Ini adalah pengalamanku tahun 2002 lalu yang ingin kubagikan pada para pembaca. Aku mempunyai seorang teman kuliah cowok bernama Felix. Sedikit gambaran tentang dirinya, tidak terlalu tinggi, hampir sepantaranku, berkacamata dan pipinya agak tembem dengan kulit sawo matang. Wajah sih tidak termasuk ganteng, malah cenderung culun apalagi dengan kacamata bingkai tebalnya itu. Sifatnya juga tertutup dan kuper, tidak biasa gaul dengan cewek, kalau bertemu di perpustakaan, kantin atau di areal kampus lainnya pasti sendirian atau minimal bersama 1-2 temannya yang cowok. Dia berasal dari Padang dan nge-kost di di sekitar kampus ini. Karakternya yang unik ini membuatku ingin mengerjainya, aku ingin tahu apa orang seintrovert itu akan luluh oleh godaan wanita penuh gairah sepertiku.
Dalam prestasi dia memang biasa-biasa saja, IPK-ku saja lebih tinggi darinya (bukannya sombong loh). Namun dia mempunyai sebuah bakat yang menonjol yaitu menggambar, terutama menggambar manusia dan gambar-gambar versi anime Jepang, wajah dan proporsi tubuhnya pas sekali, aku tahu hal ini karena seringkali kalau kuliahnya boring dia sembunyi-sembunyi menggores-goreskan pensil pada kertasnya, di organizernya juga terselip beberapa hasil karyanya. Pernah suatu kali saking asyiknya menggambar dia tidak sadar kalau si dosen sedang berjalan di dekatnya, dan mengambil kertasnya dan mengamat-amati gambarnya lalu berkata:
“Wah..wah anda ini lagi jatuh cinta sama siapa ya, sampai dibawa-bawa ke gambar begini, siapa nih di sini yang rambut panjang dengan kucir ke belakang” sambil memperhatikan semua mahasiswi di kelas ini.
“Wah..wah anda ini lagi jatuh cinta sama siapa ya, sampai dibawa-bawa ke gambar begini, siapa nih di sini yang rambut panjang dengan kucir ke belakang” sambil memperhatikan semua mahasiswi di kelas ini.
Kontan satu kelas termasuk aku tertawa-tawa dan saling menunjuk siapa yang di dalam gambar itu, wajahnya jadi memerah karenanya. Kalau saja dosennya killer pasti dia sudah dikotbahi macam-macam atau bisa juga disuruh keluar, untung Bu Yani (si dosen itu) tidak segarang itu, beliau cuma menyindir dan menegurnya namun beliau juga memuji gambarnya itu bagus.
Suatu hari pada mata kuliah American Culture and Institution yang dosennya ‘obat tidur’ aku duduk di belakang dan kebetulan dia juga di sebelahku sehingga bisa ngobrol dengannya dengan suara pelan.
“Biasa lu nge-gambar dapat ide dari mana aja Lix ?” tanyaku sambil melihat-lihat gambar-gambar di organizernya.
“Eh...yang ini bagus nih, mirip aslinya, Vivian Hsu kan ?”
“Iya hehehe, modelnya langsung dari orang aslinya tuh” katanya sambil nyengir
“Ciee...mimpi kali yee !” balasku menyikutnya pelan
“Emang lu pernah pakai model asli untuk gambar-gambar lu Lix ?” tanyaku lagi
“Emmm...pernah sih dulu saudara gua, tapi kebanyakan sih gua ambil dari foto ya, abis susah kan cari model”
“Kalau menggambar sampai selesai gini habis waktu berapa lama kira-kira ?”
“Itu tergantung mood juga sih, tapi rata-rata sih setengah jam lah”
“Gini Lix, kalau gua jadi modellu boleh ga ? pengen sih sekali-sekali dilukis gitu, gimana ?” tawarku
“Wah, bener nih Ci ? thanks banget kalau lu mau, kapan nih ada waktu ?”
“Gua sih abis ini ga ada apa-apa lagi, lu sendiri gimana ?”
“Ooo...bagus kalau gitu di kost gua aja gimana ?” jawabnya antusias dengan tawaranku.
Suatu hari pada mata kuliah American Culture and Institution yang dosennya ‘obat tidur’ aku duduk di belakang dan kebetulan dia juga di sebelahku sehingga bisa ngobrol dengannya dengan suara pelan.
“Biasa lu nge-gambar dapat ide dari mana aja Lix ?” tanyaku sambil melihat-lihat gambar-gambar di organizernya.
“Kebanyakan sih dari film atau foto-foto Ci, kalo lagi iseng ya gambar, enjoy gitu !”
“Eh...yang ini bagus nih, mirip aslinya, Vivian Hsu kan ?”
“Iya hehehe, modelnya langsung dari orang aslinya tuh” katanya sambil nyengir
“Ciee...mimpi kali yee !” balasku menyikutnya pelan
“Emang lu pernah pakai model asli untuk gambar-gambar lu Lix ?” tanyaku lagi
“Emmm...pernah sih dulu saudara gua, tapi kebanyakan sih gua ambil dari foto ya, abis susah kan cari model”
“Kalau menggambar sampai selesai gini habis waktu berapa lama kira-kira ?”
“Itu tergantung mood juga sih, tapi rata-rata sih setengah jam lah”
“Gini Lix, kalau gua jadi modellu boleh ga ? pengen sih sekali-sekali dilukis gitu, gimana ?” tawarku
“Wah, bener nih Ci ? thanks banget kalau lu mau, kapan nih ada waktu ?”
