tom mempermainkan tubuhnya yang sudah hampir tanpa daya itu.

"Ohh..., aahh..., aduuuhh", Ratih hanya bisa merintih sekenanya untuk bertahan dari serangan-serangan birahi Tom. Tanpa Ratih duga sebelumnya, jari tengah tangan kiri Tom menyusup masuk ke liang kewanitaannya, "Ehgggg....", Ratih menjerit tertahan ketika merasakan sesuatu memasuki tubuhnya lewat tempat sensitif itu. Tom semakin buas, jarinya bergerak berputar-putar di dalam liang kewanitaan Ratih, sementara tangan kanan Tom terus meremas-remas payudara Ratih yang kini terasa ngilu namun nikmat.

Ratih menyandarkan kepalanya di dada Tom, tubuhnya bergetar tak kuat menahan birahi. Tangan Ratih bergerak ke atas dan memeluk leher Tom. Rupanya mereka sudah sama-sama menginginkannya, Tom segera menghempaskan tubuh Ratih hingga kembali telentang di ranjang. Dengan gerakan sigap Tom menyingkapkan rok mini Ratih, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, dan menyingkap celana dalam Ratih ke samping. Tangan Tom membimbing penisnya yang besar dan panjang itu menyentuh bibir vagina Ratih yang telah dibanjiri cairan pelumas, lalu dengan segenap kekuatan Tom menekan penisnya dalam-dalam.

"Aduhh..., aahh..., eeennngg..., ooooohh", jerit Ratih ketika merasakan terobosan penis Tom ke dalam vaginanya. Tom segera menggerakkan tubuhnya dengan cepat maju mundur, membiarkan penisnya menggosok dinding vagina Ratih dengan kencang dan bertenaga. Kedua tangan Tom dengan gemas terus meremas payudara Ratih sambil memilin-milin putingnya. Ratih hanya bisa merintih dan mengerang keras-keras, kepala Ratih terlempar ke kiri dan kanan merasakan sodokan-sodokan penis Tom yang membuatnya lupa diri karena digempur kenikmatan yang begitu luar biasa. Gerakan-gerakan Tom kian cepat hingga tubuh Ratih terhentak-hentak. Matanya terpejam-pejam tak mampu menahan kenikmatan yang luar biasa ini. Kedua tangan Ratih mencengkeram bantal di bawah kepalanya.

"Aaduuhh..., enaakkk..., ssekaallii..., Toom", Ratih benar-benar tak mampu menahannya lagi, terlalu nikmat.

Ratih dapat merasakan dinding kewanitaannya kian licin karena cairan pelumas makin banyak membanjirinya. Namun di situ penis tetap dengan perkasanya mengikis dinding-dindingnya. Ratih meringis keenakan sementara Tom terus saja menghunjam-hunjamkan penisnya yang amat besar dan keras itu ke dalam vagina Ratih, sambil meremas kedua payudaranya dan menatap wajah Ratih yang kini berekspresi menahan nikmat. Ratih tak tahu bagaimana dengan Tom, namun Ratih benar-benar tak mampu lagi bertahan. Gelombang-gelombang kenikmatan terlalu buas menerpa tubuhnya yang kini tak berdaya. Otot-otot kewanitaannya terasa menegang berusaha menjepit kejantanan Tom yang terus saja bergerak keluar masuk.

Akhirnya, sesuatu terasa meledak di seluruh tubuh Ratih. Badannya melengkung, punggungnya terangkat dari ranjang. Untuk sesaat seluruh tubuhnya mengejang. Gigi Ratih bergemeretak menahan hantaman gelombang orgasme itu. Pandangannya seperti kabur dan semuanya tampak putih. Lalu kenikmatan yang begitu intens itu merenggut seluruh energinya. Ratihpun lunglai tak berdaya di tangan Tom. Kini tinggallah Tom yang dengan leluasa dan rileksnya membolak-balik tubuh Ratih. Setelah Tom menumpahkan semuanya ke dalam vagina Ratih, barulah dia berhenti. Lambat laun Ratih mulai pulih. Terlihatlah plafon kamar yang putih dan bertekstur. Seluruh ruangan pun mulai terlihat jelas. Namun kenikmatan itu belum hilang. Kenikmatan di seluruh tubuhnya yang baru saja Tom berikan.