“Gua sih abis ini ga ada apa-apa lagi, lu sendiri gimana ?”
“Ooo...bagus kalau gitu di kost gua aja gimana ?” jawabnya antusias dengan tawaranku.
Singkat cerita, setelah selesai perkuliahan yaitu jam sebelas, aku mengikutinya ke kostnya, dari kampus kami jalan kaki sekitar sepuluh menit. Tidak banyak orang di sana, mungkin karena pada jam-jam seperti ini masih banyak yang kuliah, hanya nampak seorang anak muda sebagai pembantu, seorang ibu setengah baya yang juga pembantu dan dua orang penghuni kost lainnya yang semua pria. Kamar Felix bisa dibilang cukup rapi dibanding kamar pria pada umumnya, di dalam sebuah rak tersusun beberapa model robot rakitan dan patung-patung kecil tokoh anime, begitu juga di dindingnya tertempel poster-poster anime dan game.
“Typikal tukang gambar banget nih anak, kacamata dan anime maniac gini” kataku dalam hati sambil mengamati koleksi-koleksinya sementara dia sedang ke toilet.
“Ok, Ci bisa kita mulai ga ? Lu mau dilukis gimana ?” tanya Felix yang baru keluar dari toilet
“Oohh..iya tapi omong-omong lu bakal tegang ga kalo ngegambar pakai model nanti takutnya hasilnya jelek”
“Tegang ? ngga lah...emang kenapa harus tegang”
“Soalnya gua mau dilukis agak beda gitu loh”
“Bedanya gimana Ci ? kan lu cuma tinggal diam bergaya aja ya” tanyanya bingung
“Itu loh Lix, lu pernah nonton Titanic ga ? gua maunya digambar seperti itu tuh, gimana ?” jawabku dengan polosnya.
“Typikal tukang gambar banget nih anak, kacamata dan anime maniac gini” kataku dalam hati sambil mengamati koleksi-koleksinya sementara dia sedang ke toilet.
“Ok, Ci bisa kita mulai ga ? Lu mau dilukis gimana ?” tanya Felix yang baru keluar dari toilet
“Oohh..iya tapi omong-omong lu bakal tegang ga kalo ngegambar pakai model nanti takutnya hasilnya jelek”
“Tegang ? ngga lah...emang kenapa harus tegang”
“Soalnya gua mau dilukis agak beda gitu loh”
“Bedanya gimana Ci ? kan lu cuma tinggal diam bergaya aja ya” tanyanya bingung
“Itu loh Lix, lu pernah nonton Titanic ga ? gua maunya digambar seperti itu tuh, gimana ?” jawabku dengan polosnya.
Tentu saja dia langsung tercengang dengan permintaanku itu dan wajahnya memerah
“Hah...yang bener lu Ci, maksudlu bugil gitu ?”
“Hh-emm...wearing only this itu loh, gua yakin lu bisa kok” aku lalu melepaskan satu-satu kancing kemejaku dan memperlihatkan bra-ku
“Ci...lu serius nih, berani kaya gini ?” seakan tidak percaya apa yang dilihat di hadapannya.
Aku tertawa tertahan melihat reaksi amatirannya itu sambil terus melucuti satu demi satu pakaianku. Matanya seperti mau copot memandangku yang sudah telanjang di depannya, dari reaksinya aku yakin dia baru kali ini melihat perempuan bugil secara langsung.
“Nah...gimana Lix ? jangan tegang gitu dong, minum dulu aja deh”
Dia menerima gelas yang kusodorkan dan meminumnya lalu menarik nafas panjang
“Ok dah tenang kan, buktiin dong kalo lu profesional artist, masa ngeliat tubuh cewek aja nervous gitu hehehe” aku menenangkannya sambil tertawa kecil
“Ya tegang dong Ci, gua kan ga pernah gambar bugil sebelumnya” jawabnya terbata-bata, namun dia sudah lebih rileks dari yang tadi. Kulihat matanya tidak pernah lepas memandangi tubuhku.
“Makanya lu harus cari pengalaman baru, supaya pandangan lu tambah luas”
Bersambung dulu ahhh........biar nggak tegang....
“Hah...yang bener lu Ci, maksudlu bugil gitu ?”
“Hh-emm...wearing only this itu loh, gua yakin lu bisa kok” aku lalu melepaskan satu-satu kancing kemejaku dan memperlihatkan bra-ku
“Ci...lu serius nih, berani kaya gini ?” seakan tidak percaya apa yang dilihat di hadapannya.
Aku tertawa tertahan melihat reaksi amatirannya itu sambil terus melucuti satu demi satu pakaianku. Matanya seperti mau copot memandangku yang sudah telanjang di depannya, dari reaksinya aku yakin dia baru kali ini melihat perempuan bugil secara langsung.
“Nah...gimana Lix ? jangan tegang gitu dong, minum dulu aja deh”
Dia menerima gelas yang kusodorkan dan meminumnya lalu menarik nafas panjang
“Ok dah tenang kan, buktiin dong kalo lu profesional artist, masa ngeliat tubuh cewek aja nervous gitu hehehe” aku menenangkannya sambil tertawa kecil
“Ya tegang dong Ci, gua kan ga pernah gambar bugil sebelumnya” jawabnya terbata-bata, namun dia sudah lebih rileks dari yang tadi. Kulihat matanya tidak pernah lepas memandangi tubuhku.
“Makanya lu harus cari pengalaman baru, supaya pandangan lu tambah luas”
Bersambung dulu ahhh........biar nggak tegang....
0 komentar:
Post a Comment