Ratih menengok ke samping dan mendapati Tom terbaring di situ menatap wajah Ratih yang masih tampak kelelahan. Lalu mereka berdua berpelukan erat. Tubuh mereka terasa amat menghangatkan. Lalu mereka terbang ke alam mimpi.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Wednesday, August 22, 2007

Bercinta dgn Tante Nita

Nimatnya Bercinta dengan Ibu Kostku......
Tante Nita



Apa yang akan kuceritakan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yang terlibat.

Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan.

Setelah "hunting" yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.


Bapak kosku, Om Rahmat adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Nita, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Nita cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Nita rajin ikut kelas aerobik.

Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran.
Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Rahmat agak jarang di rumah. Tapi Tante Nita cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Nita akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Nita....

"Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?", tanya Tante Nita suatu hari.

"Enggak tante..."
"Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?" "Oh, bisa tante..."

Tante Nita tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Nita. Di sepanjang jalan Tante Nita banyak mengeluh tentang Om Rahmat yang semakin jarang di rumah.

"Om Rahmat itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana..."
"Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga," kataku mencoba menghibur.

"Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om."

Tiba-tiba tangan Tante Nita menyentuh paha kiriku dengan lembut,
"Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki... tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli."

Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Nita menatapku dengan tersenyum. Tante Nita terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Nita tersinggung atau disangka kurang ajar.
Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Nita tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

"Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir... kamu bisa tolong pijitin tante khan?" katanya sambil menutup pintu mobil.


"Iya... sedikit-sedikit bisa tante," kataku sambil mengangguk.

Aku mulai merasa Tante Nita menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.
Setelah sampai di rumah, Tante Nita langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Nita langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Nita sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias. "

Doni sayang... tolong ambilkan handuk dong..." nada suara Tante Nita mulai manja.


Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Nita secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Nita sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Nita dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Nita hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.


"Nah, sekarang kamu pijitin tante ya... ini pakai body-lotion..." katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur.

Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Nita dan mulai memijit daerah punggungnya.


"Tante, bagian mana yang sakit..." tanyaku berlagak polos.

"Semuanya sayang... semuanya... dari atas sampai ke bawah.
"Bagian depan juga sakit lho...nanti Doni pijit ya..." kata Tante Nita sambil tersenyum nakal.


Aku terus memijit punggung Tante Nita, sementara itu aku merasakan penisku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Nita dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita. Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat... dan yang paling penting ikuti saja naluri...


"Tante sayang..., tali BH-nya boleh kubuka?" kataku sambil mengelus pundaknya.

Tante Nita menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Nita sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya... ahh lembut dan empuk. Tante Nita bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat.

Tante Nita dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina wanita dewasa... Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Nita.
Sekarang tubuh Tante Nita tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun... sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Nita mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

"Mmhh... Doni... kamu nakal ya..." katanya.

"Tapi tante suka khan...?"
"Mmhh.. terusin Don... terusin... tante suka sekali."

Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Nita.

Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Nita.
Kukecup leher Tante Nita dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi.

Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Nita pandai merawat tubuhnya.

Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.


"Tante seksi sekali..." kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
"Ah.. bisa aja kamu merayu tante... kamu juga seksi lho Don... lihat tuh burungmu sudah siap tempur... ayo jangan bengong gitu... terusin pijat seluruh badan tante....," kata Tante Nita sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.

Aku mulai menjilati payudara Tante Nita sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Nita tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan penisku.


Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Nita seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Nita. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Nita yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante Nita. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah.

"Mmhhh.. aahhh" desahan nikmat keluar dari mulut Tante Nita saat lidahku menjilati klitorisnya.

Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Nita terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya.


"Aduuh.. Donii... enak sekali sayang... iya sayang... yang itu enak.. emmhh .. terus sayang... pelan-pelan sayang... iya... gitu sayang... terus.. aduuh.. aahh... mmhh.." katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Nita mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.


"Doni.. Tante mau keluaar... aah.. uuh..aahh...oooh.... adduuh... sayaaang... Doniiii.... terus jilat itu Don... teruus... aduuuh... aduuuh...tante keluaaar..." bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya.

Beberapa saat tubuh Tante Nita meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.


"Doni.. enak banget.... sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini..." katanya perlahan sambil membuka mata.

Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Nita, kubelai rambut Tante Nita lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Nita sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.


"Doni sayang... sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya..." katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku.

Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya... tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Nita mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Nita sungguh luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Nita. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali....


"Tante... Doni pengen masukin ke punya tante... " kataku sambil mencoba melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Nita mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku keluar dari mulutnya.

"Terserah Doni sayang... keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante... tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini...."


Perlahan kurebahkan Tante Nita disebelahku, Tante Nita langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante Nita yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu....

Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menggerak-gerakkan pinggulnya,

"Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap..."


Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Nita menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum.....

"Ini pengalaman pertama ya Don...."
"Iya tante...." jawabku malu-malu.

"Tenang aja... nggak usah buru-buru... tante bantu..." katanya sambil memegang penisku.

Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan...masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah.... sensasinya sungguh luar biasa.
Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Nita, aah.. nikmatnya.

"Aaahh...Donii.. eemh..." Tante Nita berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama.

Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Nita masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya....

Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Nita juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar....


Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa... maklumlah ini pengalaman pertamaku... kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.


"Tante...Doni sudah hampir keluar.... aaah...uuh..." kataku berusaha keras menahan diri.
"Terusin aja Don... kita barengan yaa.... tante juga udah mau keluar... aahh... Doni... tusuk yang kuat Don... tusuk sampai ujung sayang... mmhh...." Kata-kata Tante Nita membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.
"Aduuh...Doni udah nggak tahan lagi..." aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Nita.

Sementara itu Tante Nita juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.


"Ayoo Don... tante juga mau...ahhhh...ahhh kamu ganas sekali....... aaaahhh.... Doniii.... sekarang Don.... keluarin sekarang Don... tante udah nggak tahan...mmmhhh".


Tante Nita juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.
Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat...

"Tante...aaaa...aaaagh....Doni keluaaaar.....aagh.." aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Nita.

Bersamaan dengan itu Tante Nitapun mengalami puncak orgasmenya,


"Doniii.... aduuuh......tante jugaa....aaaah... I'm cumming honey... aaaahh.....aah...."

Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam vagina Tante Nita. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa.... aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Nita yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Nita. Tak lama kemudian Tante Nita membuka matanya dan tersenyum padaku,

"Gimana sayang...enak?" katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk.

Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.


"Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali "making-love". Soalnya waktu "fore-play" tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Don...?" Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak.

Tante Nita membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Nita dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.


"Sudah siap lagi sayang...? Sekarang tante mau di atas ya...?" katanya sambil mengangkangi aku.

Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam vagina Tante Nita yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Nita duduk diatas badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.


"Aahh...Doni... penismu sampai ke ujung... uuh.... mmhh... aahhh" katanya mendesah-desah.

Gerakan Tante Nita perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Nita terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.

Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Nita. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Nita makin bergairah. Gerakan Tante Nita makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya... seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol...


"Doni... tante sudah mau keluar lagi.... aaah... mmmhh.. uuuughhh..."

"Ayoo tante... Doni juga udah nggak tahan..."
Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Nita menekan seluruh berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan...

Tangan Tante Nita mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nita merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Nita karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun.

Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar... Tante Nita seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.
Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Nita, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang "horny" dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Nita dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Nita pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar.

Sebaliknya kalau Tante Nita yang "horny", dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.
Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Nita tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Rahmat pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Nita justru mengharapkan Om Rahmat sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Nita.

Pernah suatu malam setelah Om Rahmat berangkat keluar kota, Tante Nita masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Nita sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.

Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Nita baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Nita belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Nita menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya yang merekah merah.


"Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang....." katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.


Karena aku rasa Tante Nita sudah sangat "horny", tanpa banyak basa-basi dan "foreplay" lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Nita diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Nita membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Nita diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu.

Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Nita entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Nita hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Nita.


Petualanganku dengan Tante Nita berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Rahmat mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Nita yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates